Menjadi bagian dari generasi sandwich (mereka yang menopang orang tuanya, kakak/adiknya, sekaligus anak-anaknya) bukanlah perkara mudah. Di satu sisi, kita ingin merawat orang tua dengan penuh bakti, di sisi lain ada tanggung jawab besar terhadap masa depan keluarga inti dan diri sendiri. Tekanan ekonomi, beban psikologis, dan kecemasan akan masa depan sering kali menghantui. Namun, di tengah semua itu, kewarasan dan persiapan pensiun tetap harus menjadi prioritas.
Berikut beberapa langkah yang bisa ditempuh agar tetap waras, seimbang, dan perlahan-lahan membangun masa depan:
1. Melek Finansial dan Gaya Hidup Sederhana
Kita perlu menjadi pribadi yang sadar keuangan. Pahami benar apa itu kebutuhan pokok, mana yang segera dipenuhi, mana yang penting namun bisa ditunda, dan mana yang sebenarnya bisa dicoret dari anggaran. Skala prioritas adalah kunci utama agar pengeluaran tidak boros apalagi sampai boncos.
Hiduplah sederhana, bukan karena terpaksa, tapi karena sadar bahwa kita sedang membangun pondasi jangka panjang. Termasuk menjaga kesehatan dengan pola makan yang baik dan rutin berolahraga. Tak lupa juga untuk menyisihkan tabungan di awal, bukan di sisa akhir bulan. Walau hanya Rp100.000-Rp200.000 per bulan, tetaplah konsisten sisihkan. Ditambah saat ada bonus atau THR, sisihkan pula sebagian. Sedikit demi sedikit, insya Allah akan menjadi bukit.
2. Tetapkan Batasan dengan Bijak
Kebaikan itu penting, tapi bukan berarti tanpa batas. Tetapkan batas pemberian sesuai kemampuan. Untuk orang tua, tentu kita ingin memberi lebih. Maka saat ada rezeki tambahan seperti THR, berikan pula bonus tambahan sebagai bentuk cinta. Namun untuk saudara atau kerabat, jangan ragu mendidik mereka untuk mandiri. Bantuan tanpa batas hanya akan membentuk ketergantungan dan mental miskin, sulit berkembang tapi selalu merasa berhak dibantu. Sekali tidak dibantu, malah dianggap tidak peduli.
Kita boleh membantu, tapi bukan berarti mengorbankan semuanya. Jangan sampai karena terus membantu orang lain, diri sendiri justru tak punya bekal di hari tua.
3. Bermimpilah, Bangun Masa Depan Secara Diam-diam namun Terus Konsisten
Generasi sandwich juga berhak punya mimpi. Jangan kubur impian hanya karena terbebani oleh tanggung jawab. Justru dengan memiliki mimpi, kita memiliki arah dan semangat untuk terus bangkit. Bangun impian dengan ikhtiar yang serius. Miliki cita-cita pensiun tenang, hidup sederhana dengan aset yang cukup, dan tak perlu membebani anak-anak kelak. Jadilah kita pemutus rantai sandwich generation!
Sampaikan semua mimpi dan cita-cita baik kita kepada Allah, karena hanya dengan pertolongan-Nya lah segala sesuatunya menjadi cukup, bahkan lebih dari cukup. Jangan lelah membangun aset walau perlahan seperti mulai membeli logam mulia, reksadana syariah, tanah kecil, properti selain tempat tinggal, atau apapun yang sesuai kemampuan. Mungkin tidak terlihat sekarang, tapi waktu dan konsistensi akan menunjukkan hasilnya meskipun membutuhkan waktu 1 dekade bahkan lebih.
4. Bangunlah Dana Darurat
Sebelum investasi besar, pastikan memiliki dana darurat setara 3-6 bulan pengeluaran bulanan untuk berjaga-jaga jika terjadi kondisi tak terduga, seperti sakit, biaya perbaikan mobil atau rumah yang tiba-tiba, dan kebutuhan mendesak lainnya.Â
Manfaat dana darurat tidak hanya menjaga kestabilan keuangan pribadi, tetapi juga mencegah kita terpaksa berutang atau menjual aset dalam kondisi terdesak. Lebih dari itu, dana darurat membuat kita tidak harus bergantung pada bantuan orang lain saat kondisi sulit melanda. Hal ini penting untuk menjaga kemandirian, harga diri, serta menghindari konflik atau beban emosional yang bisa muncul akibat ketergantungan finansial.
5. Edukasi Keuangan Keluarga Inti
Ajarkan pasangan dan anak-anak tentang pentingnya hidup sederhana dan pengelolaan keuangan sejak dini. Kebiasaan ini akan membentuk kesadaran bersama dalam mengatur pengeluaran, menghindari gaya hidup konsumtif, serta sadar prioritas. Dengan begitu, perjuangan finansial dalam keluarga tidak hanya ditanggung satu pihak saja, melainkan menjadi ikhtiar bersama yang saling menguatkan.
Edukasi ini juga melatih anak untuk tumbuh menjadi pribadi yang bijak secara finansial, tidak mudah silau dengan gaya hidup, serta siap menghadapi tantangan ekonomi di masa depan dengan lebih tangguh.
Pada akhirnya, menjadi generasi sandwich memang tidak mudah, tapi bukan alasan untuk kehilangan arah. Terus jaga kewarasan, bersandar selalu pada Allah, dan tetap menanam benih masa depan. Kita mungkin tidak bisa langsung lepas dari beban sekarang, tapi kita bisa mulai menyiapkan hari tua yang lebih tenang.Â
Tak perlu juga iri apalagi frustasi ketika melihat orang lain lebih cepat menggapai mimpi. Tetaplah bersyukur masih bisa memberi manfaat. Tak masalah pelan-pelan, asal konsisten, insyaa Allah pasti sampai!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI