Mohon tunggu...
Febriano Kabur
Febriano Kabur Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Ilmu Sosial & Politik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Upaya Guru dalam Membangkitkan Semangat Mental Siswa

8 Juli 2019   00:38 Diperbarui: 8 Juli 2019   23:15 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (cellcode.us)

Tak terduga sebelumnya, pria paruh baya itu ternyata merupakan salah seorang Guru. Ia kerap disapa 'Guru Nober'. Dia mengajar di sebuah sekolah di kota tersebut. Sekolah yang tak pernah di anggap baik dari khalayak ramai di kota itu. Mereka sering menganggap bahwa sekolah guru Nober merupakan 'Sekolah sesuka hati, pergi sesuka hati, pulang juga sesuka hati,'. Banyak yang menganggap bahwa sekolah itu sesuka siswa. Guru-gurunya pun dianggap lemah dan tak mampu mencerdaskan siswa-siswi. Sekolah yang penuh keterbatasan. Keterbatasan ruang, maupun fasilitas yang dimiliki lembaga.

Tetapi sebagian orang menganggap bahwa sekolah tempat guru Nober mengajar itu dikatakan sebagai sekolah yang mampu membangkitkan semangat-semangat peserta didik yang terbuang dari sekolah-sekolah asal mereka.

Pada kesempatan itu, guru Nober berkata kepada ketiga Musafir itu, "Tidak apa-apa. Kalian jangan putus asa begini hanya karena dikeluarkan guru Frans. Masa depan kalian masih panjang. Kalian boleh saja saat ini terjatuh, tetapi kalian harus kembali bangkit untuk meraih impian dan cita-cita kalian. Sudahlah! Lebih baik sekarang kamu pulang ke rumah masing-masing. Ingat ya! Jangan jadikan masalah ini sebagai alasan agar kamu tidak ingin berusaha lagi. Anggap ini sebagai pelajaran. Sekarang pulang, besok kamu bertiga temui saya di sekolah kami di depan itu. Bawa dengan berkas-berkas kalian, jika kalian ingin bangkit, dan masih ingin sekolah!" Pinta Guru Nober menguatkan mereka sambil berjalan dengan menunjuk sebuah bangunan tua yang merupakan sekolah dimana tempat guru Nober itu mengajar. Guru Nober pun mengajak ketiganya untuk menemuinya dihari esok.

Mendengar perkataan dari guru Nober, ketiga orang Musafir itu pun tak lagi murung. Mereka kembali bersemangat. Sesama mereka saling menyahut dan salah satunya berujar, "Bapak ini telah menyemangatkan kita. Saya yakin, Beliau merupakan seorang Bapak pendidik yang begitu bijak dan bermanusiawi. Dia membangkitkan kita yang jatuh dan menyemangatkan kita yang lemah ini," akunya.

Keesokan harinya mereka menemui guru Nober. Dengan hati guru Nober yang begitu terbuka atas belas kasih yang dirasakannya terhadap ketiga Musafir itu, guru Nober bersedia terhadap ketiganya untuk menjadi muridnya, dan menerima mereka untuk belajar di sekolahnya. 

"Jika kalian mau, kalian boleh belajar disini dan menjadi murid saya,". Ujar guru Nober tersenyum.

"Di kota ini kamu tidak mempunyai alasan untuk berputus asa. Tak hanya sekolah guru Frans yang kamu kenal itu yang bisa mendidik kalian. Banyak pula guru-guru yang bisa mendidik kalian di sekolah ini. Termasuk saya sendiri. Saya bersama teman-teman yang ada disini bersedia mendidik kamu dengan kepala dingin dan dengan penuh kesabaran yang kami miliki, walaupun sedikit dengan cara kekerasan. Tetapi demi kebaikan kamu semua, agar kelak kamu akan menjadi orang-orang berguna bagi masa depan," Tambah guru Nober dengan terus memberi mereka motivasi.

Mendengar ucapan guru Nober yang penuh nasehat serta mempunyai makna dan nilai itu, ketiga Musafir itu pun tampak kembali tersenyum bercampur haru. Ketiganya telah bertekad untuk melanjutkan hak pendidikan mereka itu di sekolah guru Nober dengan melalui uluran belas kasih yang diberikan guru Nober terhadap ketiganya. 

Disitulah ketiga Musafir itu sadar secara kasat mata, secara hati dan pikiran. Bahwa guru yang benar-benar memiliki jiwa pendidik itu, telah tertanam pada diri guru Nober.

Yah. Guru Nober tampak lebih jauh memahami psikologi ketiga Musafir itu. Hati guru Nober begitu terbuka lebar. Guru Nober tak tega melihat nasib mereka sebagai generasi penerus itu, harus putus di tengah jalan.

Guru Nober sebagai guru yang patut diteladani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun