Mohon tunggu...
Fatria MeilaniS
Fatria MeilaniS Mohon Tunggu... Mahasiswa - Unknow

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 20107030004

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Saat Pandemi Covid, Usaha Kerupuk Kulit Tetap Melejit

30 Juni 2021   22:04 Diperbarui: 1 Juli 2021   00:04 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun seiring waktu berjalan, usahanya ini membuahkan hasil yang lumayan. "Sekarang memiliki omset kurang lebih Rp 10 juta," katanya.

Menjalankan bisnisnya ini, Bu Apong dibantu oleh beberapa karyawan dengan job desk yang efektif dan efisien. Mereka punya tanggung jawab sendiri-sendiri.

Yang pertama karyawan yang membuat atau memproduksi kerupuk kulit dari proses penggorengan, pengeringan dan sebaginya dengan dibantu oleh 5 orang. Kemudian untuk pemasaran, karena kerupuk ini dijual ke warung-warung maka Bu Apong memiliki sales yang menjajakan kerupuknya ke berbagai lokasi.

"Ada lebih dari 5 orang yang ikut jualan. Sales ya. Bagi hasil dari yang laku di warung bayarannya," imbuhnya.

Dengan pedagang sebanyak itu, Bu Apong memiliki pelanggan warung kurang di atas 300 warung. Omset dari Warung itu tentu semakin stabil dan terkontrol penjualannya.

"Warung tersebar diwilayah Tasikmalaya, Garut dan Ciamis. Lancar, alhamdulillah," katanya.

Bu Apong melanjutkan ceritanya. Dalam menjalankan bisnisnya itu dengan sistem konsinyasi. Pihaknya menitip-nitipkan kerupuk kulitnya di warung, tunggu sepekan maka sales tersebut akan datang kembali untuk mengambil uang tagihan dari hasil kerupuk kulit yang sudah terjual dan memasukan kembali kerupuk kulit baru yang akan dijual.

Selama satu minggu berjalan, dia memproduksi 6 hari kerja. "Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu dan Minggu kerja. Yang produksi kerupuk atau yang jualan. Nah, hari Jumat libur," katanya.

Memang dia mengakui, dimasa pandemi, usaha yang dijalankan Ibu Apong mengalami ketidakstabilan. Hal itu dipicu oleh beberapa hal, diantaranya bahan baku dan produktivitas sales yang terhambat mobilitasnya.

"Sebenarnya dari sisi produksi masih terus berjalan tetapi dari sisi kerupuk-kerupuk yang telah terjual di warung-warung sulit ditarik kembali oleh sales," keluhnya.

Walhasil, kondisi ini mengakibatkan usaha Bu Apong goyah. Ia harus memutar otak agar duit pemasukan yang berada diluar bisa masuk ke kas dan melanjutkan produksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun