Perkembangan bahasa anak dalam pandangan sejarah merupakan proses pemerolehan bahasa yang berlangsung didalam otak seorang anak-anak ketika ia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Proses kompetensi dan proses performasi merupakan dua proses yang terjadi ketika anak-anak sedang memperoleh bahasa pertamanya. Terdapat tiga teori yang membahas tentang perkembangan bahasa anak-anak yaitu teori nativisme, teori behaviorisma, dan teori kognitivisme.
Teori nativisme yang dikemukakan oleh Noam Chomsky berpendapat bahwa perkembangan bahasa merupakan penguasaan bahasa pada anak-anak yang bersifat alamiah atau nature. Menurut teori ini lingkungan mempunyai pengaruh dalam pemerolehan bahasa. Pendapat B. F Skinner dalam teori behaviorisme perkembangan bahasa adalah proses pemerolehan bahasa pertama yang dikendalikan dari luar yaitu oleh rangsangan yang diberikan melalui lingkungan. Sedangkan teori kognitivisme yang dikemukakan oleh Jean Piaget menyatakan bahwa bahasa itu bukanlah suatu ciri alamiah yang terpisah, melainkan salah satu diantara beberapa kemampuan yang berasal dari kematangan kognitif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak adalah dari segi kesehatan, intelegensi, serta hubungan keluarga (lingkungan). Sedangkan dari segi ekonomi dan jenis kelamin masih dilakukan penelitian apakah keduanya merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa atau tidak.
Pada tanggal 2 April kemarin merupakan peringatan Hari Autis Internasional. Autisme merupakan gangguan perkembangan pervasif (menyebar) pada pemahaman, motorik, kemampuan berbahasa, serta interaksi sosial. Autisme disisi lain menunjukkan keterlambatan di beberapa bidang antara lain kesulitan belajar, berkomunikasi, hingga motorik. Berbicara tentang anak yang memiliki kelebihan seperti autis, dalam sebuah artikel yang juga membahas tentang autisme membahas tentang kemampuan unik autis yaitu bisa mendengar warna dan melihat suara. Kemampuan tersebut disebut dengan sinestesia.
Orang yang memiliki kemampuan sinestesia sebenarnya cukup banyak, hanya saja sebuah study di eropa mengatakan kebanyakan dari mereka adalah oarang autis. Dalam artikel tersebut dijelaskan bahwa hal itu telah diteliti dengan menggunakan 164 partisipan yang merupakan orang autis dan 97 partisipan yang bukan orang autis. Hasilnya adalah sinestesia ditemukan pada 7% partisipan yang bukan orang autis dan 19% ditemukan pada orang autis.