Mengapa Bagong bisa mendapatkan mimpi seperti itu? Sekalipun mimpi hanyalah sekadar mimpi, bunga tidur semata yang tidak dapat dipercaya, tapi bukan berati mimpi dapat diabaikan begitu saja. Dalam salah satu teori, mimpi merupakan hasil dari rekaan pemikiran seseorang yang belum rampung, yang kemudian dilanjutkan setelah tertidur di dalam mimpi. Rekaan pemikiran sangat dipengaruhi oleh latar belakang seseorang.Â
Bagong yang memiliki latar belakang keluarga petani yang pas-pasan, sangat memungkinkan untuk dapat bermimpi demikian. Bagong yang bermimpi mendapatkan bantuan sembako dari orang-orang penting, yang secara kelas berada di atasnya merupakan cerminan nyata masyarakat pada masa pandemi. Kondisi Bagong dan masyarakat yang sama sama bergantung pada orang yang kelasnya di atas merekalah yang melatarbelakangi Bagong sehingga bisa bermimpi seperti itu.Â
Drama "Wabah" karya Budi Ros ini sangat menggambarkan realita sosial masyarakat pada masa pandemi covid-19 dengan jelas. Keluarga panakawan yang tergolong masyarakat kelas menengah ke bawah mencerminkan masyarakat miskin dalam dunia nyata. Masyarakat yang terkena dampak, atau pihak yang dirugikan dari praktik aji mumpung yang dilakukan oleh oknum semena-mena yang tidak bertanggung jawab, yang mementingkan keuntungan pribadi dan kelompok. Masyarakat yang terdampak besar terhadap kondisi ekonominya, yang semakin lebar jarak kesenjangan sosial ekonominya. Serta masyarakat yang hanya bisa bergantung dan berharap atas bantuan dari orang-orang yang berada di atas mereka, tanpa melakukan usaha sama sekali. Terdapat banyak sekali pesan-pesan yang terkandung di dalam drama "Wabah" karya Budi Ros ini. Â Â
Sutradara di sini menggambarkan adegan demi adegan yang dijalankan oleh para tokoh panakawan dengan sederhana tapi jelas dan mudah diterima tentunya bukan tanpa suatu alasan. Penulis seolah ingin menyampaikan dan juga mengingatkan kita bahwa berbagai macam fenomena yang pengarang gambarkan dan angkat ke atas panggung drama merupakan refleksi sosial yang sebelumnya atau bahkan sampai sekarang masih terjadi di kalangan masyarakat bawah, serta sebagai pelajaran bahwa manusia jika ingin mencapai sesuatu dalam kehidupan masing-masing, mereka sepatutnya memperjuangkan usaha mereka melalui jalan yang benar tanpa sikap egois, yang bisa saja merugikan orang lain jika tidak disadari betul-betul, dan sebagai sebuah karya sastra yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI