Mohon tunggu...
HAFIDZAH FATMA GARDILLA
HAFIDZAH FATMA GARDILLA Mohon Tunggu... MAHASISWA

Hafidzah Fatma Gardilla, mahasiswa di Malang, memiliki minat besar dalam kepenulisan dan jurnalistik. Ia gemar mengeksplorasi berbagai topik melalui tulisan, menjadikannya sarana untuk menyampaikan ide dan pendapat. Dengan semangat belajar yang tinggi, Hafidzah terus mengasah keterampilannya dalam merangkai kata dan menyampaikan berita yang informatif.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Seminar "LUKIS" Literasi Untuk Kurasi Inspirasi Sastra Tingkatkan Kesadaran Siswa SMPN 18 Malang akan Pentingnya Membaca

3 Mei 2025   16:50 Diperbarui: 3 Mei 2025   17:04 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Malang, 2 Mei 2025 – Aula SMPN 18 Malang pagi itu menjadi saksi bisu semangat literasi yang mengalir deras dalam kegiatan Seminar Sastra bertajuk “Literasi untuk Kurasi Inspirasi Sastra”. Seminar ini merupakan bagian dari proyek kepemimpinan mahasiswa PPG Prajabatan Bahasa Indonesia UNISMA 2024 yang diselenggarakan pada hari Jumat, pukul 08.00 WIB hingga selesai, dengan melibatkan siswa kelas 9B dan anggota OSIS SMPN 18 Malang sebagai peserta utama.
Kegiatan dibuka secara resmi oleh MC Eva Vidya, S.Pd., dengan susunan acara yang diawali lagu kebangsaan Indonesia Raya, dilanjutkan sambutan perwakilan dari pihak sekolah. Setelah itu, seminar memasuki inti acara yang dipandu langsung oleh moderator Eva Vidya, S.Pd.
Seminar menghadirkan Dr. Ari Ambarwati S.S., M.Pd, seorang dosen PBSI UNISMA dan pegiat sastra nasionaL sebagai narasumber utama. Dalam paparannya, beliau menyampaikan urgensi literasi sebagai fondasi berpikir dan bertindak di era digital. Dengan gaya tutur yang lugas namun mengalir, Dr. Ari Ambarwati S.S., M.Pd yang akrab disapa dengan Bu Ambar ini menyampaikan kutipan ikonik dari Pramoedya Ananta Toer:


“Orang boleh pandai setinggi langit, tetapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat dan sejarah.”


Kutipan tersebut menggugah perhatian peserta. Suasana aula terasa hidup, seakan setiap kata dari narasumber mengetuk kesadaran para siswa untuk menjadikan literasi sebagai kebiasaan sehari-hari. Selain itu, Bu Ambar juga memperkenalkan konsep kurasi sastra kepada siswa dengan cara yang menyenangkan, menjelaskan bahwa menjadi kurator tidak selalu harus serius dan rumit, melainkan bisa dimulai dari kebiasaan membaca dan membagikan rekomendasi buku sesuai gaya pribadi.
Dalam sesi interaktif, narasumber mengadakan kuis berhadiah Rp50.000 saldo Gopay. Dimas, siswa kelas 9B, berhasil menjawab dengan benar dan menunjukkan antusiasme tinggi dalam diskusi. Momentum ini turut meningkatkan partisipasi aktif peserta.


Sesi tanya jawab semakin memperkaya dinamika seminar. Calista dari kelas 8B bertanya tentang cara memengaruhi teman sebaya untuk gemar membaca. Menanggapi hal tersebut, Bu Ambar menyarankan agar para pelajar memanfaatkan media sosial secara kreatif, seperti mengunggah kutipan buku di status WhatsApp dan membuat konten literasi di TikTok agar membangkitkan rasa ingin tahu teman-temannya. 
Sementara itu, Adinda dari kelas 9B mengajukan pertanyaan mengenai langkah menjadi kurator sastra yang baik. Bu Ambar menjawab dengan mengajak peserta menelusuri akun para bookstagram seperti Fatia Azizah yang merekomendasikan buku dengan gaya masing-masing. Ia juga menekankan pentingnya membaca buku yang sesuai minat, agar proses kurasi tidak terasa memberatkan.


Sebagai bentuk apresiasi, Bu Ambar  memberikan buku karyanya kepada pihak sekolah, serta menghadiahkan buku karyanya kepada dua peserta seminar yang aktif bertanya.Setelah sesi bersama narasumber utama, kegiatan dilanjutkan dengan penyampaian materi tentang kurasi sastra oleh Fara Trisna Rahmadani, S.S. selaku ketua pelaksana. Peserta kemudian diarahkan untuk membaca blurb atau kutipan dari buku yang tersedia melalui Google Sites. Selanjutnya, mereka diminta mengkurasi buku bacaan sastra yang sesuai dengan tema atau karakteristik pembaca, dalam waktu kurang lebih 10–15 menit. Dalam proses ini, peserta juga diperbolehkan berdiskusi dengan teman sekelompoknya.Setelah itu, peserta mengisi post-test  dan menyampaikan testimoni mengenai pengalaman mereka mengikuti kegiatan ini.

Testimoni dari peserta didik juga menjadi bagian penting dari penutup acara. Tiga siswa menyampaikan pandangannya, di antaranya menyebut seminar ini menyenangkan, memberi wawasan baru tentang dunia sastra, serta memotivasi untuk mulai membaca dan menulis. Testimoni dilanjutkan oleh Fara Trisna Rahmadani selaku ketua pelaksana yang mengungkapkan rasa syukur atas antusiasme peserta serta harapan agar semangat literasi terus berlanjut di lingkungan sekolah. Acara diakhiri dengan testimoni dari Bu Yuli, guru Bahasa Indonesia kelas 9 sekaligus guru pamong PPG Prajabatan Bahasa Indonesia UNISMA Gelombang 2 Tahun 2024. Beliau menyampaikan bahwa kegiatan literasi seperti ini merupakan kali pertama diadakan di SMPN 18 Malang. Ia berharap ke depannya kegiatan serupa bisa lebih sering dilaksanakan dan ditingkatkan, karena sangat membantu peserta didik mengenal karya sastra yang sesuai dengan jenjang dan kebutuhan mereka. Seminar ini diharapkan menjadi titik awal tumbuhnya budaya literasi yang kuat di lingkungan sekolah. Kata-kata dalam buku tak lagi sekadar huruf yang diam, melainkan jiwa yang berbicara, menuntun langkah generasi muda untuk terus membaca, menulis, dan berdaya

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun