Mohon tunggu...
Fauzan Dzaky Ramadhan
Fauzan Dzaky Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa

"Bermimpi adalah langkah awal dari harapan untuk mencapai keberhasilan. Namun, mimpi tetaplah mimpi, jika tidak ada tindakan nyata."

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mimpi di Balik Gerbang Kampus

11 Oktober 2025   11:21 Diperbarui: 11 Oktober 2025   11:21 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saat sang mentari pagi menyibak kabut tipis di ufuk timur, Aulia memandang gerbang megah kampus impiannya dengan mata berbinar penuh harap. Kampus itu bukan hanya tempat menimba ilmu baginya, tapi juga simbol segala mimpi dan perjuangan yang belum lama terukir dalam hatinya.

Sejak kecil, Aulia dibesarkan di sebuah desa kecil di kaki gunung. Suara gemericik sungai dan kicau burung adalah lagu pengantar tidurnya, sedangkan ruang kelas yang sempit dan perpustakaan yang minim koleksi tidak meredupkan api ingin tahunya. Saat ibunya mengajaknya lihat gambar kampus-kampus besar di kota lewat majalah yang langka, Aulia mulai bermimpi. Ia ingin suatu hari bisa melangkah masuk ke kampus yang penuh dengan gedung-gedung megah dan taman yang rindang, di mana ilmu dan pertemanan bisa membentuk masa depan.

Di hari yang ditunggu, tiket masuk ujian seleksi sudah di tangan. Detik-detik di ruang ujian terasa seperti detak jantung yang bergemuruh. Aulia berlutut dalam diam, menadah doa agar bisa diberi kesempatan. Setelah ujian selesai, perasaan campur aduk meliputi hatinya antara cemas dan optimis.

Minggu-minggu berlalu, dan akhirnya surat pengumuman itu datang. Dengan tangan gemetar, Aulia membuka amplop yang sudah usang. Tertulis jelas namanya lulus. Air matanya mengalir, adrenalin keberhasilan melampaui segala letih selama ini.

Kini, setiap pagi Aulia menyusuri jalan berliku penuh haru dan semangat, melangkah kaki kecilnya melewati gerbang kampus yang dulu hanya bisa ia lihat lewat layar ponsel. Daun-daun pohon rindang menjadi saksi bisu perjalanan seorang anak desa yang membawa impian besar. Dari kejauhan, ia masih ingat ibu dan ayah yang menatapnya bangga.

Impian yang dulu hanya terukir di awang-awang kini menjadi nyata, lewat kerja keras, doa, dan keyakinan bahwa tempat terbaik adalah milik siapa yang berani bermimpi dan berjuang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun