Mencegah Jalan Menuju Zina. Onani bukan tujuan akhir. Studi perilaku menunjukkan, ia bisa memicu keinginan yang lebih besar, bahkan pada tahap ekstrem mendorong tindakan zina.
Melatih Pengendalian Nafsu. Imam Al-Ghazali menulis dalam Ihya Ulumuddin:
"Syahwat itu seperti kuda liar. Jika engkau kuasai, ia akan mengantarmu. Jika engkau dilemahkan olehnya, ia akan menjatuhkanmu."
Bahkan Rasulullah bersabda:
"Wahai para pemuda, barang siapa mampu menikah, hendaklah ia menikah. Jika tidak mampu, hendaklah ia berpuasa, karena puasa adalah tameng."
(HR. Bukhari-Muslim)
Hadis ini menegaskan bahwa solusi yang dianjurkan bukan menyalurkan dengan cara sendiri, melainkan puasa sebagai latihan pengendalian diri.
Larangan ini bukan sekadar "aturan kaku," melainkan benteng agar kita tidak menjadi korban dari nafsu yang tak pernah puas. Allah ingin menjaga kita dari kerusakan yang pelan-pelan menggerogoti kehormatan diri dan nilai spiritual.
"Barangsiapa meninggalkan sesuatu karena Allah, Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik."
(HR. Ahmad)
Perspektif Psikologi & Neurosains -- Apa yang Terjadi pada Otak?
Jika dari sisi agama larangan ini jelas, psikologi dan neurosains memberi kita gambaran mengapa onani---terutama yang disertai pornografi---bisa menjadi racun yang pelan-pelan merusak.
1. Dopamin Overload: Otak Diserang oleh Kenikmatan Instan
Setiap kali kita menonton pornografi dan mencapai orgasme, otak melepaskan dopamin dalam jumlah besar. Dopamin adalah neurotransmitter yang mengatur rasa senang. Masalahnya, menurut Journal of Behavioral Addictions, ledakan dopamin akibat pornografi mirip dengan efek narkoba. Setelah lonjakan itu, otak mengalami dopamin crash: rasa hampa, gelisah, dan keinginan mengulang pengalaman.
2. Lingkaran Candu yang Sulit Diputus
Polanya sederhana namun mematikan:
Trigger Lihat Pornografi Onani Lega Sementara Hampa Ulangi.
Dr. Valerie Voon dari University of Cambridge menemukan bahwa otak pecandu pornografi menunjukkan aktivitas di area reward yang sama dengan pecandu kokain. Ini menjelaskan kenapa sebagian orang merasa "tidak bisa berhenti."