Mohon tunggu...
Fawaz Muhammad Sidiqi
Fawaz Muhammad Sidiqi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

"Nun, Demi Kalam dan Apa yang mereka tulis..."

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjadi Guru bagi Anak dan Orangtua

28 April 2021   14:15 Diperbarui: 28 April 2021   14:24 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan pada hakikatnya merupakan tanggung jawab orang tua terhadap anak sedangkan guru hanya membantu dan memfasilitasi, bukan justru sebaliknya. Jika kedua orang tua tidak memiliki kepedulian dan kemauan untuk terlibat dalam pendidikan anak, maka sebaik apapun lembaga dan guru yang tersedia tidak akan mampu membuat sang anak berhasil dalam proses pendidikannya.

Lembaga tempat saya belajar menjadi seorang guru bisa dibilang memiliki prinsip yang jelas dan tegas dalam hal keterlibatan orang tua dalam proses pendidikan. Beberapa kali dalam rapat guru dan manajemen, kepala sekolah menegaskan bahwa jika ada orang tua yang tidak mau terlibat dalam proses pendidikan yang sudah direncanakan, maka bisa saja sang anak dipulangkan untuk disekolahkan di tempat lain.

Pelibatan orang tua yang sudah terkonsep sejak awal tersebut sangat membantu saya sebagai guru, terlebih di situasi luar biasa seperti di tengah Pandemi Covid-19 hari ini. Keterlibatan orang tua juga membantu anak tetap merasa nyaman belajar di rumah, karena bagaimana pun untuk sementara waktu merekalah yang berperan sebagai guru.

Konsep pelibatan orang tua yang sudah sejak awal disepakati, diantaranya membimbing anak dalam proses menghafal dan mengulang hafalan di rumah (ada buku catatan harian yang harus diisi orang tua), menjalankan kegiatan "Belajar Bersama Orang tua" (BBO) yang guru berikan dalam bentuk modul materi dan soal serta praktik langsung selama 2 pekan sekali, hadir pada kajian rutin keluarga setiap satu bulan sekali, menjaga sang anak dari pergaulan tidak baik selama di rumah bahkan sampai kepada memilihkan teman yang baik selama bermain di lingkungan sekitar rumah.

Semua itu di evaluasi secara rutin, dimana kedua orang tua akan dipanggil untuk datang ke sekolah atau bahkan didatangi ke rumahnya (home visit) oleh walikelas atau kepala sekolah secara langsung apabila memang hasil dari evaluasi menunjukan sang orang tua tidak terlibat dengan baik dalam proses pendidikan sang anak.

Begitulah kurang lebih gambaran pelibatan orang tua secara langsung yang terjadi selama ini, sebelum adanya Pandemi Covid-19. Pelibatan sejak awal itu memang sekali lagi sangat membantu saya sebagai guru ketika harus belajar dari rumah, karena adanya Pandemi ini. Baik saya maupun guru sama-sama sudah (pernah) saling terlibat dalam pendidikan sang anak, sehingga sekalipun tentu ada perbedaan dan proses adaptasi tersendiri, sejauh ini kami bisa menjalin komunikasi yang baik.

Konsep pelibatang orang tua ini juga bagi saya sangat penting, terlebih kecenderungan anak usia sekolah dasar yang memiliki suasana hati (red : mood) mudah berubah dengan cepat. Sehingga tidak hanya guru, tapi orang tua yang secara langsung berhubungan dengan anak bisa ikut membantu menjaga agar kondisi ketika belajar di rumah tetap nyaman dan menyenangkan.

Syahdan, sekalipun sudah saling terhubung banyak orang tua yang secara personal mengeluarkan curahan hatinya untuk bertanya maupun konsultasi karena harus menjadi guru dadakan setiap hari. Pada tahap ini saya benar-benar merasa terdorong untuk tidak hanya menjadi guru bagi anak tetapi juga orang tua.

Beberapa dari mereka (terutama yang memiliki banyak anak) menceritakan pengalaman, keluhan dan pertanyaan yangs sedikit banyak terkaiit dengan proses adaptasi anak untuk mau dan merasa nyaman belajar di rumah sendirian.

Selain dengan mengandalkan dan mengembangkan sistem yang sudah lama terbentuk, sebagai guru kami juga melakukan penyesuaian tugas dan pelaporannya agar mudah dilakukan secara daring serta menyisipkan semacam tugas hiburan sebagai bentuk ikhtiar agar anak tidak merasa jenuh.

Penyesuaian tugas dilakukan dengan mengatur waktu pelaksanaan maupun pengumpulan tugas sesuai dengan keluangan waktu orang tua di rumah, mengurangi target capaian harian dan juga banyaknya tugas yang harus dilaporkan. Bagi yang masih memiliki kesulitan dalam mengerjakan tugas, kami pun menyediakan waktu untuk secara langsung berkomunikasi melalui panggilan suara maupun video dengan sang anak. 

Tidak sampai disana, tes akhir semester yang jika dalam kondisi biasa dilakukan dengan melaporkan seluruh hafalan Al-Qur'an yang dimiliki pun, diubah dengan hanya melaporkan target capaian kelas. Sementara itu tugas hiburan yang diberikan agar anak tidak merasa jenuh, diantaranya berjemur di pagi hari, memijit orang tua, membersihkan rumah dan/atau halamand dan sebagainya.

Ikhtiar penyesuaian tugas dan pemberian tugas hiburan tersebut, sekalipun secara nampak memudahkan anak tetapi secara langsung maupun tidak langsung juga memudahkan orang tua dalam proses pendampingan. Selain dengan modul yang setiap hari diberikan, orang tua dimudahkan untuk tidak menyita waktu terlalu lama menemani sang anak ketika belajar. Karena sebagaimana yang saya sampaikan sebelumnya, orang tua merupakan kunci dari kegiatan belajar anak di rumah sehingga menjaga komunikasi dengan orang tua dan menyesuaikan tugas dari mulai jenis, waktu pelaksaan dan pengumpulan, sampai membuka ruang konsultasi merupakan salah satu cara agar anak secara langsung maupun tidak bisa merasakan kenyamanan belajar di rumah bersama orang tua sebagai guru-nya.

Fawaz Muhammad Sidiqi,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun