Mohon tunggu...
Feby Tamara
Feby Tamara Mohon Tunggu... Jurnalis - Akun Resmi

Belajar Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Say No To Keyboard Warrior

24 Mei 2019   05:30 Diperbarui: 24 Mei 2019   05:35 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Banyak dari kita melihat postingan di internet maupun media sosial tentang seseorang yang saling menyerang dengan makian, cacian atau bahkan kata -- kata kotor. Seharusnya hal semacam itu perlu dijaga walau hanya didunia maya, kenapa perlu dijaga?? Karena pengguna media sosial tidak hanya kalangan orang dewasa tetapi juga anak -- anak. Seperti yang disebutkan pada halaman websindo.com, ada sekitar 7 -- 8% pengguna adalah usia 13 -- 17.

Bagaimana jika generasi muda kita terus dihadapkan dengan aktivitas buruk yang terjadi di media sosial? Bisa dibayangkan jika generasi muda akan melakukan hal yang sama dan terus menjadi budaya dalah dunia maya. 

Teknologi menjadi penting ketika seseorang menggunakannya dengan sangat baik dan penuh tanggung jawab, namun ketika sudah digunakan untuk hal-hal yang kurang baik seperti menjadi tempat meluapkan emosi atau bahkan saling serang antar pengguna internet maupun media sosial itu dapat berakibat fatal dijaman seperti ini. 

Fatalnya adalah informasi yang diunggah di dunia maya adalah informasi yang sifatnya terbuka, artinya siapa saja dapat mengakses informasi tersebut, dan informasi dijaman sekarang sangat mudah disebarluaskan lagi oleh pengguna lainnya atau yang biasa kita sebut dengan "viral". 

Jika informasi negatif menjadi viral maka ada kemungkinan seseorang akan ikut melakukan hal yang sama jika mengalami kondisi yang sama. Dalam hal ini berarti pengguna lain akan termotivasi untuk Keyboard Keyboard Warrior "Untung" nya Apa?

Meluapkan emosi, cacian atau kata-kata kotor di media sosial karena merasa itu sudah menjadi hal yang lumrah. Bentuk cacian, makian, kata-kata kotor yang dimaksudkan untuk menyerang seseorang biasa disebut sebagai "Keyboard Warrior", Dimana seseorang meluapkan emosinya di dunia maya. Seorang professor psikolog Art Markman menyebutkan bahwa ada beberapa alasan seseorang menjadi keyboard warrior.

Yang pertama adalah mereka dapat menyamarkan identitasnya sehingga mereka bisa mengelak dari tanggung jawab akibat kemarahannya, kedua mereka berada jauh dari target kemarahannya, ketiga lebih mudah bersikap jahat dalam menulis daripada berbicara dan yang terakhir karena kolom komentar tidak terjadi secara real time, orang bisa bermonolog dalam sudut pandang yang ekstrem.

Keyboard warrior terdapat dua tipe, yang pertama adalah orang yang memang sengaja ingin mencari perhatian dengan memancing keributan dan yang kedua adalah mereka yang melampiaskan emosi dunia nyata ke dunia maya. Untuk tipe yang pertama lebih dikenal dengan "troll". Jika cermat, memang ada beberapa sisi positif dari keyboard warrior yang bisa kita ambil.

 Misalnya menjadikan orang lain termotivasi terhadap kata yang kita lontarkan untuk menjadi pribadi yang lebih baik, atau bisa juga menjadi bahan introspeksi bagi mereka yang menjadi target keyboard warrior dan terakhir dapat membangun mental pribadi yang lebih kuat.  Namun hal-hal tersebut hanya segelintir orang yang mampu menerimanya, lebih banyak akibat negatif yang di terima dibandingkan positifnya.

Seperti studi kasus yang pernah dialami oleh seorang anak dari artis tanah air yaitu Ussy Sulistiawati. Anaknya kerap menjadi bahan ejekan, di caci bahkan hina oleh pengguna media sosial.

Akibatnya tidak hanya dirasakan oleh sang anak, tetapi juga sang ibu "Ussy" tidak nyaman dengan komentar pengguna media sosial pada akun instagramnya. Kasus ini berlanjut hingga ke kantor kepolisian dengan melaporkan 10 akun Instagram dengan pasal 37 juncto pasal 35 Undang Undang ITE serta pasal 310 dan 311 KUHP. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun