Pernahkah kamu merasa baru bangun tidur tapi badan terasa tidak beristirahat sama sekali, malah semakin remuk redam? Atau, baru sedikit bergerak sudah terengah-engah dan encok sana-sini? Hal yang tidak wajar tapi lumrah terjadi di kalangan remaja saat ini. Di era yang serba digital ini, ada fenomena unik yang melanda generasi muda saat ini, "Remaja Jompo". Istilah ini mungkin terdengar aneh, namun hal ini nyata adanya, banyak anak muda yang secara fisik mirip lansia.
Rebahan: Antara Kenyamanan atau Ancaman
Siapa sih yang tidak suka rebahan? Apalagi kalau ditemani gawai kesayangan. Mau belanja? Tinggal klik. Belajar? Ada e-learning. Nonton film? Tinggal streaming. Segala hal dapat dilakukan sembari rebahan tanpa mengeluarkan banyak tenaga hanya dengan bermodalkan paket internet dan baterai full. Rasanya praktis dan nyaman, bukan?
Tapi dibalik kenyamanan itu, ada ancaman yang diam-diam mengintai. Tubuh kita yang seharusnya rutin bergerak dan diregangkan, kinu lebih sering "diparkir". Otot-otot jadi jarang diregangkan, persendian kaku dan peredaran darah pun kurang lancar. Wajar saja kalau seringkali banyak yang mengeluh merasa badannya sudah tidak sehat lagi, punggung pegal, leher kaku, mata lelah, atau bahkan sakit kepala yang datang tak diundang. Padahal, di usia yang seharusnya penuh energi dan semangat, keluhan-keluhan semacam ini belum menjadi bagian yang mempersulit hidup kita.
Terjebak dalam Jerat Digital: Mengapa Kita Jadi "Jompo"?
Fenomena "remaja jompo" ini erat kaitannya dengan gaya hidup digital. Namun, apakah hal ini hanya disebabkan oleh era digital yang semakin mendominasi atau sumber daya manusianya yang menjadi masalah utamanya? Nyatanya tidak sepenuhnya masalah ini terjadi karena kemajuan teknologi. Justru pola pikir masyarakatnya yang menjadi penyebab utamanya. Kebiasaan-kebiasaan yang seringkali dilakukan membuat mereka semakin malas dan kurang bergerak. Berikut beberapa kebiasaan yang menjadi biang keladinya antara lain:
Magernya Maksimal. Dalam melakukan sesuatu, kita bisa memilih, akan melakukannya secara online sambil rebahan atau bergerak sekaligus berlangsungnya peregangan bagi otot-otot dalam tubuh. Membiarkan tubuh celaka dengan kurang bergerak adalah pilihan. Kita lebih memilih semua serba online dan delivery. Mau makan? Gofood. Mau beli baju? E-commerce. Tugas numpuk? Scrolling dulu. Akibatnya, hal sekecil membereskan tempat tidur pun jarang dilakukan. Kalau tubuh terus dilatih untuk rebahan, ya wajar saja kalau otot-otot dan persendian menjadi kaku dan menyebabkan "jompo".
Postur Amburadul. Posisi duduk  membungkuk di depan layar laptop atau ponsel seringkali tidak sadar menjadi kebiasaan buruk. Leher menunduk, bahu merosot, dan punggung melengkung. Posisi yang tidak baik ini memberikan tekanan lebih pada tulang belakang dan otot sehingga bisa menimbulkan masalah yang serius jika terus-menerus dialami.
Tidur Tidak Berkualitas. Paparan cahaya biru dari layar gadget sebelum tidur bisa mengacaukan jam biologis tubuh. Hasilnya, tidur jadi tidak nyenyak, dan bangun-bangun malah makin lelah.
Makan Serba Sembarang. Gaya hidup digital juga sering dibarengi dengan pola makan yang tidak teratur. Karena terlalu lama berada di depan gadget kebanyakan orang lupa waktu dan lupa kalau sebenarnya otak sudah mengirimkan sinyal lapar. Hal ini menjadikan pola makan berantakan dan tidak sesuai dengan porsinya. Apalagi di era serba digital ini apapun bisa dilakukan secara online. Pesan makanan pun jadi lebih praktis dan kebanyakan makanan yang tersedia adalah makanan cepat saji. Walaupun terdapat makanan tinggi gizi, makanan cepat saji lebih menarik bagi banyak orang. Lagi-lagi hal ini menjadi penyebab kurangnya asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh.
Bye-bye "Jompo", Halo Semangat Muda!
"Remaja Jompo" seakan-akan menjadi julukan yang melekat di kalangan remaja saat ini. Lalu bagaimana cara agar bisa lepas dari julukan ini? Berubah. Ubah kebiasaan-kebiasaan buruk itu menjadi lebih baik, tidak perlu berubah drastis, bisa dimulai dari hal-hal kecil. Luangkan waktu untuk tidak berpaparan langsung dengan gadget dan mulailah bergerak. Dengan hanya 30 menit saja, kita bisa mulai kebiasaan baik dengan berolahraga. Mulai dari hal sekecil jalan kaki santai setiap harinya bisa sedikit demi sedikit membangun habbit gemar berolahraga. Dengan mengikuti berbagai tren olahraga yang sedang booming juga dapat dilakukan. Tidur dan makan yang teratur juga penting dilakukan. Selain itu, untuk mengurangi tingkat keinginan untuk terus menerus berbaring dan rebahan, kurangi durasi berpaparan langsung dengan gadget. Sedikit demi sedikit dengan penambahan yang konsisten, lama kelamaan akan menjadi kebiasaan sehat yang mudah dilakukan. Fenomena "remaja jompo" adalah pengingat bahwa kemudahan digital harus diimbangi dengan kesadaran akan kesehatan fisik. Mari kita jadikan tubuh kita sebagai aset berharga dan lebih memperhatikan kesehatan untuk masa tua nanti.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI