Mohon tunggu...
Ferra Shirly A.
Ferra Shirly A. Mohon Tunggu... istri yang suka menulis dan minum kopi

senang bekerja dan belajar dari rumah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Koin Jagat: Jangan FOMO, Bijaklah Memilih Hiburan

14 Januari 2025   11:38 Diperbarui: 14 Januari 2025   11:38 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belakangan ini, permainan berburu harta karun digital bernama Koin Jagat menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Permainan ini mengajak para pengguna untuk mencari koin virtual di dunia nyata, yang kemudian dapat ditukarkan dengan uang tunai. Sekilas, konsep ini mengingatkan pada fenomena Pokemon Go yang sempat viral beberapa tahun lalu. Namun, di balik popularitasnya, Koin Jagat membawa dampak yang patut dipertimbangkan.

Dampak Negatif Koin Jagat: Banyak Mudharatnya

1. Kerusakan Fasilitas Umum
Di beberapa kota, aktivitas berburu koin ini telah merusak taman, jalan, dan fasilitas publik lainnya. Contoh nyata terjadi di kawasan Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, di mana kerumunan pemain mengakibatkan kerusakan pada lampu taman dan infrastruktur lain. Bahkan, beberapa kota seperti Bandung sudah meminta agar permainan ini dihentikan karena menyebabkan kerugian yang tidak sedikit.

2. Gangguan Ketertiban
Banyaknya pemain yang berkumpul di satu tempat tidak hanya mengganggu masyarakat sekitar, tetapi juga menimbulkan ketidaktertiban. Jalanan menjadi macet, taman kota penuh sesak, dan kenyamanan masyarakat umum terabaikan.

3. Potensi Bahaya
Ketika terlalu fokus pada layar ponsel, pemain sering kali lalai memperhatikan lingkungan sekitar. Risiko kecelakaan meningkat, baik bagi pemain itu sendiri maupun orang lain.

4. Minim Manfaat
Permainan ini mungkin terlihat menyenangkan atau menguntungkan secara finansial, tetapi jika ditimbang manfaat dan mudharatnya, jelas lebih banyak mudharatnya. Hanya demi beberapa koin, banyak orang rela mengorbankan waktu, energi, bahkan keharmonisan lingkungan.

Jangan FOMO: Berpikirlah Kritis Sebelum Mengikuti Tren

Fenomena seperti ini mengingatkan kita pada pentingnya berpikir kritis dan berprinsip sebelum melakukan sesuatu, terutama yang sedang menjadi tren. Jangan hanya karena rasa takut ketinggalan (FOMO), kita ikut-ikutan melakukan hal yang tidak bermanfaat, bahkan destruktif. Cobalah berpikir sebelumnya:

Apakah permainan ini benar-benar memberikan nilai positif?
Apakah ada risiko yang dapat merugikan diri sendiri atau orang lain?
Apakah tren ini sejalan dengan prinsip hidup yang kita yakini?

Sekadar mengikuti tren demi pergaulan tidak akan memberikan manfaat jangka panjang, apalagi jika aktivitas tersebut sampai merusak fasilitas umum atau mengganggu ketertiban. Sebagai masyarakat yang cerdas, kita harus mampu menilai mana hiburan yang mendidik dan mana yang justru membawa kerugian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun