Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh perbukitan hijau, tinggal seorang pemuda bernama Arka. Arka memiliki impian besar untuk mengubah nasib keluarganya dan desanya lewat seni lukis. Setiap senja, dia duduk di bawah pohon mangga tua, meresapi warna-warni langit dan menuangkannya ke kanvas dengan penuh harap.
Arka berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya seorang petani yang sudah tua, dan ibunya bekerja sebagai penjahit untuk menopang kebutuhan sehari-hari. Meskipun hidup dalam keterbatasan, Arka tak pernah kehilangan semangat untuk belajar dan berkreasi.
Suatu hari, Arka mendapat kabar bahwa akan diadakan pameran seni nasional di kota. Ini adalah kesempatan yang sudah lama dinantikan. Dengan tabungan seadanya, Arka berangkat ke kota, membawa beberapa lukisan hasil karyanya. Sayangnya, di tengah perjalanan, hujan deras mengguyur sehingga beberapa lukisannya basah dan rusak.
Hatipun sempat hancur, namun Arka tidak menyerah. Dia bertemu dengan seorang wanita tua, pemilik galeri seni yang melihat potensi dalam diri Arka. Wanita itu memberinya perlindungan dan kesempatan untuk memamerkan lukisannya, walau dengan karya yang seadanya.
Dalam pameran itu, lukisan Arka yang menggambarkan kebersahajaan desa dan perjuangan hidup dinilai sangat menyentuh hati para pengunjung. Walau tak menjadi juara, Arka mendapat undangan belajar seni di kota besar dengan beasiswa penuh.
Arka lalu kembali ke desanya, bukan sebagai pemuda yang patah, melainkan sebagai inspirasi bagi semua orang. Dia mulai mengajar anak-anak desa menggambar dan melukis, membuka ruang bagi mimpi mereka.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI