Mohon tunggu...
Sri Wahyuni Saraswati
Sri Wahyuni Saraswati Mohon Tunggu... Dosen - Freelance Writer

Menulis itu Mengobati. Membaca itu menghidupkan.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Cinta Bahasa, Majukan Bangsa

28 Oktober 2019   22:39 Diperbarui: 29 Oktober 2019   21:17 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal paling sederhana, datanglah ke rumah-rumah mewah yang memiliki pengeset kaki. Kiranya Anda akan menemukan keset dengan tulisan "welcome" bukan selamat datang, atau sugeng rawuh. 

Beralih pada dunia kerja, ada sebagian orang yang menyebut profesinya dengan bahasa asing. Misalnya sopir, mereka akan menyebut profesinya dengan driver; satpam menjadi security; dan sebagainya.

Dengan begitu mereka akan merasa lebih keren, lebih elegan. Secara makna memang tak ada yang berbeda. Namun, bahasa Indonesia kerap dianggap tak populer, kurang gaul, maupun kalah pamor dengan bahasa luar negeri.

Di media sosial ada juga sebagian orang yang merasa lebih pintar, tidak gagap teknologi, mengikuti perkembangan, serta lebih percaya diri ketika memakai bahasa asing dalam membuat status.

Padahal mereka belum tentu paham dengan bahasa sing tersebut, baik dalam hal penulisan maupun pengucapannya. Namun, mereka tetap memaksa diri untuk mengikuti tren serta julukan kekinian yang sedang tren sekarang. Rangkaian kata itupun hadir dalam keterpaksaan.

Berbagai fenomena di atas, menunjukkan bahwa masyarakat kita lebih bangga menggunakan bahasa asing daripada bahasanya sendiri. Bahasa asing saat ini sudah menjadi tren, menggunakannya keren, dan orang yang tidak menggunakan bahasa asing disebut primitif. Benarkah mereka primitif?

Jika kita mau belajar dari beberapa negara tetangga, primitif tidaknya seseorang bukan ditentukan oleh penggunaanya terhadap bahasa asing. Di Jepang misalnya, bahasa nasional sangat dibanggakan.

Namun, bukan berarti mereka tidak bangga pada bahasa asing. Bahasa nasional tetap menjadi prioritas utama lalu disusul bahasa asing. Kalau ada orang asing yang ingin berkunjung ke Jepang, hendaknya mereka belajar bahasa Jepang terlebih dahulu agar bisa mudah berinteraksi dengan orang asli Jepang.

Sekarang pertanyaannya, apakah orang Jepang primitif?

Selain Jepang, kita juga bisa belajar pada negara Thailand. Di Thailand, walaupun bahasa Inggris masuk ke sistem kurikulum pendidikan mereka, tetapi kemampuan masyarakatnya dalam bahasa Inggris rendah, masih lebih baik Indonesia. Tetapi apakah mereka primitif. Apakah orang Jepang dan Thailand itu primitif? Tidak.

Jika kita amati, orang-orang Jepang justru telah menemukan beragam jenis inovasi teknologi yang digunakan diseluruh dunia. Tengoklah sepeda motor yang lalu-lalang di sekitar kita, Yamaha, Honda, Suzuki, Kawasaki. Semua itu buatan Jepang. Tidak hanya Indonesia tapi hampir seluruh dunia merasakan manfaatnya. Tidak terkecuali negara digdaya, Amerika Serikat, walaupun mungkin tidak sepenuhnya menguasai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun