Saya datang ke Pasar Raya di Taman Budaya Jawa Tengah, Solo, dengan niat sederhana: mencari batik murah dan mencicipi jajanan jadul. Tapi yang saya temukan jauh melampaui ekspektasi. Di tengah keramaian lapak UMKM dan aroma makanan tradisional, saya melihat sekelompok penari jathilan bersiap di pelataran. Musik gamelan mulai mengalun, dan dalam sekejap, pasar berubah menjadi panggung pertunjukan rakyat.
Saya berdiri terpaku. Di antara aktivitas jual-beli, tampil tari Reog, musik lesung, dan teater rakyat tanpa panggung mewah. Anak-anak duduk bersila di lantai, orang tua bersandar di gerobak, semua menyaksikan dengan mata berbinar. Rasanya seperti kembali ke masa kecil, ketika pasar bukan hanya tempat belanja, tapi juga ruang hiburan dan pembelajaran budaya.
Tradisi yang Bertahan di Tengah Modernisasi
Pasar Raya bukan pasar biasa. Ia adalah ruang budaya yang hidup dan berdenyut. Diselenggarakan setiap tahun oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, acara ini menggabungkan aktivitas ekonomi dengan pertunjukan seni tradisional. Tahun ini, lebih dari 200 seniman terlibat: penari, pemusik, pelukis, hingga kelompok teater rakyat dari lima provinsi.
Yang membuatnya unik adalah penempatan pertunjukan di tengah pasar. Tidak ada batas antara penonton dan pemain. Tari Paci dari Nusa Tenggara Timur, Reog Ponorogo dari Jawa Timur, dan musik lesung dari Jawa Tengah tampil berdampingan dengan lapak batik, kuliner, dan kerajinan tangan. Seni tidak dipisahkan dari kehidupan, tapi menyatu dalam ritme pasar.
Saya sempat berbincang dengan Pak Suratno, pengelola Taman Budaya. "Pasar ini bukan hanya tempat jualan, tapi tempat orang bertemu dengan warisan mereka," katanya. Dan saya sepenuhnya setuju. Di sini, seni bukan pajangan, tapi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Tips Menikmati Pertunjukan Rakyat di Pasar Tradisional
Bagi kamu yang ingin merasakan pengalaman serupa, berikut beberapa tips agar kunjunganmu ke pasar budaya seperti Pasar Raya lebih maksimal:
- Datang pagi atau sore. Pertunjukan biasanya dimulai pukul 09.00 dan berlangsung hingga sore hari.
- Cari jadwal pertunjukan. Biasanya tersedia di pintu masuk atau akun media sosial penyelenggara.
- Bawa alas duduk atau kain. Banyak pertunjukan berlangsung di pelataran terbuka tanpa kursi.
- Ajak anak-anak. Pertunjukan seperti wayang, tari tradisional, dan musik lesung sangat edukatif dan menyenangkan.
- Jangan malu berinteraksi. Beberapa pertunjukan mengajak penonton ikut menari atau memainkan alat musik.
Saya sendiri ikut memainkan lesung bersama anak-anak, dan itu menjadi momen paling menyenangkan hari itu. Interaksi langsung membuat seni terasa lebih hidup dan inklusif.
Seni dan Ekonomi: Dua Denyut yang Saling Menguatkan
Pasar Raya juga menjadi ruang ekonomi kreatif. Selain pertunjukan, ada lebih dari 80 pelaku UMKM yang menjual produk khas daerah: batik, jamu, kerajinan bambu, dan kuliner jadul seperti jenang, serabi, dan klepon. Saya membeli lukisan kecil dari pelukis lokal yang sedang melukis langsung di lapaknya. "Kalau seni tidak hadir di pasar, kita kehilangan separuh jiwa pasar," katanya.
Saya setuju. Pasar bukan hanya soal harga, tapi soal rasa. Dan rasa itu hadir lewat seni, tradisi, dan interaksi manusia. Di sini, transaksi bukan hanya ekonomi, tapi juga emosional dan kultural.
Ketika Pasar Menjadi Ruang Pulang Budaya
Saya pulang dari Pasar Raya dengan batik, jenang, dan satu hal yang tak bisa dibeli: rasa bangga. Bangga karena di tengah gempuran digital dan pasar modern, masih ada ruang di mana budaya hidup, bukan sekadar dipajang.
Pasar ini mengajarkan saya bahwa pertunjukan rakyat tidak harus di gedung mewah. Ia bisa hidup di tengah pasar, di antara tumpukan sayur dan suara tawar-menawar. Dan selama ada ruang seperti ini, tradisi akan terus bernapas.
Pasar Raya bukan hanya event tahunan, tapi simbol bahwa budaya bisa tetap relevan jika diberi ruang untuk tumbuh bersama masyarakat. Ia adalah bukti bahwa seni dan ekonomi bisa berjalan beriringan, saling menguatkan, dan membentuk ekosistem yang sehat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI