Mohon tunggu...
Feddy Wanditya Setiawan
Feddy Wanditya Setiawan Mohon Tunggu... Lecturer

Science advances not by blind obedience to old answers, but by the courage to question

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sepucuk Surat untuk Ramadan: Menyambut dengan Hati yang Bersih

30 Maret 2025   01:12 Diperbarui: 25 Mei 2025   22:02 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillahirrahmanirrahim

Kepada yang terkasih, bulan yang penuh cahaya, Ramadan yang mulia,

Aku menulis surat ini dengan hati yang gemetar, dengan kesadaran akan betapa banyak kekhilafan yang telah kulakukan di bulan-bulan yang lalu. Engkau adalah tamu agung, yang selalu datang dengan membawa keberkahan, rahmat, dan ampunan dari Allah. Namun, apakah aku telah benar-benar siap menyambutmu dengan hati yang bersih?

Setahun telah berlalu, dan kini aku menyadari betapa seringnya aku terjebak dalam rutinitas dunia yang melalaikan. Hatiku penuh dengan debu kelalaian, pikiranku sibuk dengan urusan duniawi, dan jiwaku terjerat dalam kesibukan yang menjauhkanku dari-Nya. Namun Ramadan, engkau datang dengan kelembutan, seperti angin sejuk yang menyapu panasnya kegelisahan hati. Engkau mengajakku untuk kembali pada fitrah, membersihkan hati, dan merasakan kebersamaan yang hakiki dengan Allah.

Dalam ilmu aqidah, hati adalah tempat keyakinan bertumpu. Jika hatiku masih terkotori oleh kesyirikan kecil, oleh rasa bergantung pada selain Allah, oleh cinta dunia yang berlebihan, maka bagaimana aku bisa merasakan keindahan Ramadan secara utuh? Ibn Qayyim al-Jawziyya pernah berkata, 

> "Hati yang bersih adalah hati yang terjaga dari setiap noda kesyirikan dan kemaksiatan, serta selalu terpaut dengan Allah dalam segala keadaan." 

Maka Ramadan, ajarilah aku bagaimana membersihkan hati ini. Biarkan aku menyambutmu dengan hati yang yakin, tunduk, dan berserah diri sepenuhnya kepada-Nya.

Dari sudut pandang tasawuf, engkau adalah bulan tajalli, bulan di mana cahaya Ilahi lebih mudah menyinari hati yang siap. Para sufi mengajarkan bahwa hati adalah cermin; jika ia bersih, maka ia akan memantulkan cahaya kebenaran dengan sempurna. Namun, jika ia penuh debu dosa, maka cahaya itu takkan tampak. 

Ramadan, bimbinglah aku untuk menyapu debu-debu itu, untuk meleburkan segala ego, kesombongan, dan kecintaan terhadap dunia yang berlebihan. Ajarkan aku untuk merasa cukup dengan apa yang Allah berikan, untuk merasakan kebahagiaan dalam setiap sujud, dalam setiap doa, dalam setiap tetesan air mata taubat yang jujur.

Aku ingin mengenal-Mu lebih dekat, Ramadan. Aku ingin puasa ini bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi menjadi jalan penyucian hati dan jiwa. Aku ingin shalat tarawih ini bukan hanya sekadar ritual, tetapi menjadi tangga menuju perjumpaan dengan Allah. Aku ingin setiap ayat Al-Qur'an yang kubaca bukan hanya sebagai bacaan, tetapi menjadi cahaya yang menerangi jalanku menuju keabadian.

Ramadan, izinkan aku menyambutmu kali ini dengan hati yang lebih bersih, lebih jernih, lebih siap untuk menerima pancaran rahmat dan maghfirah Allah. Aku tahu, aku bukan hamba yang sempurna, tapi aku ingin menjadi hamba yang berusaha. Aku ingin menjadi seseorang yang saat engkau pergi nanti, aku bukan lagi aku yang dulu. Aku ingin meninggalkan Ramadan nanti dengan hati yang lebih dekat kepada Allah, dengan jiwa yang lebih ringan karena telah melepas beban dosa-dosa yang lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun