Mohon tunggu...
Febri surya
Febri surya Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

🏴‍☠️

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Askara

24 Februari 2021   11:11 Diperbarui: 24 Februari 2021   11:22 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Harapan masih saja sama ingin menjadi manusia yang berguna kelak, atau sekarang juga. Tiga bersaudara yang tinggal di kampung kecil pinggiran kota. Atma Ganendra, saya adalah anak tertua dari keluarga tersebut.

Di sekolah saya dikenal sebagi murid yang cukup pandai,saya selalu mendapat rangking pertama di kelas sehingga kebanyakan guru mengenalku dengan baik. Sayang nya saya selalu berpindah pindah sekolah karena mengikuti ayah. Sejak duduk di bangku kelas 8 saya sudah berkunjung ke sekolah sekolah lain untuk menjual kalender yang saya dagangkan, ya saya berdagang untuk memenuhi kebutuhan saya sendiri. Ketika naik ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi, SMA . Saya tidak melanjutkan sekolah dulu di karenakan ikut pindah bersama ayah saya kepulau sebrang untuk merantau dan mencari penghidupan yang lebih layak . Nyatanya kehidupan tidak berubah dan masih seperti sebelumnya.

Secercah harapan tak jua terlihat,melihat tidak adanya perubahan kehidupan di pulau perantauan. Akhirnya Saya dan keluarga pun memutuskan untuk pindah lagi ke kampung halaman. Di kampung halaman saya melanjutkan lagi sekolah yang terputus satu tahun. Saya memiliki banyak teman baru,salah satu nya adalah Devano, Devano akhirnya menjadi teman yang sangat dekat dengan saya.

"Ma, kita main basket yu." Sahut Devano ketika pulang dari sekolah.

Saya pun menjawabnya. " Tapi aku gabisa main basket Dev."

"Ah,jangan bilang gabisa sebelum mencoba." Sahut Devano lagi.

" Yaudah ayo jam berapa dan dimana." Jawab saya.

" Jam 4 sore di lapang dekat rumahku,nanti aku kirimin aja lokasi rumahku." Kata Devano.

Dan saya mengangguk tanda mengiyakan perkataan Devano. Sesampai nya di rumah lembar lembar kertas sudah menunggu untuk diiisi tiap soalnya. Saya pun tertidur. Lalu terbangun dan langsung kaget karena melihat jam sudah menunjukan pukul empat sore, saya langsung mandi dan bergegas untuk pergi ke rumah Devano yang sudah saya lihat lokasinya di ponsel. Saya pun bergegas, Setelah beberapa saat turun dari angkutan umum dari kejauhan terlihat Devano sudah menunggu di depan rumahnya bersama kawan kawannya yang tidak kukenal. Saya pun menghampiri Devano, " maaf ya saya kesorean,soalnya tadi ketiduran pas waktu ngerjain soal hehe." Ucap saya kepada Devano sembari bersalaman dengan kawan kawannya.

" Santai aja Ma,ayo kita ke lapang." Jawab Devano dengan nada santai.

"Tapi aku tidak bisa bermain basket Dev." Ucapku lagi mengulangi perkataan ketika pulang sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun