Mohon tunggu...
Fauzan Nur Anggia
Fauzan Nur Anggia Mohon Tunggu... Mahasiswa Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Agroindustrial Engineering Student

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

O-D Travel Time Matrix: Pendekatan untuk Estimasi Beban Emisi Karbondioksida Transportasi Tebu di Jawa Timur

18 Juni 2025   21:00 Diperbarui: 18 Juni 2025   20:52 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu lumbung gula nasional memegang peran strategi dalam pemenuhan kebutuhan gula dalam negeri. Menurut Dinas  29 pabrik gula yang aktif beroperasi di bawah 6 direksi, meliputi PT Sinergi Gula Nusantara (SGN), PT PG Rajawali 1, PT Kebun Tebu Mas, PG Kebon Agung, PT PG Candi Baru, dan PT Rejoso Manis Indo. Pabrik gula tersebut menjadi tulang punggung ekonomi dalam sejarah pertanian di Indonesia. Namun, terdapat tantangan mendesak terkait emisi karbondioksida (CO₂) yang dihasilkan dari proses transportasi tebu ke pabrik.

Produksi tebu memiliki tahapan proses, mulai dari penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan pengangkutan hingga ke pabrik gula. Transportasi tebu merupakan salah satu tahapan yang membutuhkan energi dalam skala besar. Ribuan truk beroperasi setiap hari selama musim giling, mengangkut tebu dari berbagai lokasi di pedesaan menuju pabrik yang umumnya terletak jauh dari sumber bahan baku. Transportasi tebu dilakukan dengan kendaraan bermesin diesel (truk) yang dalam skala besar menghasilkan emisi gas rumah kaca, khususnya CO₂. Emisi ini menjadi kontributor tidak langsung terhadap pemanasan global dan perubahan iklim, terutama jika tidak dikendalikan atau tidak dimonitor dengan baik. Penggunaan bahan bakar fosil dalam sektor transportasi pertanian menjadi isu penting dalam konteks keberlanjutan. Setiap kilometer perjalanan truk pengangkut tebu menyumbang sejumlah emisi karbon yang berdampak jangka panjang terhadap lingkungan. Oleh karena itu, upaya untuk mengestimasi dan memetakan sebaran emisi CO₂ dari kegiatan ini sangat penting sebagai dasar perumusan kebijakan transportasi ramah lingkungan.

Kompleksitas Transportasi Tebu di Jawa Timur

Transportasi tebu di Jawa Timur memiliki kompleksitas tinggi. Pasokan tebu yang tersebar di 424 kecamatan harus dikonsolidasikan untuk memenuhi permintaan 29 pabrik gula yang berada di 19 kabupaten dan 2 kota. Hal ini menghasilkan total 12.296 potensi rute transportasi. Selain itu, Transportasi tebu di Jawa Timur menghadapi tantangan geografis dan logistik yang kompleks. Letak kebun tebu tersebar di wilayah perbukitan, dataran rendah, hingga daerah terpencil. Sementara itu, pabrik gula tidak selalu berada di lokasi strategis yang dekat dengan lahan produksi, mengakibatkan rute perjalanan yang panjang, waktu tempuh yang bervariasi, dan efisiensi energi yang rendah. Kondisi infrastruktur jalan yang tidak merata juga memperparah konsumsi bahan bakar dan waktu pengangkutan.

Untuk menanggulangi dampak lingkungan tersebut, diperlukan estimasi beban emisi CO₂ secara akurat. Estimasi ini penting tidak hanya untuk mengetahui sejauh mana dampak lingkungan yang ditimbulkan, tetapi juga sebagai acuan dalam perencanaan kebijakan penurunan emisi di sektor pertanian dan industri gula. Salah satu pendekatan efektif yang dapat digunakan dalam estimasi ini adalah metode Origin-Destination (O-D) Travel Time Matrix yang mampu memetakan distribusi emisi berdasarkan rute transportasi aktual.

Sekilas tentang O-D Travel Time Matrix

Origin-Destination (O-D) travel time matrix merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan Untuk memahami dan mengukur beban emisi dari kegiatan transportasi tebu. Metode ini menyajikan data waktu tempuh antara titik asal (kebun tebu) dan tujuan (pabrik gula), sehingga dapat digunakan untuk menghitung jarak tempuh dan estimasi konsumsi bahan bakar secara lebih akurat. Pemodelan berbasis O-D travel time matrix dapat menghubungkan setiap rute dengan data emisi spesifik berdasarkan jenis kendaraan, jenis bahan bakar, serta kecepatan dan waktu perjalanan. Hasilnya dapat digunakan untuk mengestimasi total emisi CO₂ dalam skala regional. Selain itu, pendekatan ini memungkinkan analisis spasial terhadap efisiensi distribusi tebu dan potensi pengurangan emisi melalui perbaikan rute atau optimalisasi logistik.

Pendekatan O-D travel time matrix bukan hanya alat teknis, namun juga bagian dari strategi perencanaan yang mendukung transisi menuju sistem pertanian yang lebih ramah lingkungan. Informasi yang lebih akurat mengenai beban emisi transportasi, pelaku industri dan pembuat kebijakan dapat merumuskan langkah-langkah mitigasi seperti penggunaan kendaraan rendah emisi, optimalisasi penjadwalan transportasi, hingga perencanaan tata letak industri gula yang lebih efisien secara geografis.Melalui kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan pelaku industri, estimasi emisi CO₂ berbasis O-D travel time matrix dapat menjadi dasar pengambilan keputusan yang mendukung keberlanjutan industri gula nasional.

Origin-Destination (O-D) Travel Time Matrix adalah pendekatan berbasis data spasial yang merekam waktu tempuh antara titik asal (origin) dan titik tujuan (destination) dalam sebuah sistem transportasi. Matrix ini berbentuk tabel dua dimensi yang memperlihatkan pasangan rute perjalanan antara lokasi-lokasi asal (misalnya kebun tebu) dengan lokasi tujuan (misalnya pabrik gula), disertai informasi waktu tempuh rata-rata atau estimasi waktu aktual.

Pendekatan ini memberikan informasi untuk menghitung emisi karbondioksida pada transportasi tebu  berdasarkan:

  • Jarak antar lokasi (dalam kilometer)
  • Waktu tempuh (dalam menit atau jam)
  • Jenis kendaraan yang digunakan (misalnya truk diesel)
  • Kecepatan rata-rata kendaraan
  • Faktor emisi per liter bahan bakar yang digunakan

Pendekatan O-D travel time matrix menjadi jembatan antara teknologi spasial dan kebijakan lingkungan. Penerapan yang tepat dapat membantu industri gula di Jawa Timur agar bergerak menuju sistem transportasi yang lebih efisien, hemat energi, dan berkelanjutan.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun