Takbir takbir berkumandang, pertanda kemenangan telah dekat. Apa yang kau harapkan dari sebuah pertemuan, dalam ruang dan waktu yang selalu tak terpisahkan. Ketika jiwamu luruh dalam alunan takbir, sebagaimana angin meluruhkan debu-debu serupa kafilah yang di telan fatamorgana, maka dalam setiap helai bait takbiran adalah kekuatan, persatuan, hati yang tertambat serupa rantai-rantai yang berkelindan dalam rahmat dan ampunan. Bukan suatu dendam, lebih dari sekedar kasih sayang, dan kemenangan melawan kezaliman.
Mekkah tengah berduka, jamaah yang kerinduannya tak terperi harus bersabar, bahwa inilah rahmat semesta. Kita tak bisa di pisahkan walau berjarak ribuan kilometer mengarungi samudera dan pulau-pulau antah berantah. Kita mengorbankan rasa, dan Allah tengah menggantinya dengan semangat persatuan. Kita saling memahami satu sama lain.
Allah yang maha besar, Allah yang maha besar, tiada tuhan selainnya, tiada tuhan apapun, tiada sesembahan, diri ini luruh dengan kerinduan-Mu.
Tiada lagi ke-Aku an, tiada lagi keangkuhan. Tiada harapan, semua harapan telah putus semenjak diimajinasikan, kecuali kau gantungkan tali-tali harapanmu kepada Dzat yang selalu menggenggam jiwa-Mu. Dia sangat dekat, Dia terlalu dekat. Lalu bagaimana mungkin doamu tak mencapainya?
Allah yang mahakuasa, allah sang pemilik semesta. Gaung takbir menaklukkan seribu manusia, membangkitkan jutaan asa, allah yang menyelesaikan segalanya. Allah yang Sangat Besar. Lebih dari sekedar keinginan kecilmu. Bagaimana mungkin masalahmu tak terselesaikan?
Allah
Sungguh indah memuji-Mu
Tiada lagi mereka
Tiada lagi aku
Semarang, 30 Juli 2020