Mohon tunggu...
fauny hidayat
fauny hidayat Mohon Tunggu... wiraswasta -

swasta, independen, tak punya afiliasi ke partai politik manapun

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

"Taqwa dan Pikatan Menjadi Kaya Raya"

25 April 2017   13:20 Diperbarui: 25 April 2017   22:00 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pikiran saya menjawab: tidak. Bahwa taqwa bisa menjadi salah satu faktor yang menyumbang suatu umat kaya raya mungkin iya. Tapi harus melalui tahapan-tahapan tertentu. Misal: taqwa membuat moral umat benar (itupun tidak gampang, butuh perangkat lain juga). Moral umat benar berarti taat pada hukum. Dengan begitu masyarakat jadi tertib dan apapun yang dilakukan sesuai dengan ketertiban di masyarakat itu. Karena masyarakat tertib, peluang usaha apa saja terbuka. Karena itu anggota di masyarakat tersebut menjadi kaya raya.

Jujur saja, pikiran bahwa taqwa = kaya raya hemat saya sungguh menyesatkan. Kita seakan-akan diyakinkan, “dipaksa” taat 100% pada ajaran agama tanpa kritisisme, tanpa logika, tanpa alur pikir yang benar. Alam pikiran kita dicekoki paham: cukup dengan taqwa saja (contohnya: mendengarkan azan, pergi ke masjid) anda pasti akan segera kaya raya seperti yang terjadi di Arab Saudi!

Hemat saya, ada sisipan pikiran tersembunyi yang ingin disampaikan melalui tulisan-tulisan atau tausiyah seperti diatas. Yakni, sejak di alam pikiran kita sudah distel, dipaksa, untuk yakin akan ketaatan 100% bahkan 1000% tanpa reserve terhadap ajaran agama (Islam) dan dengan begitu tanpa mengerti konteks sesungguhnya kita cenderung menjadi fanatik dan dibuat fanatis.

Benih-benih fanatisme buta dimulai dari pikiran-pikiran yang tidak logis itu. Seakan-akan logis, padahal tidak logis. Dan fanatisme buta itu membuat kita tetap buta: tak mau mengerti, tak bisa mengerti, bahwa apapun yang terjadi di masyarakat dan dunia ini, selalu disebabkan oleh banyak faktor dan bukan hanya oleh satu-satunya faktor saja!

Pikir sesat dan menyesatkan model begini banyak sekali. Saya tidak tahu, apakah pikiran sesat dan menyesatkan itu “sengaja dibuat karena kepinteran dan kecerdasan” atau “tak sengaja dibuat karena kebodohan”.

Maksud saya, kalau disengaja berarti dilakukan oleh “orang pintar” yang mau membodohi orang bodoh lain; kalau tidak sengaja berarti dilakukan oleh orang bodoh saja dan tidak mempunyai kepentingan lain. Tapi bila dilakukan oleh orang pinter dengan sengaja: ini sungguh berbahaya; karena itu propaganda fanatisme dan radikalisme yang paling halus, dibungkus oleh “kebenaran2 yang palsu” dan efek politiknya adalah perpecahan umat. Indonesia mau dibuat seperti Suriah? (*)


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun