Mohon tunggu...
Fawaid Abror
Fawaid Abror Mohon Tunggu... 24107030131

bulshit

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

paylater : alat alternatif generasi muda

7 Juni 2025   17:43 Diperbarui: 7 Juni 2025   17:43 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam beberapa tahun terakhir, layanan paylater atau "beli sekarang, bayar nanti" semakin populer di kalangan masyarakat, terutama generasi muda. Dengan kemudahan dan kecepatan dalam proses persetujuan, layanan ini menjadi alternatif pembayaran yang menggoda bagi banyak orang, khususnya yang belum memiliki akses kartu kredit. Namun di balik kenyamanan tersebut, terdapat risiko utang yang cukup serius, terutama bagi generasi muda yang belum memiliki pengelolaan keuangan yang matang.

Apa Itu Paylater?

Paylater adalah fasilitas pembiayaan yang memungkinkan konsumen untuk melakukan pembelian barang atau jasa dan membayarnya di kemudian hari, baik dalam bentuk satu kali pembayaran biasanya 30 hari setelah transaksi atau dalam cicilan bulanan. Layanan ini disediakan oleh berbagai platform, mulai dari marketplace seperti Tokopedia dan Shopee, hingga layanan keuangan digital seperti Gojek melalui GoPaylater dan Traveloka.

Berbeda dengan kartu kredit yang memerlukan proses pengajuan yang lebih ketat dan pemeriksaan skor kredit, layanan paylater cenderung lebih mudah diakses. Bahkan, dalam beberapa kasus, pengguna hanya perlu memiliki akun di platform tertentu dan memenuhi syarat dasar untuk mendapatkan limit paylater. Inilah yang membuat layanan ini semakin diminati, terutama oleh generasi muda.

Menurut beberapa survei, sebagian besar pengguna paylater adalah anak muda berusia 18--35 tahun. Faktor utamanya adalah gaya hidup konsumtif, dorongan untuk mengikuti tren, dan keinginan untuk segera memiliki barang impian tanpa harus menabung terlebih dahulu. Selain itu, kebiasaan berbelanja online yang meningkat selama pandemi juga berkontribusi terhadap lonjakan penggunaan layanan ini.

Generasi muda yang tumbuh di era digital terbiasa dengan segala sesuatu yang serba instan. Paylater menawarkan solusi instan bagi kebutuhan (atau keinginan) yang tak bisa dipenuhi secara langsung karena keterbatasan dana. Sayangnya, kemudahan ini juga menimbulkan masalah baru: risiko terjebak dalam jeratan utang.

Risiko Paylater Bagi Generasi Muda

1. tidak Terlihat Seperti Utang

Salah satu risiko terbesar dari paylater adalah sifatnya yang "tidak terasa seperti utang". Karena prosesnya yang cepat dan tampilannya yang sederhana di aplikasi, banyak pengguna yang tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya sedang berutang. Mereka cenderung melihat paylater sebagai metode pembayaran alternatif, bukan sebagai pinjaman yang harus dikembalikan dengan bunga.

2. Bunga dan Denda yang Menumpuk

Meskipun beberapa layanan paylater menawarkan cicilan tanpa bunga, banyak yang menerapkan bunga cukup tinggi jika pembayaran terlambat. Selain itu, denda keterlambatan juga bisa sangat membebani. Tanpa manajemen keuangan yang baik, pengguna bisa saja terjebak dalam siklus utang yang sulit diselesaikan.

3. Kecanduan Konsumsi dan Gaya Hidup Konsumtif

Paylater mendorong pola konsumsi yang berlebihan. Banyak pengguna yang membeli barang di luar kemampuan finansial mereka karena tergiur dengan kemudahan pembayaran. Gaya hidup "beli dulu, bayar pikir belakangan" menjadi pola pikir yang berbahaya jika tidak diimbangi dengan kesadaran finansial.

4. Menurunnya Skor Kredit

Beberapa layanan paylater sudah terintegrasi dengan Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) OJK atau sistem pengecekan kredit. Jika pengguna gagal membayar tepat waktu, catatan negatif ini akan masuk ke dalam riwayat kredit mereka. Akibatnya, mereka bisa kesulitan saat ingin mengajukan pinjaman di kemudian hari, seperti KPR atau kredit kendaraan.

Literasi Keuangan yang Rendah

Salah satu faktor utama yang membuat generasi muda rentan terhadap risiko paylater adalah rendahnya literasi keuangan. Banyak dari mereka yang belum memahami prinsip dasar pengelolaan keuangan pribadi, seperti membuat anggaran, mengelola utang, dan menabung untuk masa depan. Dalam kondisi ini, kehadiran layanan yang memfasilitasi konsumsi instan seperti paylater justru menjadi jebakan.

Mengatasi Risiko: Edukasi dan Regulasi

Untuk mengurangi risiko penggunaan paylater yang tidak bijak, dibutuhkan dua hal utama: edukasi dan regulasi.

Edukasi Keuangan

Pemerintah, institusi pendidikan, dan pelaku industri keuangan perlu bekerja sama untuk meningkatkan literasi keuangan di kalangan generasi muda. Materi pengelolaan keuangan pribadi harus diajarkan sejak dini, termasuk cara menggunakan fasilitas kredit dengan bijak dan risiko utang konsumtif.

Transparansi dari Penyedia Layanan

Penyedia paylater harus memberikan informasi yang jelas mengenai bunga, denda, dan konsekuensi keterlambatan pembayaran. Edukasi internal dan fitur pengingat dalam aplikasi juga bisa membantu pengguna agar tidak lalai.

Regulasi dari Otoritas Keuangan

Otoritas seperti OJK perlu mengatur layanan paylater agar tidak menjadi sumber masalah baru di sektor keuangan. Regulasi yang tegas diperlukan untuk melindungi konsumen, terutama dari praktik yang tidak transparan atau menjerumuskan.

Paylater adalah inovasi finansial yang memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam bertransaksi. Namun, jika tidak digunakan dengan bijak, layanan ini bisa menjadi bumerang, terutama bagi generasi muda yang sedang membangun fondasi keuangan mereka. Penggunaan paylater harus disertai dengan pemahaman yang matang tentang konsekuensinya. Tanpa kontrol dan kesadaran, generasi muda bisa terjerat dalam siklus utang yang menghambat masa depan finansial mereka.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun