Pernahkah kita dipandang sebelah mata hanya karena cara berpakaian kita yang sederhana? Jauh dari kata mahal, tak pula terlihat mentereng. Atau, pernahkah kita direndahkan hanya karena belum pernah mencapai sesuatu yang bagi sebagian orang dianggap biasa, semisal bepergian ke luar negeri misalnya? Sementara yang merendahkan tak pernah merasakan sulitnya hidup dan benar-benar terlahir dari keluarga yang berada.
Tenang, tak perlu menyimpan rasa sakit hati hingga menjadi dendam. Sedih boleh, sewajarnya saja. Tapi setelah itu, cobalah melihat dari sudut pandang yang lebih luas. Cari hikmahnya, gali pelajarannya, lalu bangkit dan terus melangkah 'karena Allah'.
Ya, karena Allah. Bukan untuk membalas, bukan untuk membuktikan diri pada manusia, tetapi untuk terus berkembang, memperbaiki diri, dan menjadi lebih baik dengan niat yang benar. Sebab, sejatinya hidup bukan tentang berlomba-lomba untuk diakui orang lain, tetapi tentang bagaimana kita tetap teguh dalam prinsip, bersyukur atas apa yang ada, dan menjalani kehidupan dengan penuh kesadaran serta keikhlasan.
Ambil contoh pertama: kita direndahkan hanya karena pakaian atau tas yang kita kenakan tidak semahal milik mereka. Saat berbelanja, mereka dengan entengnya berkata, "Wah, murah ini. Diskon 50% dari 1 juta jadi 500 ribu aja." Sementara bagi kita, membeli barang mahal bukan prioritas. Nah, di sinilah letak perbedaannya. Kita bisa bersyukur karena memiliki prinsip sendiri dalam berbelanja, tidak mudah lapar mata, dan tetap sadar akan kebutuhan meskipun mampu membeli. Sedangkan di sisi lain, ada yang memang mampu, tetapi ada juga yang sekadar gengsi jika terlihat tidak mampu.
Ketika pengalaman hidup, pendidikan, dan berbagai pelajaran yang Allah berikan membentuk kita menjadi pribadi yang lebih bijak secara finansial, tidak mudah FOMO, tidak impulsif, dan berpikir realistis ke depan, tentunya hidup sederhana menjadi pilihan yang menyenangkan. Kita tidak merasa kekurangan, tidak perlu berutang demi gaya, dan hidup menjadi jauh lebih tenang. Sementara di sisi lain, ada yang semula menganggap kesederhanaan sebagai sesuatu yang memalukan, namun akhirnya harus menjalaninya juga. Bukan karena pilihan, melainkan karena keadaan yang memaksa setelah gaya hidupnya tak lagi bisa dipertahankan.
Maka, tetaplah percaya diri dengan prinsip yang baik. Orang yang benar-benar 'kaya' tidak akan menilai seseorang hanya dari tampilan luarnya. Bahkan, banyak orang yang benar-benar kaya justru tetap memilih hidup sederhana. Dalam penampilan pun asal bersih, rapi, sopan, dan tidak berlebihan.
Lalu, contoh lainnya: pernahkah kita mendengar seorang teman berkata dengan nada meremehkan, "Emang lo belum pernah ke luar negeri? Gue aja udah bolak-balik. Lo sekali aja emang belum pernah?" Padahal, yang diajak bicara adalah seorang tulang punggung keluarga, sedangkan teman yang berkata demikian sejak lahir hidup berkecukupan. Bagi orang yang tidak pernah mengalami kesulitan keuangan, ucapan seperti itu mungkin terdengar biasa saja. Tapi bagi sebagian orang, yang setiap pencapaian diraih dengan kerja keras, tentu ada perasaan tidak nyaman.
Namun, lagi-lagi, semua sudah diatur oleh Allah. Kata-kata seperti itu cukup dijadikan motivasi untuk lebih giat berusaha, lebih kuat berdoa, dan yakin bahwa Allah yang akan mengangkat derajat kita. Dan jika direnungkan lebih dalam, lihatlah betapa Maha Baiknya Allah. Mungkin kita tidak selonggar mereka dalam hal keuangan, tapi ketika sakit, cukup berobat ke klinik BPJS dan Alhamdulillah Allah mudahkan kesembuhan. Sementara mereka, harus ke dokter spesialis dengan biaya yang tidak sedikit karena sudah terbiasa dengan standar tertentu sedari dulunya. Allah memberi rezeki dengan cara yang berbeda. Di satu sisi kita memiliki keterbatasan, tapi di sisi lain, hidup kita lebih sederhana, lebih ringan, dan tidak terlalu terbebani dengan standar yang tinggi.
Maka, cukuplah dua kisah di atas menjadi pengingat bahwa hidup bukan sekadar tentang seberapa banyak yang kita miliki, tapi seberapa bijak kita menjalaninya. Jangan sampai kita merendahkan seseorang hanya karena penampilan atau pencapaiannya belum sesuai dengan standar kita. Bisa jadi, mereka yang terlihat lebih sederhana justru lebih sehat secara finansial, lebih tenang menjalani hidup karena tidak dikendalikan oleh gengsi, dan kesederhanaan adalah gaya hidup yang mereka pilih, bukan sesuatu yang mereka terpaksa jalani.Â
Yang jelas, orang yang menjadikan sederhana sebagai gaya hidupnya akan jauh lebih bahagia daripada mereka yang akhirnya harus hidup sederhana karena keadaan.
Karenanya, jangan pernah merendahkan. Hidup ini tak pernah statis, roda selalu berputar. Hari ini kita mungkin di atas, merasa lebih dari orang lain, tetapi siapa yang bisa menjamin esok tetap sama?
Bisa jadi, mereka yang kita pandang sebelah mata justru kelak menjadi tangan yang Allah kirimkan untuk menolong kita di saat paling terpuruk. Bisa jadi, mereka yang kita remehkan karena kesederhanaannya justru memiliki keteguhan hati dan kecerdasan finansial yang membawa mereka pada kehidupan yang lebih baik.
Pada akhirnya, nilai diri bukan ditentukan oleh seberapa mahal pakaian yang kita kenakan atau seberapa jauh kita telah melangkah, melainkan oleh bagaimana kita memperlakukan sesama. Bukan pula soal seberapa kaya atau seberapa menarik gaya hidup kita, tetapi tentang seberapa banyak kebaikan yang mampu kita bagikan. Sebab, hidup bukan sekadar tentang siapa yang tampak lebih unggul, melainkan tentang siapa yang lebih bermanfaat. Karena yang akan dikenang bukan harta yang kita kumpulkan, tetapi jejak kebaikan yang kita tinggalkan.