Mohon tunggu...
FAURIL MISBAHUDDANIL ALA
FAURIL MISBAHUDDANIL ALA Mohon Tunggu... Seorang mahasiswa Universitas Negeri Malang angkatan 2024. Telah memenangkan berbagai lomba kepenulisan seperti lomba cipta puisi dan juga cerpen, juara 1 lomba cipta puisi tingkat SMA Sederajat Nasional yang diselenggarakan oleh RuangLombaNasional (2022), juara 2 cipta puisi tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh KreasiPrestasiIndonesia (2023), Juga Penulis terpilih dalam berbagai lomba cipta puisi dan cerpen, salah satunya yang diselenggarakan oleh FunBahasa.

Lahir di Sangatta Utara, Kutai Timur, Kalimantan Timur. Sejak SMP mulai bertolak ke Malang untuk menimba Ilmu agama di salah satu pondok pesantren di sana selama enam tahun, sampai lulus SMA, kemudian melanjutkan studinya ke Universitas Negeri Malang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Refleksi Sosial Covid-19 dalam Kacamata Drama "Wabah".

18 Juni 2025   12:25 Diperbarui: 18 Juni 2025   12:25 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana tegang di atas panggung drama.

Melonjaknya kebutuhan masyarakat terhadap sabun dan alat transportasi (sepeda) adalah yang melatarbelakangi Gareng dan Petruk untuk memulai praktik aji mumpung mereka. 

Diceritakan juga oleh Petruk bahwa setelah mereka mendapat keuntungan dari praktik ini, selanjutnya mereka akan membeli alat-alat pendeteksi covid-19 seperti rapid test dan swab test yang selanjutnya akan mereka berlakukan sama dengan penjualan sabun dan penyewaan sepeda sebelumnya. Dengan demikian keuntungan yang didapat dari penjualan sabun, alat-alat deteksi covid-19, serta penyewaan sepeda yang dilakukan secara aji mumpung oleh Gareng dan Petruk akan terus meningkat, dan keuntungan tersebut juga hanya berlaku bagi mereka, sedang orang lain mengalami kerugian. Menanggapi sikap Gareng dan Petruk, Semar selaku romo mereka berupaya untuk menghentikan aksi anak-anaknya. 

  

"Dan kamu Gareng, bisnis boleh saja, tapi jangan kelewatan. Ketika kebutuhan masyarakat terhadap alat-alat tes pendeteksi covid dan juga sabun meningkat, seharusnya harga-harga jangan dinaikkan. Karena tanpa naik pun para pengusaha sudah memperoleh banyak keuntungan. Cara jualan yang pakai aji mumpung itu sangat-sangat tidak sopan." 


Dalam narasi dialog Semar di atas menjelaskan bahwa praktik aji mumpung merupakan praktik yang tidak sopan (etis). Adegan demi adegan yang disajikan dalam drama "Wabah" ini merupakan refleksi nyata atas berbagai fenomena yang berlandaskan aji mumpung, yang benar-benar terjadi pada masa pandemi covid 19. Sehingga Semar yang bijaksana, idealis, dan peduli terhadap lingkungan sekitar harus mengalami konflik moral dengan Gareng yang cenderung oprtunis, Petruk yang mau enaknya saja, dan pasif juga turuan pada Bagong.

 

B. Dampak Ekonomi dan Pelebaran Kesenjangan Sosial 

Imbas dari pandemi covid-19 yang disinggung dalam drama ini juga merembet pada dampak ekonomi dan jarak kesenjangan antara kelas-kelas sosial yang semakin melebar. Masyarakat yang kelasnya menengah ke bawah semakin susah dengan melonjaknya harga barang yang digambarkan sebagai vitamin dalam drama karya Budi Ros ini.

 

"Bagaimana kelanjutan kisah kita para panakawan bokek (miskin) ini kalau nggak boleh cari keuntungan? Orang kalau beli vitamin saja harganya makin melambung. Banyak apotek yang menaikkan harga vitamin."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun