Mohon tunggu...
Febriano Kabur
Febriano Kabur Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Ilmu Sosial & Politik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Upaya Guru dalam Membangkitkan Semangat Mental Siswa

8 Juli 2019   00:38 Diperbarui: 8 Juli 2019   23:15 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (cellcode.us)

                   Oleh: Febriano Kabur

Di sebuah kota kecil yang begitu nun jauh di negeri seberang, akhir-akhir ini bahkan dari dulu kala kota itu selalu disebut dengan kota yang bersuhu dingin, dengan dihiasi pohon-pohon yang begitu menjulang tinggi. Dengan gunung-gunung yang begitu terlihat tinggi. 

Pohon terbesar yang dinobatkan sebagai pohon sejarah pun masih saja berdiri kokoh di pusat kota dingin itu hingga saat ini. Pohon itu biasa disebut oleh para penghuninya dengan sebutan pohon beringin.

Bangunan-bangunan tua yang telah berdiri sejak lama itu pun masih saja berdiri kokoh. Bangunan-bangunan itu hingga kini terletak diantara toko-toko. Toko-toko yang dibangun sebagai pusat perbelanjaan di kota dingin itu yang baru-baru saja dibangun dengan kokoh. 

Ketiga orang Musafir yang tak diketahui namanya tiba-tiba datang dengan jalan gontai sambil menggendong masing-masing tas ransel dengan memandang ke arah mana-mana, ketiga kepala mereka tegak melihat cakrawala, memandang bangunan-bangunan itu seolah-olah ada yang sedang dicari.

Mereka melintas di kota dingin itu tanpa berkata-kata, tanpa menyapa entah kepada siapa. Mereka tak memiliki keluarga ataupun kenalan. Kedatangan pertama di kota dingin itu, mereka terlihat diam. Tampak mereka sunyi dalam keriuhan berpikir, dengan kepala mereka yang terlihat pusing tujuh keliling.

Apakah mereka mencari sesuatu untuk dibawah pulang? Apakah mereka mencari tempat untuk mereka mencari nafkah? Entahlah.

Kabar pun tersiar, bahwa ketiga orang Musafir itu datang lantaran ingin mencari tempat untuk mereka mengabdi ilmu dan ingin melanjutkan jenjang pendidikan mereka ke sekolah yang lebih tinggi.

Seorang supir angkot yang sementara mengemudi menaikkan volume musiknya yang begitu tempias tampak menggetarkan dinding kaca-kaca pada bangunan-bangunan tua yang berada di kota dingin itu. Ia pun menghampiri ketiga orang Musafir tersebut di pinggir jalan, Ia mengecilkan volume musiknya lalu bertanya, "kemana kalian ingin pergi?,"

Salah Seorang Musafir dari mereka menjawab, "kedatangan kami untuk mencari sebuah sekolah. Sekolah yang diajar oleh seorang guru yang hebat. Ia kerap disapa ' Guru Frans'. Orang-orang mengakuinya hebat, termasuk orang-orang di negri kami. Katanya guru Frans bisa mengubah kehidupan orang lain. Dan, kami ingin datang menemuinya untuk mengubah hidup kami ke arah yang lebih baik. Guru Frans juga dianggap mampu mencerdaskan kehidupan kami dari ketersesatan cara berpikir kami yang bodoh ini," ungkap salah satu dari ketiga Musafir itu.

Mendengar nama guru Frans, tampak sudah tak asing lagi terdengar di telinga supir angkot dan khalayak ramai di kota itu. Dengan spontan, supir angkot itu pun meminta ketiga orang Musafir tersebut untuk menaiki angkotnya. Ia pun langsung mengantarkan ketiga orang Musafir tersebut ke sekolah dimana tempat guru Frans mengajar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun