Mohon tunggu...
Febriana LindiSantika
Febriana LindiSantika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Aku seorang mahasiswa yang sangat tertarik dengan sebuah berita terkini dan kegiatan sosial yang membantu masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Bencana Datang Masa Depan Anak Menjadi Taruhan

1 Desember 2022   09:13 Diperbarui: 1 Desember 2022   09:32 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai makhluk kita tidak bisa menolak  sebuah pemberian Tuhan. Tidak terkecuali sebuah bencana. Mungkin juga bisa kita sebut peristiwa yang kehadirannya tidak kita harapkan. Sebuah peristiwa yang hadir akan merusak  segalanya bahkan tidak segan-segan akan merenggut nyawa.

Akhir-akhir ini terdapat peristiwa yang menghebohkan Indonesia. Siapa lagi kalo bukan Gempa Cianjur, Jawa Barat. Gempa dengan kekuatan 5,6 SR ini tanpa ragu sudah menewaskan korban lebih dari 300 orang. Sungguh angka yang fantastis jika dibayangkan banyak korban yang tewas pada kejadian itu. Korban dimana mana dan bahkan berbagai usia dari bayi hingga lanjut usia.

Sungguh menyedihkan jika bencana ini memberi luka yang mendalam bagi seorang anak usia  dini  atau usia pertumbuhan. Dimana dalam usia tersebut mereka harusnya banyak mengukir kenangan indah dimasa kecil, namun adanya bencana ini akan memberikan kenangan buruk, kesedihan, kehilangan bahkan rasa trauma.

Mungkin pada saat terjadinya bencana banyak anak kehilangan orang tersayang mereka dan juga bisa jadi sosok orang tua. Sosok yang selalu ada untuk anak dan sebagai support system terbaik untuk kehidupannya. Disamping kehilangan orang terkasihnya kita harus peduli dengan kondisi psikologis atau kejiwaanya. Karena ini adalah hal terpenting dari semuanya, bukan berarti kondisi biologis tidak penting. Namun kondisi psikologis yang sehat dan baik akan mempengaruhi kondisi biologis atau kehidupan yang sehat dan baik juga.

Banyak elemen penting yang berperan dalam proses penyembuhan trauma pada anak seusai bencana datang. Ada dari Keluarga, Lingkungan, Pemerintah dan juga lainnya. Misalnya dari keluarga.

Keluarga sendiri merupakan orang terpenting yang kehadirannya sangat berarti bagi kehidupan seorang anak. Adanya keluarga ini mungkin bisa menyembuhkan rasa trauma bagi anak. Namun, jika sebuah keluarga itu juga menjadi korban sebuah bencana bahka menewasakan. Maka pihak luar yang mempunyai tanggung jawab menyembuhkan rasa trauma pada anak.

Pihak luar yang dimaksud adalah lingkungan sekitarnya atau terdekatnya. Selain keluarga lingkungan juga mempengaruhi kondisi psikologis anak. Lingkungan yang baik dan bahagia ini lambat hari atau waktu akan menyembuhkan kondisi psikologis anak. Bahkan bisa menyembuhkan rasa trauma yang mendalam bagi anak itu sendiri.

Dan yang terakhir yaitu peran Pemerintah. Pemerintah sebagai fasilitator bukan hanya memberikan kebutuhan materi anak atau korban bencana. Namun juga mempunyai kewajiban untuk memberikan perhatian khusus terhadap kondisi psikologis anak atau korban juga. Mungkin dengan memberikan psikiater atau hiburan agar anak tidak teriang-iang kejadian kelam yang barusan menimpanya.

Mungkin dalam penyembuhan rasa trauma pada anak tidak semudah seperti dibayangkan. Namun, apa salahnya jika semua orang membantu melakukan penyembuhan terhadap trauma pada anak. Karena sangat menyedihkan sekali, anak yang mempunyai impian indah dimasa depan harus tiba-tiba hilang impian itu dalam beberapa menit karena sebuah bencana yang tidak dapat diduga.

Namun, adanya bencana ini kita tidak bisa menyalahkan siapapun entah Tuhan, Pemerintah, masyarakat atau lingkungan kita. Daripada kita saling menyalahkan bencana ini, lebih baik kita melakukan perbaikan atau apa yang harus dilakukan setelah bencana ini hilang. Apa gunanya saling menyalahkan sesuatu yang telah terjadi semua itu tidak ada gunanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun