Mohon tunggu...
fatrisia
fatrisia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis dan Editor Lepas

Random thoughts. Ig @inifatrisia

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Dikejar Maut

5 Mei 2024   13:40 Diperbarui: 5 Mei 2024   13:42 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

Kata orang kuburan adalah tempat yang horor. Semenakutkan apa, sih? Malam ini bahkan tidak kutemui sesuatu yang janggal. Tidak ada hantu-hantu berkeliaran, kecuali nyanyian burung hantu di temaramnya malam.

Aku mencari papan nama Ayah. Sudah lama tidak berziarah dan malam ini tiba-tiba saja aku rindu. Namun, aku melihat sesuatu yang gila tepat di sebelah makam Ayah.

Nadia Narisah Binti Aditama

Lahir: 03-03-1995

Wafat: 13-09-2023

Itu kan namaku? Tubuhku seketika gemetar. Keringat dingin membasahi wajah. Tanah di makam itu masih basah, dan taburan bebungaan masih segar di atasnya. Ini tanggal 12, itu artinya besok aku akan mati. Tidak! Aku tidak mau mati besok!


Di tengah kepanikan, kupaksakan untuk berpikir jernih. Pasti ada cara untuk menghindari hal yang tidak masuk akal ini. Sesuatu terlintas di benakku. Teringat bahwa Deis---sepupuku---pernah bercerita bahwa seseorang dapat mengelabui malaikat maut dengan cara berpindah tubuh. Segera kularikan mobilku ke rumahnya.

Deis sedang tidur-tiduran di kasurnya ketika kudobrak pintu kamarnya.

"Dei, please bantu gue!" teriakku panik. Segera kuceritakan penemuanku di kuburan tadi. Deis tampak terkejut. Beberapa saat dia terdiam seperti berpikir keras dan menimbang-nimbang sesuatu.

"Gue bisa bantu lo, Nad. Tapi lo cuma bisa ngelakuin ini sekali. Ada mantra yang harus dibaca." Deis menuliskan sesuatu di selembar kertas dan menyerahkan padaku.

"Thanks." Kupeluk sepupuku itu, dibalasnya dengan pelukan erat. Setelahnya aku segera memelesat keluar. Namun, hingga hampir tengah malam belum kutemukan juga tubuh yang bisa kupakai. Kecemasanku kian menjadi. Aku yang menggigil oleh ketakutan sudah tidak bisa berpikir jernih. Deis mungkin bisa memberikan ide lagi untuk masalah ini. Segera aku ke rumahnya. Ternyata dia sudah terlelap. Aku pun terdiam beberapa saat dan menatapnya lama.

Hanya Deis yang bisa menolongku. 

Kalimat itu terus berputar hingga akhirnya aku memutuskan sesuatu.

Maaf, Deis, tapi hanya ini yang bisa kupikirkan. Segera aku melakukan ritual pertukaran jiwa. Kutempelkan telapak tangan kanan kami dan bergegas membaca mantra.

"Aaaa!" Tiba-tiba saja Deis berteriak. Aku kaget dan terbangun. Tunggu dulu, bukankah yang sedang tertidur adalah Deis? Kenapa aku yang terbangun? Oh, ya ampun! Ritualnya berhasil! Sempurna!

"K-kenapa gue bisa ngeliat diri gue?" Deis terkejut dan segera menyadari sesuatu. "Lo ... lo kenapa milih gue, Nad!" Dia kaget dan mulai menangis histeris.

"Gue nggak punya pilihan lain, Dei. Maaf, tapi gue harus tetap hidup."

Deis meraung-raung ingin kami kembali bertukar jiwa. Cengkeraman tangannya di tubuh baruku terasa sakit. Aku berhasil melepaskan diri dan segera berlari menuju mobil. Deis mengejarku.

Kubalapkan mobil menuju kuburan Ayah. Itu satu-satunya tujuan yang terlintas. Kulihat dari spion, mobil Deis tidak kalah laju mengejar. Persetan! Toh sebentar lagi dia akan meninggal. Aku hanya butuh mengulur waktu hingga malaikat maut menjemputnya.

"Lo mau ke mana, Nad! Balikin tubuh gue!" teriaknya jauh di belakangku ketika kami telah sampai di kuburan.

Kupercepat lariku hingga tak terlalu memperhatikan jalan. Tepat di depan makam Ayah, aku tersandung akar tanaman lalu terbanting di makam sebelahnya. Ketika menatap nisannya, aku kaget. Napasku tercekat. Nisan itu telah berganti nama.

Deisa Anafi binti Danial

Lahir: 01-04-1995

Wafat: 13-09-2023

Di kejauhan sayup terdengar jam di menara kota berdentang dua belas kali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun