Mohon tunggu...
Fathir Ariseno
Fathir Ariseno Mohon Tunggu... Mahasiswa Politeknik

Panjang ulah Diteukteuk. Pondok ulah Ditambah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Belajar Biologi Sel untuk Memahami Kehidupan, Penyakit, dan Teknologi Diagnostik Medis

17 September 2025   07:30 Diperbarui: 16 September 2025   18:17 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lustrasi cabang ilmu biologi (Sumber: Kompas.com/Freepik)

"Setiap organel yang saya hafalkan ternyata berhubungan langsung dengan kondisi manusia yang kelak akan saya bantu periksa."  FA

Tahun pertama kuliah sebagai mahasiswa baru masih terasa jelas dalam ingatan saya. Ruang kelas dipenuhi wajah-wajah antusias, ada yang gugup, ada yang penasaran, dan ada pula yang sudah menyiapkan pulpen untuk mencatat setiap kata dosen.

Salah satu mata kuliah yang diajarkan semester pertama tahun kemarin yaitu Biologi Sel. Mata kuliah itu terdengar tak asing lantaran ketika SMA saya mengambil jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Istilah-istilah seperti sel, organel, membran, mitokondria boleh dibilang saya mengenalnya. Namun demikian harus diakui ketika itu hanya sebatas teori dan belum terpikirkan untuk apa belajar mata pelajaran biologi yang didalamnya mempelajari tentang sel mahluk hidup.

Saya baru menyadari setelah kuliah bahwasanya ternyata kalau kita ingin memahami suatu penyakit, pahami dulu sel. Karena semua penyakit berawal dari sel sebagai unit kehidupan terkecil.

Kalimat itu menancap kuat. Dari situlah perjalanan enam bulan pertama saya dimulai. Perjalanan menekuni dunia mikroskopis yang ternyata begitu nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Sel Adalah Kehidupan Terkecil Sekaligus Unit Dasar Kehidupan, Benahkah?

Mempelajari ilmu biologi sel boleh dibilang seperti kita membuka pintu rumah mungil yang ternyata penuh rahasia.

Lantas, apakah yang dimaksud sel itu? Benarkah sel bagian terkecil tubuh manusia, bagaimana dengan struktur yang lebih kecil dari sel seperti organel, molekul, dan atom?

Sel adalah unit terkecil kehidupan, tetapi di dalamnya tersimpan mesin-mesin rumit yang bekerja tanpa henti. Melalui teori dan praktikum, kami belajar bahwa tubuh manusia, yang terlihat sederhana dari luar, sebenarnya tersusun atas miliaran sel dengan peran masing-masing.

Meski demikian, di dalam sel masih terdapat struktur yang lebih kecil seperti organel yang terdiri dari mitokondria, nukleus, ribosom, ada molekul yang terdiri dari protein, lipid, karbohidrat, bahkan masih ada atom. Tapi organel, molekul, dan atom tidak bisa hidup mandiri layaknya sel. Sehingga hanya sel yang dianggap sebagai unit kehidupan terkecil dari manusia sekaligus unit dasar kehidupan.

Nah, momen yang paling membekas saat kuliah praktikum adalah ketika pertama kali melihat preparat jaringan dengan mikroskop. Awalnya hanya titik-titik samar berwarna ungu dan merah muda.

Namun, setelah diperiksa lebih teliti, terlihat inti sel bulat, sitoplasma, bahkan kadang garis tipis yang memisahkan sel satu dengan lainnya.

Rasanya seperti menemukan "peta kota" baru, di mana setiap sel adalah rumah yang hidup. Dari sana saya mulai memahami, mempelajari sel berarti mempelajari kehidupan itu sendiri.

Salanjutnya, setiap kali dosen menjelaskan organel sel, saya membayangkan sebuah pabrik besar.

Nukleus adalah kantor pusat dengan arsip penting (DNA). Mitokondria adalah pembangkit listrik yang tak pernah berhenti bekerja.

Badan Golgi seperti bagian pengemasan, memastikan produk sampai ke tujuan.

Retikulum endoplasma adalah jalur distribusi. Lisosom ibarat unit kebersihan yang bertugas membuang sampah.

Semula, menghafal nama dan fungsi organel terasa membosankan. Tetapi begitu tahu bahwa kerusakan mitokondria bisa menyebabkan penyakit metabolik, atau cacat pada lisosom yang berhubungan dengan gangguan genetik, materi ini jadi lebih hidup.

Ternyata, setiap kerusakan kecil di tingkat sel bisa menjadi masalah besar di dalam tubuh manusia.

Ketika Sel Terganggu, Apa yang Terjadi pada Kesehatan Manusia?

Semester pertama juga memperkenalkan kami pada bagaimana sel sakit. Misalnya, dosen menjelaskan perbedaan apoptosis dan nekrosis . Apoptosis adalah kematian sel terprogram, proses cepat yang tidak merusak jaringan sekitar. Sebaliknya, nekrosis adalah kematian kacau akibat cedera besar, sering menyebabkan peradangan.

Praktikum hematologi juga memberi pengalaman berharga. Melihat sel darah merah yang normal berbentuk bulat pipih, lalu membandingkannya dengan eritrosit sabit pada anemia, membuat saya sadar betapa perubahan kecil dalam bentuk sel dapat membawa akibat besar bagi kesehatan manusia. Sel yang rusak bukan hanya masalah di bawah mikroskop, tapi bisa berarti kesehatan seseorang terganggu yang ditunjukan dengan tanda-tanda umum seperti merasa lemah, pusing, bahkan bisa terancam jiwanya jika tidak segera ditangani.

Oh, ya, pada semester awal, kami juga dikenalkan dengan alat atau instrumen teknologi diagnostik modern. Nama-nama seperti PCR, flow cytometry, atau imunohistokimia mungkin terdengar rumit. Namun setelah memahami Biologi Sel, teknologi itu jadi masuk akal.

PCR, misalnya, bukan sekedar "mesin pengganda DNA". Melainkan membawa cetak biru kehidupannya dalam DNA yang bekerja berdasarkan prinsip dasar kehidupan.

Flow cytometry, yang dapat menghitung dan mengklasifikasi sel, menjadi lebih mudah dipahami setelah mempelajari tentang membran protein dan interaksi antigen-antibodi.

Bahkan pewarnaan sederhana pada praktikum mikroskop menjadi lebih bermakna lantaran kami mengetahui bagian mana dari sel yang sedang kami sorot.

Tanpa Biologi Sel, teknologi itu hanya terlihat seperti mesin canggih. Dengan Biologi Sel, kami mengetahui apa yang sebenarnya sedang diukur, diamati, dan mengerti apa sesungguhnya yang sedang terjadi dalam tubuh manusia.

Mengapa Biologi Sel Penting untuk Profesi Ahli Teknis Laboratorium Medik?

Bagi mahasiswa ATLM, Ilmu Biologi Sel bukan sekadar mata kuliah dasar yang harus dilalui, tetapi benar-benar fondasi profesi, berikut beberapa alasannya antara lain:

Pertama, memahami kehidupan dari sudut pandang sel membuat kami mampu membaca bagaimana tubuh manusia bekerja. Misalnya, ketika mempelajari metabolisme sel di mitokondria, kami bisa memahami mengapa pasien dengan gangguan energi mudah lemas, lantaran "pembangkit listrik sel" nya tidak bekerja optimal.

Kedua, untuk memahami penyakit. Hampir semua kelainan klinis diatur dari perubahan seluler. Dalam praktikum hematologi, kami melihat eritrosit sabit pada anemia sel sabit. Itu bukan hanya bentuk aneh di bawah mikroskop, tetapi bukti nyata bahwa infeksi menyebabkan kegagalan pengiriman oksigen dengan baik.

Contoh lain, pada pemeriksaan sitologi, inti sel yang membesar dan tidak beraturan dapat mengarah pada diagnosis kanker.

Ketiga, memahami teknologi diagnostik medis. Ahli Teknologi Laboratorium Medik sehari-hari dihadapkan dengan alat modern. Flow cytometry, misalnya, hanya bisa dimaknai bila kita paham interaksi antigen--antibodi di permukaan sel imun.

Begitu juga PCR, yang lebih dari sekedar mesin, tapi metode untuk memperbanyak potongan DNA sel patogen.

Tanpa Biologi Sel, kami hanya "menekan tombol alat". Dengan Biologi Sel, kami mampu menafsirkan hasil, menjelaskan makna klinis, dan benar-benar berkontribusi pada pelayanan kesehatan masyarakat.

Kesimpulannya, satu semester pertama belajar Biologi Sel adalah pengalaman yang membuka mata saya, bahwa setiap inti sel yang terlihat di bawah mikroskop menyimpan cerita besar tentang kehidupan dan penyakit.

Setiap organel yang saya hafalkan ternyata berhubungan langsung dengan kondisi manusia yang kelak akan saya bantu periksa.

Belajar Ilmu Biologi Sel bukan sekedar syarat akademis. Ia adalah fondasi yang akan terus saya bawa dalam perjalanan menjadi Ahli Teknologi Laboratorium Medis. Semakin kuat dasar ini, semakin siap saya menghadapi tantangan dunia nyata, memahami kehidupan, mengurai penyakit, dan menggunakan teknologi diagnostik medis untuk memberi manfaat bagi sesama.(FA)

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun