Ini bukan sekadar kritik, tapi jeritan emosi dari komunitas sepak bola yang tak ingin tim kesayangannya hilang dari kasta tertinggi.
Antara Kinerja Klub dan Kepemimpinan yang Tak Tuntas
Kekalahan Barito tidak bisa dilihat hanya dari performa di lapangan. Dalam banyak hal diklub lain selalu berpotensi terjadi akumulasi dari problem sistemik yang kerap jadi wajah klub-klub menengah di Indonesia: manajemen yang inkonsisten, kebijakan transfer yang reaktif, dan minimnya investasi dalam infrastruktur pemain muda.
Bandingkan dengan PSM, yang meski bukan tim dengan dana terbesar, mampu membentuk struktur yang stabil dan jelas dalam perekrutan, pelatihan, dan pengembangan pemain. Ini hasil dari kerja panjang yang melibatkan visi, bukan sekadar ambisi jangka pendek.
"Football is a long-term project, not a quick fix. Kalau klub tidak sabar, ya hasilnya seperti Barito sekarang," ungkap analis sepak bola Asia Tenggara, John Duerden dalam wawancaranya dengan The Asian Game, April 2025.
Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Pertandingan Ini?
Sepak bola bukan hanya tentang siapa yang menang. Pertandingan Barito Putera vs PSM Makassar menunjukkan bahwa:
Struktur menang atas improvisasi. PSM bermain dengan skema yang matang, Barito mengandalkan insting.
Kepemimpinan jangka panjang menghasilkan kestabilan. Lihat bagaimana Tavares mengelola skuad PSM dengan baik sejak musim lalu.
Mentalitas adalah segalanya. Tertinggal bukan akhir jika mental tim tidak runtuh, dan unggul lebih dulu bukan jaminan kemenangan jika mental rapuh.
Suporter butuh lebih dari hasil. Mereka butuh narasi, harapan, dan rasa memiliki yang dijaga oleh klub.