Mohon tunggu...
Siti Fatmawati
Siti Fatmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

Menulis dan menuangakan isi pikiran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Karakter Anak Bangsa untuk Meraih Masa Depan yang Lebih Cerah

8 Desember 2022   14:03 Diperbarui: 8 Desember 2022   14:15 1494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 Pendidikan karakter memisahkan budaya bangsa sendiri dengan bangsa lain, menghilangkan budaya yang tidak melekat pada nilai-nilai budaya bangsa atau karakter bangsa yang terhormat (Zubaidi, 2011: 18) Hal ini terkait dengan Peraturan Presiden (Perpres) Tahun 2017 Nomor 87 tentang Penguatan Pendidikan Karakter, yang menyatakan bahwa pendidikan karakter diperkuat dengan menyelaraskan hati, perasaan, pikiran, dan tindakan lembaga pendidikan, masyarakat, dan khususnya keluarga.

Bersekolah dalam keluarga, sebagai pendidikan anak yang paling berkesan, memiliki tanggung jawab besar dalam mengembangkan kepribadian anak. Harapan untuk menemukan solusi dari masalah ini kemudian dibangun di atas pendidikan formal yang disediakan oleh sekolah. Moral, karakter, dan rasa identitas diri siswa dianggap dibudidayakan dan diperkuat di sekolah. Anak dan remaja adalah harapan masa depan bangsa, oleh karena itu pembangunan karakter menjadi sangat penting. 

Selain itu, pentingnya pendidikan karakter memberikan landasan yang kokoh bagi pembangunan tunas bangsa, yang akan menjadi landasan bagi kemajuan bangsa. Dengan kata lain, implementasi pendidikan karakter di tingkat sekolah sangat mendesak.

Agama harus ditanamkan pada tokoh utama agar tidak tergerus oleh globalisasi, seperti dampak teknologi, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Karakter yang paling penting untuk ditanamkan dalam masa depan bangsa adalah karakter ini. Pastinya, setiap agama mengajarkan pemeluknya untuk selalu takut akan Tuhan. Seseorang akan berbuat baik kepada dirinya sendiri, keluarganya, dan orang lain ketika memiliki sikap takut akan Tuhan. Karakter religius juga akan mendorong pengikutnya untuk saling membantu, memiliki pola pikir toleran, dan menghormati pemeluk agama lain. 

Generasi penerus bangsa akan terlindungi dari praktek perusakan teknologi oleh tokoh agama ini. Tanpa karakter religius, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi akan berbahaya dan tentunya akan mempengaruhi masa depan bangsa ini.

Pendidikan karakter religius dalam dunia ideal seharusnya menjadi tanggung jawab keluarga sebagai rumah pertama dan sekolah sebagai rumah kedua peserta didik, tempat orang tua menitipkan pendidikan anaknya. Oleh karena itu, pendidikan karakter bukan semata-mata tanggung jawab guru pendidikan agama. Masyarakat berkewajiban menanamkan nilai-nilai karakter pendidikan agama pada anak karena penanaman karakter religius tidak hanya diserahkan kepada guru agama, pegawai sekolah, dan orang tua di rumah. Oleh karena itu, pendidikan karakter harus dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua guru, termasuk pendidik umum.


Membiasakan sholat berjamaah di musholla sekolah, santun berbicara antar siswa, santun kepada guru, berpakaian sopan menutup aurat, membudidayakan senyum, salam, memajang gambar atau semboyan yang mengandung pesan-pesan keagamaan, rutin mengunjungi masjid, membantu fakir miskin dan anak yatim piatu, membiasakan sedekah, serta membekali santri dengan siraman rohani sesuai agama masing-masing adalah cara-cara untuk menanamkan karakter ini pada diri santri. Semua ini dilakukan untuk melindungi siswa dari dampak negatif penggunaan teknologi, seperti yang telah disebutkan sebelumnya.

Semangat berkorban, peduli sesama, gotong royong, kebiasaan shalat berjamaah, gemar sedekah, rajin belajar, dan perilaku mulia lainnya juga merupakan nilai-nilai agama. Selain itu, peran keluarga sebagai orang terdekat serta masyarakat tempat siswa tinggal sangat diperlukan untuk menanamkan karakter tersebut.

Selain itu, generasi milenial, khususnya remaja, telah mengembangkan apresiasi baru terhadap budaya mereka sendiri sebagai hasil dari kemajuan teknologi. Remaja saat ini menjadi lebih kebarat-baratan dan tertarik pada budaya lain daripada budaya mereka sendiri. Perantara masuknya budaya asing ke Indonesia adalah platform media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Twitter yang paling diminati pengguna remaja. Terbukti masuknya budaya baru mempengaruhi budaya Indonesia. Secara alami, itu memiliki efek menguntungkan dan merugikan. Dikhawatirkan bangsa Indonesia akan kehilangan jati dirinya sebagai bangsa akibat ketertarikannya pada budaya lain kecuali jika ditopang oleh karakter yang kuat.

Bapak Ir., Presiden kita yang pertama, adalah orang yang memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Soekarno, ketika mengatakan, "Tugas saya lebih ringan karena melawan pelanggar. Karena Anda harus berurusan dengan bangsa Anda sendiri, pekerjaan Anda lebih sulit. Kalimat itu memperjelas bahwa menghadapi bangsa sendiri jauh lebih menantang daripada menghadapi bangsa lain. Keterbukaan era globalisasi membuat penanaman karakter nasionalisme ini semakin menantang.

Karakter nasionalis dapat ditanamkan sejak dini melalui pendidikan karakter. Kecintaan generasi terhadap negaranya sendiri dapat tumbuh sebagai hasilnya. Akan jadi apa bangsa ini jika generasinya tidak menghargai budayanya sendiri? Apakah kita rela jika bangsa lain mengklaim budaya kita jika mereka mencintai budaya Indonesia? Misalnya, Malaysia pernah mengklaim bahwa wayang kulit adalah bagian dari budaya mereka karena orang Indonesia yang tinggal di sana sering mengadakan pertunjukan wayang kulit. Namun, berkat pengakuan UNESCO pada 27 November 2003, wayang kulit merupakan budaya asli Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun