Aku menyesal.
Kalimat yang keluar dari seorang ibu muda ketika mendapati dompetnya kosong, sementara tumpukan skincare mahal berjejer di meja riasnya. Anaknya sedang sakit, butuh biaya mendadak. Namun, tak ada simpanan. Uang yang seharusnya bisa untuk berobat justru habis untuk produk-produk yang ia beli karena tergoda iklan wajah glowing para selebgram.
Kisah itu bukan hanya miliknya. Bisa jadi, milik kita juga. Siapa yang tak pernah tergoda?
Iklan di media sosial tampil begitu meyakinkan. Kata-kata manis, wajah mulus para influencer, hingga testimoni berderet membuat kita percaya: "Kalau pakai produk ini, aku juga bisa secantik itu."
Padahal, pertanyaan sederhana seharusnya muncul di kepala:
Apakah mereka hanya memakai produk itu saja? Atau mereka juga rutin melakukan perawatan di klinik kecantikan dengan biaya fantastis, bahkan ratusan juta setiap bulannya?
Sering kali, kita membeli bukan karena butuh, tapi karena takut ketinggalan. Begitu juga dengan pakaian dan hijab. Lemari penuh, tapi tetap merasa tidak punya apa-apa untuk dipakai. Bahkan, kita malu mengenakan baju yang sama berulang kali, seolah nilai diri ditentukan oleh gaya pakaian yang silih berganti. Padahal,
Nilai diri tidak terletak pada sehelai baju, tapi pada bagaimana kita bisa membawa diri, bermanfaat, serta bermartabat dengan integritas dan akhlak yang kita miliki.
Begitu pula dengan perlengkapan rumah atau dapur. Berapa banyak barang yang akhirnya hanya menumpuk, berdebu, bahkan tidak pernah tersentuh lagi? Rumah jadi penuh sesak, energi terkuras hanya untuk membereskan, tapi hati tidak semakin bahagia. Padahal,Â
Rumah nyaman bukanlah rumah yang dipenuhi barang, melainkan rumah yang rapi, bersih, dan hangat dengan interaksi antar penghuninya.
Disinilah pentingnya mengelola finansial. Semua masalah di atas pada akhirnya bermuara pada satu hal: kesehatan finansial. Jika keuangan sakit, rumah tangga pun bisa ikut goyah. Bahkan, pikiran jadi sumpek dan kesehatan tubuh pun bisa terganggu.
Mengecek kesehatan finansial sebenarnya sederhana. Cukup jujur pada diri sendiri dan periksa enam hal ini:
1. Cicilan aman. Bayar hutang adalah kewajiban. Mencicil dengan tertib adalah bentuk tanggung jawab.
2. Kebutuhan pokok aman. Belanja harian, listrik, air, gas, semua terpenuhi dengan baik.
3. Pendidikan anak aman. Dari SPP, uang saku, hingga persiapan naik jenjang pendidikan.
4. Dana darurat ada. Untuk berjaga jika sakit, rumah bocor/butuh perbaikan, atau kendaraan butuh diperbaiki.
5. Sedekah rutin. Utamakan kepada orang terdekat yang menjadi tanggung jawab kita.
6. Menabung dan berinvestasi. Bisa rutin menabung atau berinvestasi meskipun kecil namun tertib.
Jika enam poin ini aman, finansial kita bisa dikatakan sehat. Namun jika masih tertatih-tatih, jangan menyangkal. Cukup jujur pada diri sendiri, lalu komunikasikan dengan pasangan. Cari tahu apa yang bisa diperbaiki, apa yang bisa dikurangi, dan langkah apa yang bisa dilakukan bersama.
Perhatikan juga, jika untuk bersenang-senang tidak harus selalu mahal.