Mohon tunggu...
Muhammad Fauzi Mustofa
Muhammad Fauzi Mustofa Mohon Tunggu... -

Percaya bahwa menulis itu juga sedekah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Anak-Anak yang Berpengaruh Di Dunia

29 Maret 2018   05:40 Diperbarui: 29 Maret 2018   06:33 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak-anak sering sekali mendapat stereotype lemah. Orang dewasa kerap kali menganggap kehadiran anak sebagai pelengkap dari perubahan fisiologis manusia semata, yaitu fase Anak-anak, Remaja, Dewasa dan Tua. Anak-anak dianggap tak memiliki impact secara langsung bagi keberlangsungan dunia. Pikiran sempit inilah yang mengawali kematian kreativitas anak-anak.

Kheris Rogers, adalah seorang anak yang membuktikan bahwa Ia mampu berkarya. Berawal saat umurnya 10 tahun, teman sekelas membully nya karena warna kulitnya yang berbeda. Hingga mebuatnya tak tahan dan harus pindah sekolah. Bahkan guru seninya sempat menilainya lemah, dengan memberinya krayon hitam, bukan warna coklat saat pelajaran menggambar.  Namun kheris bangkit dengan dipandu kakaknya, dengan cuitan di twitter bahwa dirinya adalah anak yang cantik. Kheris bahkan berdiri sebagai owner pakaian bermerk "Flexin 'In My Complexion" yang ia jual seharga $15 di website miliknya. Keuntungan yang Ia dapat akan digunakan untuk membiayai pendidikannya. 

Pengalaman pahit yang dialami Kheris, mampu Ia hempaskan setelah mendapat dukungan dari kakaknya. Ia menjadi anak yang percaya diri, tampil dengan ekspresi bahagia dalam postingan twitter dan instagramnya kini. Kheris juga mendorong anak-anak yang merasa malu karena kulitya berbeda, untuk segera membuang jauh pikiran kotor itu. Ini adalah adalah bukti bahwa dukungan orang-orang sekitar yang menganggap anak-anak memiliki pengaruh adalah hal kecil yang berdampak besar.

Di Indonesia ada Almeyda Nayara Alzier, anak berusia 9 tahun yang menjadi owner bisnis slime setelah jatuh cinta pada mainan mirip jelly yang populer dengan sebutan slime di Sekolahnya. Naya melihatnya pertama kali saat kakak kelasnya sedang asyik bermain slime. Berbekal  melihat tutorial pembuatan slime di youtube, Ia mempraktekkan nya di rumah. Awalnya Naya tak mendapat kepercayaan dari Ibunya, bahkan Ia membuat slime secara sembunyi-sembunyi di kamar mandi lantaran sering kali membuat Ibunya kesal karena harus membersihkan tumpahan bahan-bahan. Namun melihat kegigihan Naya, Ibunya membebaskan Naya bereksperimen hingga akhirnya mampu menciptakan slime yang sangat indah. 

Di sekolah ia mendapat dukungan dari banyak gurunya. Melalui semacam event kewirausahaan, yang mewajibkan seluruh anak untuk membawa barang dan menjualnya, Naya menjual slime yang berhasil Ia buat dengan memberinya harga Rp. 8.000 . Teman sekolahnya yang menyukai slime buatan Naya membelinya hingga habis terjual. Untuk membuat penjualannya semakin melejit, Ibunya terus mendukungnya mengikuti les seni. Dimana Naya akan mendapat pengetahuan yang akhirnya membuat Naya  berinovasi  membuat slimenya yang awalnya hanya berbentuk cup menjadi lebih bervariasi, seperti bentuk huruf dan cinta. 

Keyakinan seratus persen Ibunya untuk mendukung kegemaran Naya bereksperimen membuat slime, hingga akhirnya berhasil menciptakan slime yang laris di pasaran. Naya kini mendapat omset sedikitnya 60 juta rupiah perbulannya. Keuntungan yang ia peroleh, tak sedikit yang ia sumbangkan untuk orang-orang yang membutuhkan.

Kheris dan Naya adalah anak-anak yang mempu membuktikan pengaruhnya pada dunia melalui karyanya. Melalui dukungan orang-0rang disekitar untuk memberikan dorongan agar-agar anak percaya diri, merasakan kebebasan berkarya dan menghasilkan karya luar biasa. Maka anak-anak akan mengingat dukungan-dukungan itu, dan akan membalasnya suatu saat nanti. Mungkin melalui dukungan untuk percaya diri atau bahkan dukungan finansial kepada orang-orang yang membutuhkan. Dengan demikian akan tercipta masyarakat dunia yang saling mendukung, karena pada dasarnya manusia adalah saling mendukung satu sama lain.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun