Mohon tunggu...
Fatimah Azzahra
Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi UNJ 2019

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Re-adaptation Pembelajaran di Sekolah Pasca Pandemi

30 Oktober 2022   12:45 Diperbarui: 30 Oktober 2022   12:54 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Fatimah Azzahra

Pendidikan Sosiologi, FIS, UNJ

Fatimah122900@gmail.com

PENDAHULUAN

Seperti yang kita ketahui, dua tahun telah dilalui dengan masa pandemic Covid-19, salah satu masa-masa kelam dalam sejarah hidup manusia. Pandemi telah memberi dampak pada hampir seluruh sector kehidupan manusia. Dalam dunia pendidikan, Kemendikbud langsung menanggapi mengenai pandemic Covid-19 dengan mengeluarkan kebijakan melalui surat edaran no. 04 tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran coronavirus disease (Covid-19). Fokus dari pembelajaran jarak jauh atau daring ini ialah peningkatan pemahaman peserta didik mengenai pandemic Covid-19 (Kemendikbud.go.id).

Perubahan mengenai metode pengajaran dari yang semula tatap muka menjadi pembelajaran daring tentunya memiliki dampak tersendiri untuk masyarakar. Dampak positifnya ialah terjadinya percepatan modernisasi, masyarakat saat masa pandemic dituntut untuk bisa menggunakan teknologi salah satunya smartphone. Namun selain dampak positif tersebut ada dampak-dampak negative lainnya yang terjadi beberapa diantaranya ialah (Zuraini,dkk, 2022: 16-21)

  • Terjadi perubahan atau melemahnya nilai dan norma dalam masyarakat, solidaritas masyarakat yang semula menguat dan erat mengalami perubahan ketika masa pandemic Covid-19. Ketika masa pandemic, orang-orang akan cenderung lebih bersikap individualistis yaitu mementingkan dirinya sendiri dan kurang memperhatikan lingkungan sosial sekitarnya. Masyarakat justru menjadi saling curiga dan saling membatasi diri.
  • Terjadi cultural lag atau kesenjangan budaya, merupakan ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan akibat terjadinya perubahan serta pergeseran budaya. Perubahan yang terjadi secara tiba-tiba selama masa pandemic Covid-19 yang tidak dibarengi dengan kesiapan sumber daya telah menyebabkan terjadinya cultural lag. Contohnya yaitu pelarangan mudik, penutupan rumah ibadah, dan penguburan jenazah pasien Covid-19.
  • Terjadi cultural shock atau guncangan budaya, merupakan kondisi ketika masyarakat mengalami guncangan atau kaget karena belum siap menerima perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi selama masa pandemic Covid-19 menjadikan masyarakat belum terbiasa dengan keadaan yang ada sehingga perlu adanay proses adaptasi.

Dampak-dampak tersebut tidak hanya berlaku untuk jangka pendek atau selama pandemic, namun juga masih berlanjut hingga masa new normal atau pasca pandemic. Kondisi pembelajaran di sekolah yang sebelumnya dilakukan dengan tatap muka lalu kemudian terpaksa beradaptasi dengan pembelajaran daring hingga harus beradaptasi kembali dengan pembelajaran tatap muka. Hal ini tentunya menyebabkan guncangan-guncangan dan perubahan nilai norma yang berlaku dalam masyarakat. Ketika masa pandemic Covid-19 siswa terbiasa dengan gadget, intensitas bermain smartphone nya bertambah sehingga ketika keadaan balik seperi semula yaitu pembelajaran tatap muka banyak siswa yang kecanduan. Siswa yang sudah terbiasa menggunakan gadget selama masa pandemic, menjadikan mereka lebih focus kepada smartphone dari pada mendengarkan penjelasan guru didalam kelas.

Untuk itu, artikel ini akan mencoba melihat lebih lanjut bagaimana proses adaptasi kembali pembelajaran di sekolah yang semula tatap muka lalu berubah menjadi daring dan berubah kembali menjadi tatap muka. Artikel ini juga akan melihat bagaimana dampak dari system pembelajaran daring yang terjadi selama masa pandemic Covid-19. Perubahan-perubahan yang terjadi cukup cepat ini menghasilkan guncangan-guncangan dan perubahan nilai norma dalam masyarakat.

HASIL TEMUAN

Media dan Problematika Pembelajaran Selama Masa Pandemi

Pembelajaran dan pendidikan adalah aspek yang tidak dapat diberhentikan karena menjadi wadah untuk membentuk karakter anak bangsa. Seorang guru atau pendidik harus mampu cepat beradaptasi dengan kondisi yang selalu berubah-ubah, seorang guru harus menguasai media pembelajaran termasuk media pembelajaran selama masa pandemic. Menurut Dabbagh dan Ritland (dalam Lalu Gede, 2020: 82-93) media pembelajaran online ialah system belajar yang terbuka serta tersebar menggunakan perangkat pedagogi yang bisa diakses dengan internet dan teknologi berbasis jaringan. Media pembelajaran online memiliki beberapa keuntungan yaitu pembelajaran bersifat mandiri, meningkatkan tingkat ingatan, memberikan kemudahan dalam penyempaian informasi, mengunduh serta mengupdate materi pembelajaran.

Media pembelajaran online yang paling banyak digunakan ialah whatsapp group, lalu diikuti dengan aplikasi video conference seperti google meet dan zoom meeting. Namum ada kendala-kendala yang dialami selama pelaksanaan pembelajaran online yaitu tidak semua siswa memiliki smartphone, keterbatasan kuota dan jaringan yang kurang mendukung. Selain itu, selama pembelajaran online dari rumah membutuhkan pengawasan langsung dari orang tua. Tetapi di sisi lain, masih banyak orang tua yang tidak bisa menemani dan mengawasi anaknya belajar yang dikarenakan kesibukannya untuk mencari uang, tidak mengerti teknologi serta tidak memiliki waktu karena lelah bekerja. Sehingga pembelajaran online selama masa pandemic juga berjalan kurang efektif.

Penelitian yang dilakukan oleh Hadi Warsito, dkk (2022) dengan judul 'pembelajaran online pasca pandemic covid-19: identifikasi masalah pembelajaran daring' yang mengambil sampel sebanyak 481 mahasiswa dan 73 dosen FIP-Unesa. Penilaian permasalahan pembelajaran online mahasiswa dan dosen yang diukur dari aspek pedagogic, standar teknis ketersediaan perangkat dan komitmen managemen. Mendapatkan hasil bahwa terdapat permasalahan yang tergolong sedang pada aspek pedagogic, standar ketersediaan perangkat dan komitment pada mahasiwa sedangkan pada dosen hanya memiliki permasalahan pada aspek pedagogic. Hal ini menunjukan perbedaan dengan hasil penelitian yang dilakukan pada siswa. Persepsi siswa tentang pembelajaran online selama lockdown mendapatkan hasil yang cukup unik yaitu siswa merasa kesepian dan tidak mampu berbagi perasaan dengan teman sebayanya, pembelajaran online dirasa kurang efektif, kurang sistematis dan kurang terorganisir dibandingkan dengan pembelajaran konvensional (Jena, 2020 dalam Hadi Warsito, 2022: 75-84).

Pembelajaran Tatap Muka Pasca Pandemi 

Setelah kurang lebih dua tahun system pembelajaran di Indonesia berjalan secara daring, akhirnya pada tahun 2022 sudah bisa hampir berjalan normal seperti masa ketika sebelum pandemic. Proses perubahan dari pembelajaran daring menuju pembelajaran tatap muka memakan waktu yang cukup panjang. Pemerintah baru mengeluarkan surat keputusan mengenai percobaan pembelajaran tatap muka kembali ketika akhir tahun 2020. Surat Keputusan Bersama (SKB) dibuat oleh empat menteri yaitu kementerian pendidikan dan kebudayaan, kementerian agama, kementerian Kesehatan dan kementerian dalam negeri. Pembelajaran tatap muka masih terbatas hanya boleh diselenggarakan oleh wilayah yang masuk zona hijau dan kuning. Sekolah juga perlu mematuhi daftar periksa yang menjadi syarat pembelajaran tatap muka, syarat tersebut ialah tersedia sarana sanitasi dan kebersihan seperti toilet bersih dan layak, sarana cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, hand sanitizer, disinfektan, memiliki alat pengukur suhu badan, menerapkan wajib masker dan ada fasilitas pelayanan kesehatan (covid19.go.id).

Penelitian yang dilakukan oleh Iwan Ramadhan, dkk (2021) dengan judul penelitian 'perubahan proses pembelajaran tatap muka pasca pembelajaran daring pada masa pandemic covid-19 di MAN 2 Pontianak'. Penelitian ini berfokus pada bagaimana proses pembelajaran pasca pandemic serta dampak-dampak yang dihadapi pasca pembelajaran daring. Persiapan yang dilakukan oleh MAN 2 Pontianak sebelum melaksanakan pembelajaran tatap muka kembali ialah menyelenggarakan pertemuan dengan orang tua atau wali peserta didik. Langkah kedua yang disiapkan ialah sarana penerapan protocol Kesehatan seperti fasilitas mencuci tangan dengan sabun, hand sanitizer, alat ukur suhu dan pos perkelas sebagai tempat untuk melaksanakan penerapan protocol Kesehatan sebelum dan sesudah belajar. Sekolah juga memasang aturan wajib memakai masker untuk semua orang yang datang ke sekolah. Persiapan ketiga, memastikan pendidik dan tenaga kependidikan telah divaksinasi serta menyelenggarakan vaksinasi untuk pendidik dan tenaga kependidikan yang belum di vaksin.

Masih dari hasil penelitian yang sama, perubahan pembelajaran dari daring ke pembelajaran tatap muka pasca pandemic memberikan dampak positif dan negative baik pada guru maupun peserta didik. Bagi guru, pembelajaran daring yang berlangsung cukup lama membuat pengawasan terhadap siswa menjadi terbatas, guru mengalami kesulitan untuk mengontrol karakter siswa setelah terjadi pembelajaran daring. Kebiasaan-kebiasaan baru yang dilakukan siswa selama pembelajaran daring seperti tidak menyimak pembelajaran, lebih berfokus dengan smartphone dan bosan selama pembelajaran menjadi dampak negative yang dirasakan oleh guru ketika pembelajaran tatap muka kembali dilaksanakan. Sedangkan bagi siswa, dampak positif dari pembelajaran yang kembali diadakan secara tatap muka ialah materi yang diajarkan lebih mudah dipahami, tugas-tugas yang diberikan lebih sedikit tidak sebanyak saat pembelajaran daring dan siswa lebih dekat dengan teman-teman satu kelasnya. Pembelajaran daring yang sebelumnya berlangsung membuat peserta didik hanya belajar dari tugas-tugas yang diberikan oleh guru telah menjadikan peserta didik bermalas-malasan dan belum sepenuhnya siap ketika pembelajaran tatap muka.

Inovasi dan Adaptasi Pembelajaran Pasca Pandemi

Untuk mengembalikan kebiasaan lama seperti masa sebelum adanya covid-19 tentunya membutuhkan inovasi dan adaptasi kembali di masa pasca pandemic. Inovasi sendiri secara bahasa berasal dari bahasa latin yaitu innovation yang artinya perubahan. Inovasi memiliki makna yaitu perubahan ke arah yang lebih baik dan lebih terencana. Inovasi dalam bidang pendidikan adalah inovasi untuk menyelesaikan masalah-masalah pada dunia pendidikan. Inovasi memiliki beberapa tahapan yaitu sebagai berikut (Noviani dan Nurul, 2022) :

  • Invention (penemuan), adalah pembaruan yang menghasilkan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya.
  • Development (pengembangan), adalah tahapan lebih lanjut dari setelah adanya penemuan.
  • Diffusion (penyebaran), ketika inovasi sudah dikembangkan maka perlu disebarkan kepada lebih banyak orang.
  • Adaption (penyerapan), adalah tahapan yang paling akhir dan paling penting agar inovasi yang muncul bisa terealisasikan bukan hanya omong kosong semata,

Pembelajaran yang berkualitas bergantung pada motivasi siswa dan juga inovasi dari pendidik. Pada masa pasca pandemic inovasi pendidikan juga memiliki beberapa tantangan yaitu pada aspek dukungan kebijakan dari sekolah dan sikap progresif serta adaptif dari guru. Dukungan kebijakan dari sekolah yang dimaksud ialah ketika ada edaran belajar online dari rumah, sekolah belum memfasilitasi dengan memberikan pelatihan pada pendidik dan tenaga kependidikan. Sehingga masih banyak pendidik dan tenaga kependidikan yang mengalami cultural lag. Tantangan lain dari inovasi pendidikan pasca pandemic ialah sikap guru yang masih konservatif, motivasi guru untuk meningkatkan kemampuannya masih rendah. Kebanyakan guru enggan melakukan perubahan karena merasa terlalu sulit dan butuh waktu lama sehingga hanya mempertahankan cara atau metode lama ketika mengajar. Guru semestinya menggeser paradigma dari sikap konservatif tradisional ke sikap progresif adaptif. Guru yang semula hanya menggurui satu arah menjadi guru sebagai pendengar yang empatik dan memberikan motivasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Novita Sari dan Witarsa dengan judul penelitian 'alternatif solusi model pembelajaran untuk mengatasi resiko penurunan capaian belajar dalam pembelajaran tatap muka terbatas di masa pandemic covid 19'. Terdapat tiga penyebab utama dari menurunnya capaian belajar selama pembelajaran tatap muka terbatas pasca pandemic yaitu kesiapan sarana prasarana (machine), kurikulum atau materi (material) dan kesiapan pendidik, kesiapan siswa dan orang tua (man). Untuk bisa mengadakan pembelajaran tatap muka kembali sekolah perlu menyiapkan sarana prasarana penunjang. Selain iu penurunan capaian pembelajaran juga disebabkan karena materi pembelajaran tidak tersampaikan dengan baik kepada siswa. Lalu dari sisi persiapan guru juga sangatlah penting karena jika guru kesulitan mengelola pembelajaran secara offline maka dapat menyebabkan ketidaktercapaian pembelajaran offline. Dari segi kesiapan siswa yang belum bisa beradaptasi dengan kebiasaan baru sekolah offline dapat juga menjadi penyebab ketidaktercapaian pembelajaran. Sistem pembelajaran tatap muka yang dilakukan pasca pandemic dimana waktu pembelajaran lebih terbatas tidak seperti sebelum pandemic menjadikan guru tidak mungkin memenuhi beban mengajar. Apabila siswa tidak proaktif saat aktivitas pembelajaran maka siswa akan tertinggal.

KESIMPULAN

Perubahan system pembelajaran dari tatap muka menjadi daring yang terjadi secara tiba-tiba karena masa pandemic covid-19 menyebabkan ketidaksiapan dari segi sarana prasarana maupun tenaga pendidiknya. Sehingga timbul beberapa dampak, baik positif maupun  negative seperti misalnya terjadi perubahan atau melemahnya nilai dan norma di masyarakat, terjadi cultural lag atau kesenjangan budaya dan terjadi cultural shock atau guncangan budaya. Banyak permasalahan-permasalahan yang timbul selama pembelajaran online yaitu tidak semua siswa memiliki smartphone, keterbatasan kuota dan jaringan yang kurang mendukung. Selain itu, selama pembelajaran online dari rumah membutuhkan pengawasan langsung dari orang tua sedangkan tidak semua orang tua mampu untuk membantu anaknya belajar.

Kemudian ketika keadaan mulai membaik setelah kurang lebih dua tahun, pembelajaran tatap muka perlahan mulai coba diselenggarakan lagi. Pemerintah melalui SKB (Surat Keputusan Bersama) yang dibuat oleh empat Menteri, memutuskan untuk memperbolehkan mengadakan pembelajaran tatap muka kembali tetapi dengan beberapa syarat. Pembelajaran tatap muka hanya boleh diselenggarakan oleh wilayah yang masuk zona hijau dan kuning. Sekolah juga perlu mematuhi daftar periksa yang menjadi syarat pembelajaran tatap muka, syarat tersebut ialah tersedia sarana sanitasi dan kebersihan seperti toilet bersih dan layak, sarana cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, hand sanitizer, disinfektan, memiliki alat pengukur suhu badan, menerapkan wajib masker dan ada fasilitas pelayanan Kesehatan.

Lalu agar pembelajaran tatap muka dapat berjalan normal kembali, diperlukan inovasi-inovasi untuk mengatasi permasalahan yang ada. Inovasi memiliki beberapa tahapan yaitu Invention (penemuan), Development (pengembangan), Diffusion (penyebaran) dan Adaption (penyerapan atau penyesuaian). Dalam pelaksanaanya tiap aspek seperi kesiapan sarana prasarana (machine), kurikulum atau materi (material) dan kesiapan pendidik, kesiapan siswa dan orang tua (man) perlu berjalan secara efektif serta efisien agar re-adaptation atau adapatasi kembali bisa dilakukan secara maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

  • Atsani, K. L. G. M. Z. 2020. Transformasi media pembelajaran pada masa Pandemi COVID-19. Al-Hikmah: Jurnal Studi Islam, 1(1), 82-93.
  • Hidayat, N. A. S. N., & Nisa, N. 2022. Tantangan Inovasi Pendidikan di Masa Pasca Pandemi. Jurnal Basicedu, 6(5), 9079-9086.
  • Mendikbud: Pembukaan Sekolah Tatap Muka Harus Keputusan Bersama | Covid19.go.id
  • Mulyawan, Budi. 2016. Pengantar Sosiologi. Yogyakarta: Penerbit K-Media.
  • Ramadhan, I., Nugraha, T. J., Firmansyah, E., Alkahfy, R., & Rian, R. 2021. Perubahan Proses Pembelajaran Tatap Muka Pasca Pembelajaran Daring Pada Masa Pandemi Covid-19 Di MAN 2 Pontianak. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 7(8), 86-93.
  • Tanuwijaya, N. S., & Tambunan, W. 2021. Alternatif solusi model pembelajaran untuk mengatasi resiko penurunan capaian belajar dalam pembelajaran tatap muka terbatas di masa pandemic covid 19. Jurnal Manajemen Pendidikan, 10(2), 80-90.
  • Warsito, H., Winingsih, E., Setiawati, D., & Naqiyah, N. 2022. Pembelajaran Online Pasca Pandemi Covid 19: Identifikasi Masalah Pembelajaran Daring. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 5(1), 75-84.
  • Zuraini, Kurnial Ilahi, and Khatimah Khatimah. 2022.  "GUNCANGAN BUDAYA Perilaku Keagamaan Masyarakat pada Masa Pandemi Covid-19 di Kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tuah Madani Kota Pekanbaru." Nusantara; Journal for Southeast Asian Islamic Studies 18.1: 15-21.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun