Mohon tunggu...
Fawaz Muhammad Ihsan
Fawaz Muhammad Ihsan Mohon Tunggu... Penulis - 19 Tahun

jangan sampai lah ide kalah dengan blokade

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Revolusi, Kerusuhan atau Perubahan?

28 Februari 2019   06:00 Diperbarui: 28 Februari 2019   11:24 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

28/02/2019 05.10 WIB sebuah catatan tentang melawan salah, bukan salah melawan.

Revolusi disini bukan berarti kisah Magna Charta, Revolusi Amerika, Revolusi Prancis atau kisah kisah sebelumnya. Revolusi disini sebagai kata yang memiliki arti perubahan secara total. Ditulisnya catatan ini, sebagai curahan hati saya pribadi dan hasil dari obrolan singkat bersama Haekal yang belum tertuliskan (baca artikel ketiga).

Halo ! Pelajar SMA dimanapun anda berada.

Ada yang keliru dengan pola pikir kita terkait sekolah, yaa sekolah. Beberapa waktu lalu saya menemukan foto di Instagram yang di dalamnya adalah gambar seorang anak yang tengah dirazia rambutnya dan caption dalam postingan tersebut adalah ketidaksukaan seorang anak terhadap razia rambut, dengan alasan rambut tidak mengganggu proses belajar.

Professor Lant Pritchett mengatakan bahwa “Anak-anak Jakarta yang berusia kurang dari 15 tahun ketinggalan pendidikan selama 128 tahun dibanding di negara lain.”

PISA (Programe for Internasional Student Assesment) mengatakan “Indonesia berada pada urutan ke 62 dari 70 negara dalam bidang pendidikan.

Apa artinya? Ya, kita masih sangat bodoh didalam pendidikan, kalo politik jago.

Dilema usaha perubahan adalah ikut campurnya mereka para oknum yang memiliki kasus yang sangat-sangat salah dalam usaha perubahan itu dengan niat berbeda, membalaskan dendam. Upaya perubahan saya terkadang tersendat oleh kawan-kawan saya sendiri karena kami beda niat. Saya menginginkan perubahan, dan kawan saya hanya ingin bangga mendirikan tragedi kerusuhan dengan judul aksi yang sama : Revolusi.

Perlawanan terkait anak tentang razia rambut, oke itu memang aksi perlawanan. Namun itu skala kecil dan terkesan tidak berguna. Mengapa? Ketika kita berhasil menutup seluruh kebijakan guru dalam menertibkan rambut siswa, lalu apa yang akan kita lakukan? Menggondrongkan rambut seluruh umat siswa SMA? Skala kecil perubahan dengan usaha besar-besaran hanya akan menghabiskan waktu belajar kita.

Alasan “gapapa panjang asal rapih, guru gaboleh razia kalo rambut panjang anak kalo rambutnya tetep rapih.” Oke, tapi bagaimana dengan sebagian lain siswa yang memilih untuk tidak sedikitpun merapihkan rambutnya? Bagaimana dengan mereka yang memilih untuk style rambut mereka berantakan? Sekolah akan terasa tidak nyaman, terutama bagi kaum hawa.

Yang harus kita lakukan dalam perlawanan di sekolah kita adalah kebijakan-kebijakan yang langsung menyentuh kecerdasan dan mental kita. Misalnya ada sebuah kebijakan yang menyulitkan, kekerasan, kebijakan sekolah yang menekan, biaya sekolah negri yang terlalu mahal, kecacatan berpikir guru, ko-kolot-an cara mengajar, kebijakan OSIS (ataupun yang sejenisnya) yang berat sebelah bahkan memusingkan. Itu sebetulnya yang harus kita lawan, dengan catatan kita pun harus menjadi siswa yang bijaksana dan dengan usulan yang lebih segar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun