Mohon tunggu...
Muhammad Fayyaz Rashyadi
Muhammad Fayyaz Rashyadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Film dan Televisi Universitas Pendidikan Indonesia

Saya adalah seorang penggemar film yang memiliki jiwa tinggi untuk mendalami media tersebut.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menormalisasi Kegagalan ala Erwin, Mahasiswa Teknik Geodesi Undip

28 Maret 2023   22:39 Diperbarui: 28 Maret 2023   22:54 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kegalan tentu tidak menjadi sebuah kata yang asing bagi kita. Menurut KBBi sendiri, kegagalan memiliki arti tidak berhasil atau tidak tercapai, Semua orang pastinya pernah merasakan kegagalan. Bahkan, orang yang dianggap sukses seperti Bill Gates yang gagal untuk menyelesaikan kuliahnya ataupun Elon Musk yang gagal dalam menerbangkan roket pertamanya. Kegagalan menjadi hal yang umum terjadi di kehidupan kita. Bahkan, kegagalan bisa berupa hal-hal yang terjadi di kehidupan sehari-hari kita seperti gagal bangun pagi, gagal masuk sekolah tepat waktu, gagal memasak dengan baik, dan lain-lain. 

Pada intinya, kegagalan adalah Akan tetapi, banyak orang menganggap kegagalan sebagai sebuah fase yang jahat dan terpuruk. Tidak jarang juga dari anggapan ini, orang-orang merasa bahwa diri mereka tidak lagi dapat mencapai tujuannya. Padahal, kegagalan pada realitanya bukan lah akhir dari segala hal, melainkan sebuah learning experience yang tidak perlu ditakuti. Namun, yang membedakan kegagalan adalah bagaimana cara orang tersebut menghadapinya. Ada yang membiarkannya saja, tetapi ada juga yang berani untuk bangkit darinya.

Salah satu bidang yang kerap dengan anggapan kegagalan adalah dunia pendidikan yang mulai dari sekolah sampai perguruan tinggi. Riset menunjukan bahwa banyak orang berada dalam tekanan tinggi terhadap dunia pendidikan dikarenakan ketakutan akan kegagalan. 

Menurut Didik Sudarsana (2019), pelajar yang berada di bawah tekanan pendidikan atau stress dapat menimbulkan ketidakoptimalan mereka sebagai seorang pelajar. Akibatnya, banyak pelajar cenderung memilih untuk menghindari kegagalan dengan berbagai hal seperti tidak aktif di kelas, tidak mengikuti kegiatan, takut mengambil keputusan dan lain-lain. Padahal, idealnya masa tersebut adalah masa-masa yang wajar bagi mereka untuk membuat kesalahan. 

Kesalahan dianggap juga sebagai sesuatu hal yang dapat memperkuat pembelajaran mereka dan seharusnya tidak menjadi ketakutan bagi seorang pelajar. Pengalaman mereka lah yang membentuk diri mereka yang lebih berkembang. Hal ini lah yang tetap harus ditanamkan dalam pola pikir setiap siswa dan siswi. Namun, banyak yang bingung bagaimana untuk mengembangkan growth mindset tersebut. Salah satunya tentunya dengan mempercayai bahwa kalian tidak sendiri. Banyak orang yang juga pernah merasakan kegagalan, tidak terkecuali, Erwin Fernando Junior Manurung. 

Meskipun kini tercatat sebagai mahasiswa teknik geodesi Universitas Diponegoro, Erwin banyak merasakan kegagalan dalam perjalanan menuju di titik ini. Ia pun bercerita tentang bagaimana ia menormalisasi kegagalannya dan terus mengejar keinginannya. Erwin sendiri tidak menyangka bahwa ia berada di titik sekarang. Ia mengaku bahwa kegagalan yang dialami dahulu telah mengantarkannya di titik ini sekarang. Semoga dari cerita ini, kita semua dapat lebih bermotivasi untuk bangkit dari tiap kegagalan yang ada dan menumbuhkan growth mindset pada tiap pembaca.


Babak 1: Mimpi Kecil

Siapa yang tidak punya mimpi? Setiap orang pastinya memiliki mimpi yang ingin digapai. Mimpi kerap berhubungan dengan angan-angan atau keinginan seseorang yang dapat memotivasi dirinya untuk mencapai hal tersebut. Sama seperti kalian, Erwin juga memili mimpi sendirinya. Sejak kelas tiga SMP ia telah memikirkan keinginannya untuk beberapa tahun berikutnya. Ia bercita-cita agar dapat berkuliah di Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung.

Hal ini pun juga didukung oleh orangtua Erwin. Dengan mimpi tersebut, Erwin telah menitikkan target untuk masuk ke SMA favorit dan memilih jurusan IPA agar dapat linier dengan tujuannya. Namun, setelah melihat nilai ujian nasional 2019, ia berada dalam keraguan. Erwin menilai bahwa nilainya cukup tinggi, tetapi ia ragu bahwa nilai tersebut dapat menghantarkan dirinya ke sekolah keinginannya dengan jurusan IPA yang notabene biasanya standar nilai untuk masuk lebih tinggi.

Keraguan Erwin pun mulai mereda setelah mengetahui sistem dari PPDB di DKI Jakarta. Dirinya melihat peluang bahwa adanya banyak jalur untuk masuk SMA negeri sehingga membuat dirinya tidak takut untuk mencoba jalur lain jika nantinya tidak lulus.

Usut punya usut, Erwin pun mencoba daftar di salah satu SMA favorit di Jakarta Utara yaitu SMAN 13 Jakarta. Setelah lama menanti dan menunggu, ia mendapatkan hasil bahwa dirinya berhasil menjadi siswa SMAN 13 Jakarta. Ia menceritakan bahwa dirinya sangat senang dan menganggapnya sebagai sebuah achievement karena sedikit dari SMP Erwin lulus di sekolah yang umum dikenal dengan nama Galas tersebut. 

Akan tetapi kesenangan tersebut tidak bertahan lama karena Erwin harus menghadapi bahwa dirinya keterima di jurusan IPS yang di luar keinginannya. Padahal, ia dapat saja memilih program IPA di sekolah lain. Lalu, apa yang membuat Erwin lebih mempertimbangkan masuk IPS dibandingkan program IPA di sekolah lain?

"Aku rasa lingkungan belajar itu sangat penting. Melihat dari pengalaman, aku rasa lingkungan belajar yang baik dan sehat dapat mendorong aku untuk lebih berkembang di sekolah. Jadi, aku rasa SMAN 13 Jakarta dapat menawarkan hal tersebut, apalagi Galas termasuk sekolah yang paling favorit di Jakarta Utara, bahkan di Provinsi DKI Jakarta sendiri. Sudah banyak juga alumni berprestasi dari sekolah tersebut. Jadi bagaimanapun aku nantinya, aku rasa sekolah dapat membentuk aku menjadi pribadi yang lebih baik", sebut Erwin dalam wawancara.

Terlepas dari kegagalannya itu, Erwin merasa bahwa ia dapat berkembang lebih baik di SMAN 13 Jakarta. Namun, apakah Erwin dapat benar-benar luput dari mimpi kecilnya itu? Tentu tidak. Ia berusaha terus agar dapat mengikhlaskan mimpi awalnya tersebut dan fokus dengan apa yang ada di depan matanya. Meskipun sulit, Erwin tetap mencoba dan memberikan kesempatan bagi dirinya untuk mendalami jurusan IPS. Pada kala itu, Erwin cukup mempercayai proses dan jalan Tuhan adalah yang terbaik. 

Terlebih, ia menganggap bahwa life must go on dan jalani saja sesuai kemampuan. Secara perlahan, Erwin mulai beradaptasi di SMA. Pada kala itu, ia menemukan teman-teman yang dirasa sefrekuensi dengannya. Ia rasa lingkungan yang ada di kelasnya cukup positif dan dapat mendukungnya agar dapat terus berkembang. Erwin berkata, "Pada titik ini, aku cukup senang karena bisa berada di lingkungan yang mendukung dengan teman-teman dan guru yang saling memotivasi satu sama lain".

Babak 2: Harapan Baru

Beberapa waktu berikutnya pun Erwin merasa nyaman dengan lingkungan di IPS. Bahkan, dia juga sudah menumbuh ketertarikan akan pelajaran-pelajaran di IPS. Erwin juga telah menumbuhkan hubungan yang dengan teman, maupun guru di sekolah. Akan tetapi, kebingungan muncul di benak Erwin ketika wakil kepala sekolah menyampaikan sebuah informasi yang penting. Ia memberitahu bahwa terdapat kesempatan bagi siswa-siswi SMAN 13 Jakarta untuk pindah jurusan, baik yang jurusan IPA ke IPS, maupun yang IPS ke IPA. 

Akan tetapi, terdapat syarat khusus bagi mereka yang pindah dari jurusan IPS ke IPA yaitu harus melakukan tes dengan materi ujian nasional SMP. Hal ini yang membuat secerca harapan dahulu Erwin tumbuh kembali. Ia menyadari bahwa dirinya memiliki kesempatan untuk menggapai kembali cita-cita awalnya. Namun, apakah Erwin berani untuk melepas semua hal yang ada di jurusannya sekarang?

Untuk beberapa waktu, Erwin merenungi keputusan apa yang akan dia ambil nantinya. Dirinya juga meminta pendapat dari keluarga dan teman-temannya untuk memantapkan pilihan. Orangtua Erwin pun cukup mendukung agar ia kembali ke mimpi awalnya, terlebih lagi hal ini juga keinginan orangtua dari Erwin. Erwin juga kaget bahwa beberapa teman dekatnya juga ingin melakukan tes ke IPA dengan tujuan coba-coba saja karena memang keinginan mereka di awal masuk SMAN 13 Jakarta. Pada akhirnya, Erwin pun berani untuk bisa ambil keputusan.

"Tidak dapat dipungkiri, aku cukup senang dengan lingkungan yang aku jalani sekarang. Namun, mengingat aku memiliki keinginan awal untuk masuk ke FTTM ITB membuatku yakin untuk mencoba tes ke IPA. Toh, semisal tidak lulus, aku masih bisa belajar disini. Ditambah, orangtua dan teman juga saling mendukung. Pada intinya, nothing to lose, sih." Sebut Erwin

Erwin pun belajar materi IPA semampunya saja, melihat bahwa dirinya juga sibuk dengan tugas-tugasnya. Ketika hari tes, Erwin pun tidak deg degan dan cukup legowo saja menghadapi ujiannya. Erwin cukup membuka catatan beberapa menit sebelum mulai dan akhirnya tiba waktu untuk dirinya mengerjakan tes tersebut. Saat selesai, Erwin merasa kalau dirinya biasa saja dalam mengerjakan tesnya. "Nothing special sih, tapi aku cukup pede dalam mengerjakannya," sebut Erwin. Hari esoknya pun Erwin kembali lagi kebiasaannya di kelas IPS.

Setelah lama menunggu, pengumuman pun tiba. Awalnya, Erwin berada di kelas agama ketika dirinya diinstruksikan untuk pergi ke ruang guru. Sempat bingung, tetapi ia sadar bahwa hal ini pasti berkaitan dengan ujian kemarin. Ternyata benar bahwa ia diberitahu kalau dirinya lulus di jurusan IPA, bahkan skornya berada di peringkat ketiga tertinggi. Namun, Erwin tetap bingung dengan pilihannya karena dirinya sudah senang dengan kehidupannya di IPS. 

Tidak dapat berpikir panjang, Erwin pun meng-iya-kan tawaran guru tersebut untuk lanjut masuk jurusan IPA. Meskipun sesuai tujuan awal, Erwin tetap sedih karena banyak yang harus direlakan. Erwin berkata, "Aku terpaksa harus merelakan teman-teman di lingkungan yang positif, hubungan baik dengan guru, dan pelajaran yang aku mulai tertarik. Meskipun berat, aku percaya kalau ini adalah jalan terbaik buat diriku". Erwin cukup mempercayai bahwa yang akan ia jalani adalah rencana yang terbaik. 

Dirinya juga sadar bahwa untuk mengejar mimpinya, ada banyak hal yang harus direlakan dan itulah risiko yang harus dia ambil karena memilih keputusan ini. Erwin mempercayai bahwa segala hal dapat dibangun lagi kembalinya jika ada kemauan.

Awal mula Erwin di IPA tidak berjalan dengan mulus. Sama hal nya dengan dirinya di IPS, ia harus beradaptasi lagi dari awal yang dulunya sudah memiliki banyak teman, sekarang mulai membangun lagi dari awal. Pada awalnya, Erwin hanya mengenal dua orang di kelas barunya karena berada di organisasi agama yang sama. Namun, syukurnya Erwin memiliki teman-teman kelas yang sangat welcoming sehingga tidak lama buat dirinya untuk mendapatkan teman-teman baru. Erwin pun bersyukur karena ia berhasil mendapatkan lingkungan yang positif dan mengembangkannya menjadi pribadi yang lebih baik. Namun, itu masalah satu-satunya.

Berawal dari jurusan IPS, Erwin harus mengejar ketertinggalannya di jurusan IPA agar setara dengan teman-temannya. Sebelumnya, Erwin hanya menerima pelajaran Biologi saja sebagai pelajaran lintas minat ketika masih di IPS. "Dulu tuh, aku sempat mendapatkan nilai tertinggi di Biologi ketika di IPS. Namun, ketika awal masuk IPA, aku disuruh untuk mengerjakan ulangan-ulangan anak IPA yang lalu-lalu dan mendapatkan nilai yang sangat rendah. 

Melihat hal itu, aku sempat merasa down karena aku sadar bahwa aku setertinggal itu di pelajaran IPA," sebut Erwin. Hal ini pun juga berlaku di pelajaran-pelajaran lain. Ditambah, Erwin merasa kalau ada salah satu guru yang tidak begitu ambisius dalam mengajarkan materinya. Erwin pun tidak melihat hal tersebut sebagai keterpurukan. Maka dari itu, Erwin belajar lebih giat lagi agar dapat setara dengan teman-temannya. Namun, lagi-lagi Erwin hanya dapat berada di ranking 20an ketika semester satu selesai. 

Untungnya, Erwin berada di lingkungan yang baik dan mengingatkan dirinya bahwa setiap orang di kelas itu memiliki kepintarannya masing-masing dan jangan terlalu terpaku dengan ranking tersebut karena dirinya masih bisa memperbaikinya di waktu-waktu berikutnya. Dengan niat yang lebih mantap, Erwin menjalani semester kedua dengan lebih semangat, meskipun kegiatan sekolah harus terhenti karena pandemic covid-19. Pun begitu, Erwin berhasil meningkatkan rankingnya di kelas hingga di angka belasan. Hal tersebut dianggap sebagai suatu pencapaian oleh Erwin.

Babak 3: Titik Terendah

Memasuki kelas sebelas, Erwin sempat merasa demotivasi dikarenakan pandemi covid-19. Berada dalam rumah terus membuat dirinya bosan yang berpengaruh terhadap pembelajaran. Erwin kehilangan semangat dalam memperdalami materi pelajaran di sekolah. Pada saat ini, Erwin cenderung untuk mengerjakan tugas sekolah se-ala-kadarnya. Hal ini pun diungkapkan Erwin di wawancara. "Kelas sebelas bagiku adalah masa yang paling tidak memorable sepanjang SMA. Mungkin karena online ya, jadi aku tidak merasa bahwa ada yang spesial darinya," ucapnya.

Erwin sempat menganggap bahwa kelas sebelas merupakan titik terendah dirinya dalam hidup. Pada bulan Maret 2021, Erwin mendapatkan kabar bahwa salah satu anggota keluarganya telah meninggal dunia. Ini sempat membuat Erwin kaget karena tidak pernah ia bayangkan bahwa ibunya akan pergi secepat ini. 

Seperti yang dialami orang lain, Erwin membutuhkan waktu untuk mengikhlaskan segala hal yang terjadi. Bahkan, dirinya sempat tidak terima bahwa ia harus menerima kenyataan ini. Hal ini pun berefek pada kehidupan sehari-hari Erwin. Dirinya banyak membiarkan tugas di sekolah ataupun organisasi. Namun, apa yang membuat Erwin bangkit dari titik tersebut?

Pada dasarnya, Erwin bersyukur bahwa dirinya berada di lingkungan yang baik dan supportive. Hal ini mendorong dirinya untuk mempercayai kalau ada banyak orang yang menghargai kehadiran dirinya. Dirinya juga pasti percaya bahwa ibunya ingin dirinya menjadi orang sukses. Mulai dari sini, Erwin menguatkan niat untuk tidak berlama-lama dalam kesedihan. Ia menyadari bahwa kehidupannya sedang berantakan dengan segala tugas yang ditinggalkan. 

Maka dari itu, secara perlahan, Erwin mulai aktif kembali di sekolah. Segala tugas akademik maupun organisasi mulai diselesaikan olehnya. Bahkan, di akhir kelas sebelas, Erwin berhasil menempati papan atas di ranking kelasnya. Hal ini tentu membuat dirinya bangga dan senang karena berhasil bangkit dari keterpurukan.

Babak 4: Perjuangan Masa Depan

Erwin mengaku bahwa satu masalah yang dialaminya di kelas sebelas dan tidak mau diulangi di kelas dua belas adalah inkonsistensi. "Ketika melihat kedepan, aku sadar bahwa pintu aku untuk menggapai impianku semakin dekat. Hal tersebut membuatku sadar untuk tidak lagi bermain-main di kelas terakhirku di SMA," ucap Erwin. Meskipun semester pertama tetap dilaksanakan secara online, Erwin beranggapan bahwa ini adalah waktu yang tepat bagi dirinya untuk menampilkan yang terbaik. 

"SNMPTN semakin mendekat dan aku merasa bahwa aku bisa untuk masuk ke peringkat eligible di sekolah," kata Erwin. Maka dari itu, sejak awal masuk sekolah, dirinya sudah berusaha agar semua tugasnya mendapatkan nilai yang bagus. Hal ini berakhir pada Erwin yang berhasil menempati peringkat delapan di kelasnya yang tentu adalah posisi tertinggi selama dirinya sekolah. Namun, apakah hal tersebut cukup untuk mengantarkannya masuk peringkat eligible sekolah untuk SNMPTN?

Rupanya, hasil yang didapatkan Erwin tidak sesuai dengan ekspektasinya. Dirinya ternyata tidak masuk ke dalam list peringkat eligible sekolah. Terlebih lagi, dirinya berada tipis di bawah peringkat tersebut. Sempat kecewa, tetapi dirinya percaya bahwa kedepannya dia masih bisa menggapai keinginannya. Hal ini mendorong dirinya untuk langsung belajar UTBK. Erwin yang sudah les di bimbel, mengeluarkan segala tenaga untuk mengerjakan soal-soal latihan. Impiannya untuk masuk FTTM ITB tetap menjadi motivasi bagi dirinya untuk terus belajar. 

Hingga pada akhirnya, tiba lah waktu bagi Erwin untuk mengerjakan UTBK. Ia mengerjakan tes tersebut dengan sungguh-sungguh, tetapi di satu sisi tetap deg degan. Ketika keluar dari ruang tersebut, Erwin langsung pulang dan memberikan jeda bagi dirinya untuk istirahat. Dirinya tahu bahwa ia tidak dapat mengandalkan 100% dari tes tersebut, jadi ia memutuskan untuk mencari dan bersiap-siap untuk ujian mandiri sembari menunggu hasil tes.

Tanggal pun tiba di 23 Juni 2022 alias hari pengumuman SBMPTN. Selama menunggu, Erwin menyempatkan diri untuk berdoa dan meminta restu kepada orangtua agar diberikan hasil yang terbaik. Di satu sisi, Erwin tetap merasakan kegelisahan juga akan hasil nanti sore. Bersama teman-temannya, mereka buka bersama secara virtual di aplikasi Discord. Namun, tidak lama, Erwin membutuhkan ketenangan untuk membuka pengumuman, jadi ia keluar dari aplikasi tersebut. 

Mendengar teman-temannya sudah dapat hasil lulus duluan, Erwin memberanikan diri untuk membuka pengumuman. Sayangnya, Erwin tidak lulus di pengumuman tersebut. Bahkan ia tidak lulus di pilihan keduanya, yaitu Teknik Pertambangan Universitas Pembangunan Negeri Veteran Yogyakarta. Meskipun sempat galau, Erwin menerima banyak sekali dukungan dari teman-temannya sehingga membuat dirinya lebih fokus untuk ujian mandiri

Berbagai ujian mandiri pun Erwin ikuti agar dia dapat masuk perguruan tinggi. Mulai dari seleksi menggunakan nilai rapor, maupun yang ujian tulis secara online maupun offline. Untuk beberapa minggu penuh, Erwin mendedikasikan waktunya untuk mengerjakan ujian mandiri yang sangat padat. Beberapa kampus yang ia tes adalah Undip, UPNVY, ITB, UM, dan Telkom University. Beberapa kampus pun sudah mendapat hasil bahwa dirinya tidak lulus seperti ITB dan UPNVY, dua kampus impian dirinya. Akhirnya, ketika semua tes telah dilakukan, Erwin hanya berdoa semoga apapun jalan yang diberikan adalah jalan yang terbaik dari Tuhan.

Tiba lah hari pengumuman tes Undip. Erwin sendiri tidak percaya diri dengan hasilnya karena tes yang berlangsung begitu cepat. Namun, sebuah miracle terjadi. Ketika membuka hasil pengumuman, terdapat tulisan bahwa dirinya berhasil lulus di jurusan Teknik Geodesi pada tes tersebut. Kegembiraan pun memenuhi dirinya. Akhirnya, setelah lama menanti, dirinya berhasil masuk ke perguruan tinggi, bahkan salah satu yang favorit. Dirinya langsung ucap syukur kepada Tuhan karena sudah menjawab semua pertanyaannya.

"Jujur, aku tidak pernah menyangka bisa berada di titik ini. Undip tidak pernah menjadi salah satu pilihan dalam rencana ku kedepan. Namun, aku bersyukur, mungkin ini adalah jalan yang terbaik oleh Tuhan. Memang aku bukan di ITB, tapi aku masih bisa belajar disini, salah satu kampus terbaik di Indonesia," ucap Erwin.

Kini, Erwin merasa senang sekali bisa kuliah di Undip. Dirinya yang tiba-tiba pindah Haluan ke Teknik Geodesi, menemukan sesuatu hal baru yang tentu membuat dirinya tertarik. Dirinya sadar bahwa ini adalah kesempatan untuk menciptakan mimpi-mimpi baru disini. Segala kegagalan yang diterima bisa dibilang membangun dirinya yang sekarang. 

Semua kegagalan tentu ada jalan yang coba diarahkan oleh Tuhan. Maka dari itu, dirinya percaya bahwa kita tidak perlu takut akan kegagalan karena selama kegagalan dilihat sebagai suatu hal yang terpuruk, Kita harus mulai belajar untuk menormalisasi kegagalan yang terjadi di sekitar kita. Sempat ragu ketika awal masuk Undip, tetapi Erwin yakin kalau ini adalah jalan yang terbaik untuknya.

Kegagalan seharusnya tidak menjadi sebuah hal yang ditakuti oleh orang-orang, terutama ketika masih muda. Kegagalan seharusnya menjadi sebuah tempat agar kita dapat berproses lebih baik lagi. Jangan takut untuk mengambil resiko, mencoba berbagai hal, atau explore beragam pengalaman. Tidak akan ada seorangpun yang mau melarang hal itu. Sudah saatnya untuk menumbuhkan mindset bahwa lebih baik mencoba daripada tidak mencoba sama sekali karena kita tidak akan tahu apa yang terjadi selanjutnya. 

Anggap saja kegagalan sebagai sebuah batu loncatan agar kita dapat terbang lebih tinggi. Sama hal nya dengan yang diceritakan Erwin, hidup mungkin memiliki tujuan yang lebih baik bagimu karena yang menurutmu lebih baik belum tentu adalah yang terbaik menurut Tuhan. Namun, tentu penting juga bagi kita untuk terus berusaha menggapai keinginan kita. Tidak masuk akal juga jika kita hanya berharap kita mendapatkan yang terbaik tanpa melakukan sesuatu.

Akhir kata, Erwin ingin mengajak para pembaca untuk menghilangkan segala rasa takut yang ada dan mulai memandang kegagalan sebagai suatu hal yang beda. Sudah saatnya untuk tidak menyalahkan siapapun atau apapun dan mulai fokus dengan apa yang ada di depan mata. Namun jika gagal, tidak terlarut dalam kesedihan karena Tuhan selalu menyiapkan rencana yang lebih baik. Pada akhir wawancara yang dilakukan pada tanggal 8 Maret 2023 ini, Erwin ingin membagikan sedikit kata-kata. Erwin harapkan apa yang diberikan dapat membantu kalian yang sedang merasakan hal atau berada di posisi tersebut.

"Intinya, life must go on karena hidup tidak akan selalu menuruti permintaanmu. Hidup pasti penuh dengan lika liku, naik dan turun. Semua tergantung bagaimana kita jalaninya, bagaimana kita mau untuk jatuh, bagaimana kita mau untuk bangkit. Dan di lain halnya, kita bisa belajar bahwa tidak ada hal yang terlalu besar untuk ditakutkan dan tidak ada yang terlalu kecil untuk diremehkan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun