Mohon tunggu...
Fiky Akirta
Fiky Akirta Mohon Tunggu... -

Penulis\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hilang Arah

10 September 2013   15:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:05 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Serupa berjalan dengan satu kaki hampir setengah mati. Terseok-seok mencari pegangan dalam lorong remang-remang. Seakan tersesat, padahal alur jalan ini sudah melekat dalam kepala. Tapi telapak tangan ini hanya mampu merasakan dinding yang dingin nyaris membeku. Mata ini hanya butuh cahaya, kaki ini hanya butuh penopang, secepatnya. Tidak ada tawar-menawar untuk menunggu lagi.

Hanya dengan membiarkan tangan ini tergores dinding hingga berdarah adalah satu-satunya tanda bahwa nyawa belum meninggalkan raga. Padahal hati sudah meminta mati. Raga sudah meminta binasa.

Tapi sukma ini bertahan. Tetap egois bertahan. Tidak peduli raga dan hati berteriak, memohon, bersujud meminta berhenti, berkata cukup.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun