Mohon tunggu...
Fatkhul Manan
Fatkhul Manan Mohon Tunggu... Entrepreneur | Lecturer | Government Affair

Et ipsa scientia potestas est- Pengetahuan adalah kekuatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dinamika Difusi Inovasi: Peran Influencer dalam Penyebaran Tren Digital dan Produk Baru

22 September 2025   14:15 Diperbarui: 22 September 2025   14:25 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber: maglearning.id)

Oleh: Fatkhul Manan

Program Doktor Ilmu Komunikasi Universitas Sahid Jakarta

Fenomena difusi inovasi dalam era digital semakin terlihat jelas seiring dengan meningkatnya peran influencer di berbagai platform media sosial. Inovasi, baik berupa tren gaya hidup maupun produk baru, kini lebih cepat menyebar melalui konten yang diproduksi oleh figur publik yang memiliki basis pengikut luas. Influencer tidak hanya menjadi pemasar, tetapi juga agen perubahan dalam membentuk pola konsumsi masyarakat.

Teori Difusi Inovasi yang digagas oleh Everett M. Rogers menjelaskan bagaimana ide, perilaku, atau produk baru dapat diterima oleh masyarakat melalui proses komunikasi. Dalam konteks digital, influencer berperan sebagai opinion leader yang dapat mempercepat adopsi inovasi karena dipercaya memiliki kredibilitas, kedekatan emosional, dan daya tarik visual. Hal ini berbeda dengan strategi pemasaran tradisional yang lebih bersifat satu arah.

Di Indonesia, tren ini semakin terlihat jelas pada produk-produk teknologi, fashion, hingga makanan dan minuman. Misalnya, peluncuran ponsel pintar terbaru dari merek global lebih cepat dikenal publik setelah influencer lokal mengulas produk tersebut di YouTube atau TikTok. Konten ulasan yang sederhana namun otentik membuat publik lebih percaya daripada iklan televisi.

Proses difusi inovasi melalui influencer tidak terlepas dari kategori adopsi yang diidentifikasi Rogers: inovator, early adopters, early majority, late majority, dan laggards. Influencer biasanya berada pada posisi early adopters, yaitu kelompok yang lebih cepat mencoba hal baru. Ketika mereka mengkomunikasikan pengalaman tersebut kepada pengikutnya, adopsi meluas hingga ke early majority.

Efektivitas influencer dalam menyebarkan inovasi juga ditentukan oleh kedekatan sosial dengan audiens. Seorang mikro-influencer dengan 10 ribu pengikut bisa saja lebih berdampak dibanding selebriti dengan jutaan pengikut, karena tingkat interaksi dan kepercayaan yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa skala bukanlah faktor tunggal dalam difusi inovasi.

Selain kedekatan, format konten juga memainkan peran penting. Tren penggunaan video pendek di TikTok atau Instagram Reels terbukti mempercepat penyebaran informasi produk baru. Dengan durasi singkat, audiens lebih mudah mencerna pesan dan lebih cepat terpengaruh untuk mencoba produk atau mengikuti tren yang disajikan.

Namun, dinamika difusi inovasi melalui influencer juga menghadapi tantangan. Salah satunya adalah isu kredibilitas ketika influencer hanya mementingkan kontrak kerja sama tanpa benar-benar meyakini produk yang dipromosikan. Ketika audiens merasa ditipu, kepercayaan bisa menurun drastis, sehingga memengaruhi keberhasilan penyebaran inovasi.

Tantangan lainnya adalah information overload. Banyaknya influencer yang mempromosikan produk serupa dalam waktu bersamaan membuat audiens bingung menentukan pilihan. Dalam kondisi ini, kecepatan penyebaran tren tidak selalu berbanding lurus dengan tingkat adopsi, karena publik cenderung selektif terhadap informasi yang diterimanya.

Meskipun begitu, perusahaan tetap menjadikan influencer sebagai ujung tombak pemasaran digital. Data terbaru dari sebuah lembaga riset pemasaran menunjukkan bahwa lebih dari 60% konsumen Indonesia mengaku membeli produk setelah melihat rekomendasi influencer. Angka ini menegaskan bahwa strategi difusi inovasi berbasis influencer masih relevan dan efektif.

Fenomena viral marketing juga memperkuat peran influencer dalam difusi inovasi. Ketika sebuah tren atau produk baru mendapatkan eksposur masif melalui konten viral, siklus adopsi dapat berjalan lebih cepat dari biasanya. Misalnya, tren makanan dengan tampilan unik sering kali laris hanya dalam hitungan hari setelah viral di media sosial.

Selain aspek komersial, peran influencer dalam difusi inovasi juga terlihat pada kampanye sosial dan budaya. Contohnya adalah ajakan menggunakan produk ramah lingkungan atau tren gaya hidup sehat yang dipopulerkan oleh influencer kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa difusi inovasi tidak terbatas pada produk konsumtif, melainkan juga menyentuh perubahan perilaku sosial.

Secara akademis, penelitian mengenai hubungan antara influencer dan difusi inovasi semakin berkembang. Banyak studi yang menemukan bahwa tingkat kepercayaan, kredibilitas, dan kualitas interaksi menjadi variabel utama yang memengaruhi keberhasilan penyebaran tren. Hal ini memberikan landasan ilmiah bahwa strategi berbasis influencer lebih dari sekadar fenomena populer.

Keterlibatan influencer dalam penyebaran inovasi juga dipengaruhi oleh algoritma media sosial. Konten yang relevan dan mendapatkan interaksi tinggi lebih mudah direkomendasikan ke audiens yang lebih luas, mempercepat proses difusi. Dengan demikian, penyebaran inovasi tidak hanya ditentukan oleh influencer, tetapi juga oleh sistem teknologi platform.

Melihat fenomena ini, perusahaan dan pelaku bisnis perlu lebih strategis dalam memilih influencer, format konten, serta timing publikasi agar difusi inovasi berjalan optimal. Kombinasi antara kredibilitas influencer, kreativitas konten, dan dukungan algoritma bisa menjadi kunci sukses dalam penyebaran produk atau tren baru.

Ke depan, peran influencer diprediksi semakin kuat seiring berkembangnya teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) dan analisis big data. Influencer berbasis virtual bahkan sudah mulai muncul, menawarkan pendekatan baru dalam pemasaran digital. Namun, terlepas dari bentuknya, esensi peran influencer dalam difusi inovasi tetap sama: menjadi jembatan yang menghubungkan inovasi dengan masyarakat luas.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun