Mohon tunggu...
Fekarimba SW.
Fekarimba SW. Mohon Tunggu... Pengangguran -

VK

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Keranjang Piknik Allah

15 November 2016   22:36 Diperbarui: 15 November 2016   22:43 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Dulu ada cerita dari seorang kyiai. Katanya, setiap pertengahan malam Allah akan turun ke bumi manusia sambil membawa dua buah keranjang besar. Yang satu berisi Pengampunan dan yang lainnya berisi Rejeki. Ceritanya, Allah akan membagikan isi keranjang tersebut kepada siapapun manusia yang memintanya saat itu.

Allah bergembira melakukannya. Begitu banyak manusia yang berebut pada apa yang Beliau bawa. Akan tetapi selalu -- pada akhirnya -- Allah kembali pulang ke tempatNya dengan tetap membawa satu keranjang yang masih berisi penuh; Keranjang Pengampunan.

Manusia lebih berebut meminta isi keranjang Rejeki. Di tempat Allah, keranjang Pengampunan stoknya sampai menumpuk. Sementara keranjang Rejeki selalu dikejar produksinya setiap malam.

Oke, mungkin itu satire. Tetapi setidaknya ada kebenaran yang termuat di dalamnya.

Manusia hidup di dunia, dan karenanya cenderung lebih fokus pada apa yang dihadapinya selama di dunia. Sengaja atau tidak, prioritas manusia menjadi lebih ke hal-hal yang bersifat dunia; harta benda, pekerjaan, finansial, dan semacamnya. Bahkan tanpa ada niat bermewah-mewahpun, saat manusia mengalami kesulitan dunia yang berkaitan dengan hal-hal tadi, itulah yang diharapkannya dari Allah.

Rejeki adalah kebutuhan untuk dunia sedangkan Pengampunan adalah kebutuhan untuk akhirat. Jadi wajarlah kalau manusia berbuat demikian. Namun yang mungkin kurang disadari, rejeki adalah upah tunai untuk manusia di dunia. Lakukan apapun sesuai logika-logka manusia dan berikhtiar sesuai perintahNya, maka rejeki akan didapat; baik diminta atau tidak diminta.

Sedangkan Pengampunan, murni kemurahan Allah. Manusia semata-mata hanya dapat berharap pengampunan dari Allah. Hingga kelak saat hidup yang sebenarnya dimulai saat mati, manusia bisa berlega hati karena terbebas dari siksaan akhirat.

Berbeda dengan Rejeki untuk dunia yang dapat diminta di dunia, Pengampunan untuk akhirat tidak dapat diminta di akhirat. Saat manusia mati jasadnya, berakhirlah semua upaya diri untuk melakukan perbaikan.

Apapun, baik untuk kepentingan dunia maupun untuk urusan akhirat hanya dapat diusahakan di dunia. Di akhirat nanti hanya tinggal perhitungan Allah dengan kita. Selesai.

Mungkin baru saat itu kita menyadari, betapa bodohnya usaha keras kita agar dapat berbangga-bangga diri tampil menawan di dunia. Atau, betapa bodohnya cara kita mendapatkan semua yang kita miliki saat ini. Atau, betapa bodohya kita tidak mau mendengarkan dan menjalankan perintah Allah, atas nama kebutuhan dunia.

Terus terang, secara pribadi menganggap, cerita tadi merupakan sentilan terhadap pemahaman prioritas keseimbangan antara dunia dan akhirat. Allah mengingatkan, Beliau membawa dua keranjang, bukan hanya satu. Seperti,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun