Apa gunanya ilmu akhlak jika hanya dijadikan sebatas hafalan, bukan menjadi cerminan sikap dan perilaku?
Di era sekarang, tidak sedikit orang yang pandai berdebat tentang moral, bahkan mampu menguraikan teori-teori akhlak dengan lancar. Namun ironisnya, masih banyak yang melupakan penerapan nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari khususnya di dalam pergaulan.
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting, baik sebagai individu maupun sebagai bangsa dan anggota masyarakat. Sebab jatuh bangunnya, jaya dan hancurnya, sejahtera suatu bangsa dan masyarakat tergantung bagaimana akhlaknya, apabila akhlaknya baik maka sejahteralah lahir batinnya, akan tetapi apabila akhlaknya buruk maka kehidupannya tidak akan tenteram. Ajaran Islam adalah ajaran yang bersifat universal yang harus diaktualisasikan dalam kehidupan individu, masyarakat, berbangsa dan bernegara secara maksimal.
Akhlak juga memiliki peran penting bagi semua orang, baik yang berpendidikan maupun tidak, yang tua maupun muda. Akhlak itu bukan hanya soal teori yang diajarkan di kelas, tetapi juga tentang bagaimana kita bersikap dan berperilaku terhadap sesama. Sayangnya, masih banyak orang yang mampu mengajarkan ilmu akhlak, tapi melupakan praktiknya. Di sinilah letak tantangan terbesar bagi kita, bukan hanya tahu tentang teori-teorinya tetapi juga harus mampu menjadi contoh nyata dari nilai-nilai moral yang kita ajarkan.
Pandai Mengajar, Lupa Meneladani
Disekitar kita, masih banyak orang yang fasih berbicara atau mengajarkan kita tentang betapa pentingnya nilai moral. Mereka tahu teori akhlak, mengajarkan cara penerapannya, bisa mengutip dalil atau hadits, bahkan mampu memberi nasihat di depan publik.
Namun, banyak dari mereka yang hanya pandai berbicara tanpa disetai praktik dan perwujudan nyatanya dalam kehidupan sehari-hari.
Contohnya, di sebuah pondok pesantren, ada yang rajin menasihati orang lain untuk selalu menghargai sesama, seperti tidak berbicara dengan kasar, menjaga etika ketika berbicara, tidak berteriak, dan menjaga ketenangan di kamar, masjid, maupun di tempat lain. Namun kenyataanya, orang tersebut justru sering berbicara dan tertawa dengan suara keras, hingga mengganggu kenyamanan orang lain di kamar.
Contoh lainnya yaitu, ada seseorang yang dia rajin banget menasehati temannya baik itu lewat dalil maupun yang lainnya untuk tidak berpacaran, tapi nyatanya dia sendiri ingin punya pacar.
Seolah-olah mereka lupa bahwa ajaran moral tidak hanya disampaikan lewat kata-kata, tetapi juga harus ada penguatan melalui perbuatan. Seperti yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW, “Susungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” Ini menunjukkan bahwa akhlak itu tidak cukup hanya diketahui dan diajarkan, tetapi harus dicerminkan dalam tindakan nyata.
Dari sini patut kita renungkan, bagaimana seharusnya sikap kita? Jangan sampai kita hanya menjadi pengajar kebaikan tapi lupa menjadi pelaku kebaikan itu sendiri, karena sejatinya teladan jauh lebih didengar dan diingat daripada hanya sekadar kata atau ucapan.
Kenapa Keteladanan Lebih Berdampak
Sebagai manusia terkadang kita lebih terkesan pada suatu contoh nyata daripada hanya sekadar kata atau ucapan. Seorang anak lebih mudah meniru perilaku orang tuanya daripada memahami teori panjang lebar yang diajarkan di kelas. Begitu juga masyarakat, mereka akan lebih menghargai sosok yang bisa dijadikan panutan daripada yang hanya menyampaikan kata tanpa tindakan.
Rasulullah Sebagai Teladan Terbaik
Dalam Islam, Rasulullah adalah teladan sempurna dalam berakhlak. Bahkan dalam Al-Qur’an disebutkan:
“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Q.S.Al-Qalam:4).
Nabi tidak hanya menyampaikan pesan moral, tetapi juga mempraktikannya secara langsung dan konsisten. Inilah yang membuat ajarannya menyentuh hati, bukan hanya sekadar di dengar oleh telinga.
Menjadi Teladan, Bukan Sekadar Pengajar
Melihat kenyataan yang terjadi di sekitar kita, menjadi contoh nyata bahwa keteladanan itu mempunyai kekuatan yang lebih besar daripada hanya sekadar penyampaian teori ataupun nasihat. Kata-kata atau nasihat memang penting, tapi sikap dan tindakan nyata jauh lebih penting, karena sesuatu yang dikerjakan dengan tindakan yang konsisten sesuai penyampaian akan berkesan dan membekas di hati orang lain.
Sudah saatnya kita tidak hanya sibuk menyampaikan kebaikan, tapi kita juga harus bisa menjadi bagian dari kebaikan itu sendiri. Kita mungkin tidak bisa langsung sempurna, tapi kita bisa memulai dari hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari, seperti berkata baik dengan suara yang lebih pelan agar tidak mengganggu kenyamanan orang lain, menjaga sikap, dan berusaha konsisten terhadap apa yang kita ucapkan dengan apa yang kita perbuat. Karena pada akhirnya, akhlak yang baik tidak hanya dinilai dari seberapa banyak kita tahu, tetapi tentang seberapa besar kita mampu menjalankan dan menjadi teladan.
Semoga kita bisa menjadi pribadi yang tidak hanya pandai mengajar, namun juga bisa meneladani nilai-nilai kebaikan yang kita sampaikan.
“Dunia tidak hanya butuh banyak ceramah, tapi butuh lebih banyak contoh nyata.”
“Akhlak yang baik bukan dinilai dari lisan kita, tapi dari tindakan saat tak ada yang melihat.”
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI