Sementara itu, Pangeran Angin sudah sampai di depan pintu biru. Berulang kali diletakkannya tangannya di atas relief namun pintu tetap tidak mau terbuka.
"Biar kucoba, Pangeran," kata Pangeran Petir yang sudah berada di belakangnya. Pangeran Angin pun membiarkan adiknya mencoba. Seperti kakaknya, Pangeran Petir meletakkan tangannya di atas relief, pintu tak juga terbuka. Berulang kali dia mencoba, hasilnya pun tetap sama.
Sekarang giliran Putri Hujan, dia pun meletakkan tangannya di atas relief dan pintu pun segera terbuka. Mereka kini berada tepat di depan tongkat pusaka yang menancap kuat di lantai ruang pusaka.
Putri Hujan mempersilahkan kedua kakaknya untuk mengambilnya. Namun, walau seluruh tenaga mereka kerahkan, tongkat tersebut tetap tak mau tercabut dari tempatnya.
Ajaib, ketika tangan sang Putri menyentuh tongkat pusaka tersebut, keluarlah cahaya warna-warni dari tangannya melingkupi tongkat tersebut. Tongkat pusaka itu pun dengan mudah terangkat oleh Putri Hujan.
"Paduka telah berhasil, Tuan Putri. Paduka telah mewarisi sifat-sifat keberanian, kejujuran dan kesetiakawanan. Sifat-sifat itu memang harus dimiliki oleh seorang raja, agar dia bisa bertindak adil dan bijaksana," kata sang Resi diikuti para punggawa istana. Ternyata diam-diam mereka mengikuti dan mengawasinya.
Putri Hujan pun segera dilantik menjadi Ratu, kedua kakaknya ikut membantunya menjalankan roda pemerintahan. Kerajaan Pelangi pun aman sejahtera."
"Alhamdulillah, terima kasih, Bunda" sahut Ilmi sambil menguap. Menguap itu menular rupanya. Diliriknya  kedua saudaranya yang juga sama-sama menguap.  Suara hujan sudah mulai lirih.Â
"Baiklah, menurut kalian, apa isi cerita Bunda tadi?"
"Untuk berhasil harus punya sifat keberanian, kejujuran dan kesetiakawanan, Bunda," jawab mereka serempak dengan mata terpejam.Â
"Oke, seratus buat kalian. Sifat-sifat itu juga harus kalian pegang ya. Oke, sekarang kalian tidurlah. Ayo baca doa tidur dulu."