Mohon tunggu...
Febriano Kabur
Febriano Kabur Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Ilmu Sosial & Politik

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

"Drone" Telah Menjadikan Kota Itu Lebih Indah dan Selalu Dirindukan

8 Juli 2019   20:45 Diperbarui: 8 Juli 2019   21:13 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Kota Ruteng

                   

                  Oleh: Febriano Kabur

Suatu hari dikala menjelang petang hari, tampak seorang Musafir terlihat duduk di depan lantai teras kamar kosnya di lantai satu dengan berdiam diri dan membisu sambil menundukkan kepala dengan menatap layar telepon pintar yang digenggamnya dengan begitu erat. Musafir itu menunjukkan raut wajahnya yang begitu murung dan sedikit terlihat galau. Apakah Ia merindukan kekasihnya? Ternyata bukan. Bukan merindukan kekasih.

Dirinya terlihat galau melainkan sedang menyaksikan tayangan yang diunggahnya pada akun media sosial yang Ia miliki, dirinya menatap dengan serius sembari Ia merenungkan sebuah lagu yang diselipkan pada tayangan itu. 

Sedikit demi sedikit, Musafir itu memperhatikan tayangan tersebut dengan begitu mendalam sambil menjeda-jedakan tayangan itu dengan begitu teliti, Ia menatap bangunan-bangunan tua dan sebagian tempat yang terlihat indah dan dikenangnya pada cuplikan tayangan itu. "Sa rindu ini tempat, sa mo pulang," ucap Sang Musafir terbata-bata dengan kebeningan air pada kedua bola matanya yang sudah jelas terlihat basah, bahkan hampir menetes.

Lantas, dari manakah asalnya tayangan itu? Mungkin saja, dibuat oleh mereka-mereka yang berjiwa ahli, dengan dihasilkan oleh tayangan yang begitu berkualitas baik, dan dituntun oleh orang-orang yang profesional dan berkarya, serta dihasilkan oleh sebuah alat khusus yang sering disebutkan dengan nama 'Drone'.


'Drone'. Entah siapa yang menemukannya dan siapa yang menciptakannya hingga Ia dijadikan sebagai alat yang merupakan jembatan rindu atas suatu tempat bagi mereka yang selalu saja ingin merindu, suka merindu, dan tak bisa menahan rindu.

Karya orang-orang profesional melalui sebuah alat yang dinamai Drone itu, harus menguji diri mereka yang tinggal di suatu tempat yang begitu nun jauh di laut seberang, sekuat apakah mereka bisa menahan rindu. Terlebih terhadap kampung halaman mereka. Walau kebanyakan dari mereka tak mampu.

Memang, alat itu hanya menguji orang-orang yang  seharusnya tidak patut untuk diuji. Dan dia tidak memiliki hak untuk menguji, dan memang juga, bukan tugasnya untuk menguji. 

Namun, bagi mereka yang mengaku tidak kuat menahan rindu, mereka justru ingin saja untuk diuji olehnya. Hingga mereka harus mampu menahan beratnya rasa rindu itu sebanyak setiap kali ketika mereka menyaksikan tayangan itu. Bahkan berkali-kali, sama halnya yang dirasakan Musafir tadi.

Mereka yang berada di tanah perantauan, selalu saja menyambut serta menerima keterpancingan dari alat itu. Sebab, alat itu dengan mudah saja untuk menguasai jiwa dan raga mereka untuk mengajak mereka terbang melayang tinggi di ujung sana demi menatap tempat yang mereka rindukan itu. Alat itu mampu menguji mereka, sejauh mana kemampuan mereka dalam menahan rindu yang begitu berat. Bahkan lagi lebih dari beratnya rasa rindu yang pernah mereka rasakan paling berat. 

Drone, Ia terlihat terdiam, Ia sunyi dalam kebisingan kicauan burung-burung di udara. Ia tak selalu kemana-mana dan tak akan ingin terbang ke arah mana-mana selama Ia dituntun oleh mereka yang berprofesional pada wilayah daratan. Dia hanya fokus pada tugasnya dengan memberikan moment terbaik di seputar wilayah yang sudah dikehendaki sebelumnya. Ia dikehendaki pada wilayah orang-orang yang menginjak badan bumi sembari menuntunnya di udara bersama kicauan burung-burung. Mereka lakukan itu demi mengabadikan moment terbaik.

Dari segi kualitasnya, memang, sepatutnya kita bangga terhadap kualitas Drone, dan kita cukup memberi apresiasi yang sebesarnya terhadap jiwa orang-orang yang menciptakannya, serta orang-orang yang berkarya dan mampu menuntunnya dari daratan. 

Drone, bersama seorang penuntunnya itu di darat, keduanya telah mampu mengabadikan moment di sebuah kota yang selalu saja orang-orang rindukan dengan kualitasnya yang terbaik, dengan arahan yang terbaik, menayangkannya pun dengan hasil yang terbaik pula.

Yah, kota itu. Ia begitu terlihat cantik dengan sebuah tayangan yang diperoleh dari yang namanya Drone bersama penuntunnya. Walaupun kota itu, ternyata hanya bagaikan seorang gadis yang terlihat cantik dalam sebuah mimpi dengan dihantui oleh sejuta peluru imajinasi. Kota itu bagaikan gadis yang ditatap begitu jauh dengan kelembutan wajah nan kulit putihnya yang dipandang seindah mungkin seakan bidadari akan tiba di sudut kota. Cantiknya terlalu luar biasa. Dirinya mampu membawa sejuta imajinasi bayang-bayang tatkala seorang gadis cantik rupawan sebenarnya akan lekas tiba membawa wujud.

Namun apalah daya, jika memang ketika gadis itu  dilihat secara kasat mata, ternyata hanyalah bintik-bintik merah yang menghiasi wajahnya. Binatang-binatang kecil menjijikkan berjalan gontai dari ujung kepala yang tiba begitu lekas di pipi lesung. Siapa merawat?

Drone, kini telah berhasil menjadikan kota kecil yang mereka rindukan itu dengan menjadikannya jauh lebih indah daripada faktanya. Walaupun tanpa Drone, sesungguhnya secara kasat mata kota itu selalu saja terlihat busuk dengan penghuni-penghuninya yang selalu saja ingin bermental jorok. Tanpa kesadaran, dan tanpa ingin ada yang disalahkan.

Walaupun begitu, kota itu tetap dianggap cantik. Bahkan selalu dirindukan dan dikenang selamanya. Terlebih terhadap mereka yang jauh di tanah perantauan. Sejorok dan sebusuk apa pun kota itu, mereka tak akan peduli. Intinya mereka dibesarkan disitu, dan kota itu punya ciri khasnya tersendiri, dan mereka pun bangga dilahirkan dari kota itu.

Yah, ketika Drone sebagai jembatan rindu bagi mereka-mereka yang lemah di tanah perantauan. Rindu yang tak kunjung ada ujungnya dirasakan terhadap tanah kelahiran mereka. Mereka menyaksikan karya orang-orang yang profesional itu melalui cuplikan yang dihasilkan Drone dengan tatapan serius. Sembari mereka menulis pada dinding kronologi media sosial "kota ini su panggil pulang," sekian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun