Mohon tunggu...
H Febriyanto Chrestiatmojo
H Febriyanto Chrestiatmojo Mohon Tunggu... Penulis

Menyajikan artikel berisi tips-tips yang relevan dengan isu dan tema pilihan saat itu—dengan gaya reflektif, aplikatif, dan mengundang dialog.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Bagaimana Cara Menyusun Rencana Keuangan Jangka Panjang Bersama Pasangan Sejak Awal Menikah?

30 Juli 2025   21:00 Diperbarui: 30 Juli 2025   19:38 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Рexels / Anna Tarazevich

Saya dan istri memulai pernikahan tanpa warisan, tanpa rumah, dan tanpa tabungan besar. Tidak ada rekening bersama yang gemuk, tidak ada aset yang bisa dijual. Tapi kami punya satu hal yang jauh lebih berharga: visi bersama. Di malam-malam awal setelah menikah, kami tidak hanya bicara soal menu makan atau dekorasi rumah, tapi juga tentang masa depan—tentang rumah impian, pendidikan anak, dan pensiun yang tenang.

Kami sadar, jika tidak segera menyusun rencana keuangan jangka panjang, kami akan terjebak dalam rutinitas bulanan tanpa arah. Maka, kami mulai dari satu pertanyaan sederhana: Apa yang ingin kita capai dalam 5–10 tahun ke depan?

Papan Impian: Visualisasi yang Menjaga Komitmen

Kami membuat papan impian di dinding kamar. Di sana ada gambar rumah kecil dengan taman, anak mengenakan toga kelulusan, dan kami berdua duduk di kursi pantai saat pensiun. Visualisasi ini bukan sekadar dekorasi, tapi pengingat arah hidup. Setiap kali kami tergoda belanja impulsif atau merasa jenuh, kami lihat papan itu dan ingat: kami sedang membangun sesuatu yang besar.

Setiap impian kami pecah menjadi target finansial yang konkret:

- Rumah: DP minimal Rp150 juta dalam 5 tahun

- Pendidikan anak: Dana Rp300 juta untuk 15 tahun ke depan

- Pensiun: Tabungan Rp1 miliar saat usia 55

Angka-angka itu memang besar. Tapi kami tidak takut, karena kami punya sistem dan komitmen.

SMARTER Goals: Mimpi yang Bisa Dieksekusi

Kami menggunakan metode SMARTER untuk menyusun tujuan keuangan. Bukan hanya mimpi, tapi target yang bisa dijalankan:

- Specific: Tujuan harus jelas, seperti “menabung Rp150 juta untuk DP rumah”

- Measurable: Bisa diukur, misalnya “menabung Rp2,5 juta per bulan”

- Achievable: Disesuaikan dengan penghasilan dan kondisi kami

- Relevant: Harus sesuai dengan prioritas hidup, bukan ikut-ikutan

- Time-bound: Ada tenggat waktu, misalnya 5 tahun

- Evaluate & Revise: Kami evaluasi tiap 6 bulan dan revisi jika perlu

Dengan metode ini, kami tidak hanya bermimpi, tapi tahu bagaimana mencapainya. Kami tidak lagi bingung harus mulai dari mana, karena setiap langkah sudah kami petakan.

Roadmap Finansial 5–10 Tahun: Fase demi Fase

Kami menyusun roadmap keuangan jangka panjang yang terbagi dalam tiga fase utama:

Tahun 1–2: Fondasi

- Bangun dana darurat setara 6 bulan pengeluaran

- Mulai tabungan DP rumah

- Daftar asuransi kesehatan dan jiwa

Tahun 3–5: Ekspansi

- Tambah investasi di reksa dana dan emas

- Mulai dana pendidikan anak

- Evaluasi kebutuhan rumah dan lokasi

Tahun 6–10: Stabilisasi

- Cicil rumah atau beli properti

- Diversifikasi investasi untuk pensiun

- Rancang strategi pensiun dini dan passive income

Setiap fase punya indikator keberhasilan. Kami mencatat progres di aplikasi keuangan dan jurnal bulanan. Kami juga membuat grafik sederhana di papan impian agar bisa melihat perkembangan secara visual.

Tips Praktis Menyusun Rencana Keuangan Jangka Panjang Bersama Pasangan

Berikut beberapa strategi yang kami terapkan dan bisa kamu adaptasi:

- Mulai dari mimpi, bukan angka. Visualisasi impian membuat proses terasa menyenangkan dan bermakna.

- Gunakan metode SMARTER. Agar tujuan tidak mengambang dan bisa dieksekusi dengan jelas.

- Buat roadmap 5–10 tahun. Pecah jadi fase-fase kecil agar tidak terasa berat dan lebih mudah dicapai.

- Evaluasi rutin. Jadwalkan review keuangan setiap 6 bulan untuk melihat progres dan menyesuaikan strategi.

- Libatkan pasangan sepenuhnya. Ini bukan tugas satu orang, tapi proyek hidup bersama.

Kami juga menyadari bahwa komunikasi adalah kunci. Setiap keputusan finansial kami ambil bersama. Kami tidak hanya bicara soal uang, tapi juga soal nilai, prioritas, dan harapan.

Dari Pasangan Pemula ke Tim Finansial yang Solid

Awalnya, kami hanya dua orang yang baru menikah, bingung dengan pengeluaran dan belum punya rumah. Tapi setelah menyusun rencana keuangan jangka panjang, kami merasa punya arah. Kami tidak lagi takut masa depan, karena kami tahu sedang menuju ke sana—langkah demi langkah.

Setiap kali kami berhasil mencapai target kecil, seperti menambah dana darurat atau menyelesaikan cicilan, kami merayakannya. Bukan dengan belanja besar, tapi dengan pelukan dan rasa bangga. Kami bukan hanya pasangan, tapi tim yang membangun masa depan bersama.

Kami belajar bahwa kekuatan finansial bukan soal seberapa besar modal awal, tapi seberapa kuat visi dan sistem yang kamu bangun. Dan dalam rumah tangga, rencana keuangan bukan sekadar spreadsheet—tapi cermin dari komitmen, komunikasi, dan cinta yang tumbuh setiap hari.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun