Mohon tunggu...
Fatimah NurRohiim
Fatimah NurRohiim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Sedang menempuh pendidikan tinggi pada prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Sebelas Maret.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pendekatan Mimetik dalam Analisis Puisi "Sendiri" Karya Chairil Anwar

10 Juni 2023   23:48 Diperbarui: 11 Juni 2023   00:15 6078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dian Yuliastuti pada Galeri Salihara

Karya sastra adalah bentuk ekspresi artistik yang mengandung keindahan dan didasarkan pada ekspresi pribadi individu, baik dalam bentuk perasaan, pikiran, pengalaman hidup, dan imajinasi.  Karya ini dapat diserahkan secara lisan atau tertulis dengan tujuan disukai oleh publik karena memiliki nilai estetika dan tujuan estetika.

Salah satu bentuk karya sastra yang diinginkan oleh publik pada umumnya adalah puisi.  Puisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah jenis sastra yang menggunakan bahasa yang terikat oleh ritme, mantra, rima, serta pengaturan baris dan stanza.  Puisi juga dapat mengekspresikan ekspresi yang berasal dari jiwa seseorang, karena ia menggambarkan pikiran-pikiran dalam penyair yang diungkapkan melalui bahasa dengan memperhatikan keindahan kata-kata. (Resta, 2022:68).

Salah satu penulis yang karya-karyanya masih populer saat ini adalah Chairil Anwar.  Pria muda yang lahir pada tanggal 26 Juli 1922 di Medan, diberi nama “Si Binatang Jalang” yang diambil dari puisi yang sangat populernya berjudul “Aku”.  Kemunculan Chairil Anwar di dunia sastra pada generasi ke-45 membawa gelombang warna baru ke dalam puisi Indonesia.  Tidak seperti puisi sebelumnya yang cenderung membosankan, puisi Chairil hidup, penuh antusiasme dengan ekspresi segar, baru dan berani mereka.  Gaya bahasa yang dia ciptakan penuh emosi, ekspresif, langsung, tetapi masih indah.

Karya-karya besar yang telah dibuat oleh Chairil Anwar patut dihargai.  Pada kesempatan ini, penulis akan menghargai puisi Chairil Anwar berjudul Sendiri menggunakan pendekatan mimetik.  Pendekatan mimetik adalah pendekatan untuk studi sastra yang berfokus pada studi hubungan antara karya sastra dan realitas di luar karya-karya sastra.  Abrams (1981) menambahkan pendekatan yang melihat karya sastra sebagai imitasi dan realitas.

SENDIRI


Hidupnya tambah sepi, tambah hampa 

Malam apa lagi 

Ia memekik ngeri 

Dicekik kesunyian kamarnya 

 

Ia membenci. Dirinya dari segala

Yang minta perempuan untuk kawannya 

 

Bahaya dari tiap sudut. Mendekat juga 

Dalam ketakutan menanti ia menyebut satu nama 

 

Terkejut ia terduduk. Siapa memanggil itu ?

Ah! Lemah lesu ia tersedu: Ibu! Ibu!

Puisi Sendiri dipopulerkan pada Februari 1943. Pemilihan kata yang dipakai sangat mengandung arti yang mendalam. Puisi ini menyoroti tentang rasa kegelisahan dalam hidupnya yang sepi.

Hidupnya tambah sepi, tambah hampa 

Malam apa lagi 

Ia memekik ngeri 

Dicekik kesunyian kamarnya

Puisi pada bait pertama mengungkapkan ketika sudah beranjak dewasa, perjalanan hidup akan mengalami seleksi alam. Berjuang sendiri dalam kedewasaan memberikan rasa sepi yang mendalam. Apalagi ketika malam hari, rasa kesepian yang selalu menyelimuti diri berpadu dengan rasa kosong dalam hati mulai mempengaruhi pikiran sehingga ia merasa tertekan di dalam kamarnya.

Ia membenci. Dirinya dari segala

Yang minta perempuan untuk kawannya 

Bait kedua mengungkapkan bahwa “Ia” membenci dirinya sendiri tentang peristiwa yang telah dilalui. Dia masih terus berjuang walaupun belum bisa mewujudkan keinginan dari “perempuan” yang dimaksudkan sebagai kekasih untuk menjadi “kawannya” yang dimaksudkan sebagai teman hidup.

Bahaya dari tiap sudut. Mendekat juga 

Dalam ketakutan menanti ia menyebut satu nama 

Bait ketiga pada kata “bahaya” mengungkapkan sebagai permasalahan atau peristiwa buruk akan datang terus menerus dari berbagai aspek tanpa antisipasi. Terselimuti rasa tidak percaya diri untuk menghadapi permasalahan mengakibatkan rasa takut untuk menghadapi kehidupan. Maka saat itulah hanya dapat menyebutkan satu nama.

Terkejut ia terduduk. Siapa memanggil itu ?

Ah! Lemah lesu ia tersedu: Ibu! Ibu!

Bait keempat pada kata “terkejut” mengungkapkan permasalahan yang datang bertubi-tubi membuatnya tersentak, tidak sanggup untuk menghadapi. Yang bisa dilakukan hanyalah duduk dan meratapi. Kemudian dia seolah-olah mendengar suara yang mirip dengan ibunya memanggil. Ternyata hal itu hanya hayalan semata. Banyaknya permasalahan yang dihadapi mengingatkan pada sosok ibu yang selalu mendukung dan menemani. Dia sangat berharap ibunya datang menguatkan setiap langkahnya. Begitu besar kerinduannya pada ibu, dia hanya bisa menangis dengan menyerukan “Ibu! Ibu!

Dari analisis puisi "Sendiri" karya Chairil Anwar diatas dapat diketahui bahwa puisi tersebut memiliki diksi yang indah, lugas, dan bermakna. Makna yang terkandung dalam puisi tersebut bersifat luas dan dapat berbeda pendapat dengan peneliti lainnya. Pesan tersirat yang dapat diambil adalah proses pendewasaan seseorang akan melewati fase yang berbeda dan setiap masalah pasti akan menemui solusinya. Maka untuk menggapai kesuksesan perlu meningkatkan usaha dan kerja keras dan jangan lupa bahwa doa orang tua terutama ibu akan selalu menyertai anak-anaknya.

Daftar Pustaka

Maulana, S. F. (2023). Apresiasi dan Proses Kreatif Menulis Puisi. Nuansa Cendekia.

Noor, A. Z. (2018). Apresiasi Puisi dalam Gerakan Literasi. Fon: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 13(2).

Putri, E. M., & Gulo, E. S. (2023). Pendekatan Mimetik dalam Puisi “Senja Di Pelabuhan Kecil” Karya Chairil Anwar. Cakrawala: Jurnal Pengabdian Masyarakat Global, 2(1), 21-26.

Resta, A. N. (2022). Analisis Semiotika Puisi "Sendiri" Karya Chairil Anwar. Parole: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 5(1), 67-76.

Saptawuryandari, N. (2017). Analisis Semiotik Puisi Chairil Anwar. Kandai, 9(1), 95-104.

Yanti, Z. P., & Gusriani, M. P. A. (2022). Apresiasi Puisi (Teori dan Aplikasi).  CV Literasi Nusantara Abadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun