Gila, ya, kalau kita lihat beberapa tahun ke belakang. Rasanya baru kemarin kita aneh lihat orang bayar pakai QR code, sekarang malah kita yang aneh kalau masih ngeluarin uang tunai. Dunia digital itu lari, bukan lagi jalan. Dan kita semua, mau nggak mau, jadi bagian dari ekosistemnya.
Selama ini, mungkin banyak dari kita yang posisinya cuma sebagai penonton: scroll-scroll, beli, pakai, lalu scroll lagi. Tapi pernah nggak sih kepikiran, "Kayaknya gue juga bisa bikin sesuatu di dunia digital ini"?
Kalau pernah, selamat! Anda sudah setengah jalan. Masalahnya, mau bikin apa? Nah, daripada bingung, yuk kita coba intip bareng-bareng, kira-kira tren produk digital apa sih yang punya potensi besar di tahun 2026 nanti. Ini bukan ramalan, tapi hasil dari ngamatin pergeseran perilaku kita semua.
1. Era "Ini Gue Banget": Produk Digital Super Niche
Dulu, orang bikin produk untuk "semua orang". Sekarang? Lupakan. Pasar sudah terlalu ramai. Pemenangnya adalah mereka yang berani memilih "medan perang" yang lebih kecil tapi lebih dalam.
Di tahun 2026, tren ini bakal makin kuat. Orang nggak lagi cari "aplikasi olahraga", tapi "aplikasi yoga 15 menit untuk pekerja kantoran yang punggungnya sering sakit". Mereka nggak cari "kursus masak online", tapi "kursus masak masakan Sunda otentik untuk pemula".
Potensinya di mana? Coba lihat sekitar Anda. Ada komunitas apa? Ada masalah spesifik apa yang belum ada solusinya? Produk digital niche ini terasa lebih personal, lebih "gue banget", dan konsumen rela bayar lebih untuk sesuatu yang benar-benar menjawab kebutuhan spesifik mereka. Kuncinya: jangan takut untuk jadi spesifik!
2. Belajar Asyik Nggak Bikin Ngantuk: Ledakan Edutainment
Jujur saja, siapa yang betah lihat video tutorial berjam-jam dengan penjelasan monoton? Generasi sekarang, dari anak-anak sampai dewasa, butuh stimulus lebih. Belajar harus seru, harus ada elemen mainnya. Inilah yang disebut Edutainment (Edukasi + Entertainment).
Tren ini nggak main-main, apalagi untuk pasar anak-anak. Para orang tua muda (seperti saya dan mungkin Anda) makin sadar pentingnya screen time yang berkualitas. Kami cemas, tapi juga butuh solusi praktis.
Nah, di sinilah peluang emasnya. Bayangkan ada produk digital edukatif yang nggak cuma berisi teks kering. Misalnya, mengubah dongeng-dongeng klasik atau legenda lokal menjadi e-book interaktif, lengkap dengan narasi audio yang ekspresif dan animasi karakter hewan yang lucu. Si anak bisa "main" sambil menyerap nilai moral dan mengenal budaya. Orang tua senang, anak pun senang. Ini adalah pasar raksasa yang kebutuhannya sangat jelas: konten anak yang aman, mendidik, sekaligus menghibur.