Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rentak Kudo, Tarian Penuh Kegembiraan

29 Oktober 2021   09:26 Diperbarui: 29 Oktober 2021   09:41 2523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto Yos Pengki Baladewa/dokpri

Sayup-sayup terdengar alunan suara dan musik penuh semangat dalam pesta pernikahan atau acara-acara hiburan, iya Rentak Kudo yang merupakan tarian dengan diiringi lagu berpantun.  Rentak Kudo ini berasal dari daerah Hamparan Rawang sebuah kecamatan di Kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi. Sejak tahun 1970 lalu kemudian booming, Rentak Kudo tampil pada perhelatan yang ada di Kota Sungai Penuh maupun Kabupaten Kerinci. Rentak Kudo juga dikenal dengan nama Rentak Awo

Menurut Arwati (Ruwai) yang mempopulerkan tarian Rentak Kudo, tarian ini adaptasi dari tari Asyek. Tarian Asyek merupakan tarian persembahan kepada nenek moyang.  Perbedaannya hanya pada tari Asyek diadakan persembahan (sesajen) untuk nenek moyang, namun tari Rentak kudo tidak ada persembahan dan juga tidak terikat dengan adat.

Kenapa dinamakan Rentak Kudo, karena gerakan tariannya seperti gerakan kuda yang menghentak-hentak. Semula, tarian ini dipersembahkan untuk kegembiraan usai panen padi dan mendapatkan hasil yang melimpah. Walaupun dimasa paceklik atau kemarau, tarian ini tetap dilakukan dengan diselipi doa agar kemarau segera berakhir dan diberi berkah hujan. Boleh dikatakan, tarian Rentak Kudo perwujudan rasa syukur masyarakat akan hasil pertanian. Namun seiring waktu, dalam pesta pernikahan maupun acara hiburan selalu ditampilkan tarian Rentak Kudo. Kalau tanpa Rentak Kudo, pesta mungkin terasa hambar, berkurang semangatnya.

Sumber foto Yos Pengki Baladewa/dokpri
Sumber foto Yos Pengki Baladewa/dokpri

Awalnya tarian Rentak Kudo diiringi dengan alat musik tradisional yakni gendang dan pemandu mengeluarkan suara emasnya dengan nyanyian yang berisi pantun-pantun. Tapi sekarang, nyanyian diiringi instrumen musik. Pemandu yang terdiri dari dua orang atau lebih akan bersahut-sahutan berbalas pantun.


Tigeo dili, empoak tanoh rawoa (Tiga di Hilir, Empat dengan Tanah Rawang)
Tigeo mudik, empoak tanoh rawoa (Tiga di Mudik, Empat dengan Tanah Rawang)
Salah satu lirik nyanyian atau pantun yang berkisah bahwa zaman dulu Hamparan Rawang menjadi pusat pemerintahan. 

Gerakan tarian Rentak Kudo merupakan kombinasi dari gerakan silat langkah tigo (langkah tiga), merayap, berseling dengan campuran tari. Setiap orang dalam pesta boleh mengikutinya. Kadang-kadang yang ikut menari sering mengalami kesurupan. Boleh dikatakan Rentak Kudo merupakan tarian masal. 

Tari Rentak Kudo ini pernah memecahkan rekor Muri pada tanggal 30 Maret 2019 lalu, dengan peserta terbanyak yakni diikuti ribuan peserta Jambore Kewirausahaan Tingkat SMK se-Provinsi Jambi. Tari Rentak Kudo juga pernah masuk dalam nominasi Anugerah Pesona Indonesia 2019 sebagai atraksi budaya terpopuler. 

Boleh dikatakan dari tari Rentak Kudo yang semula ritual sehabis panen berubah menjadi hiburan. Perubahan ini tidak menjadi masalah selama tujuannya untuk pelestarian budaya atau pelestarian kesenian tradisional. Walau kemasannya berbeda, kita harap kesenian tradisional ini tetap lestari. Generasi muda ikut serta melestarikannya dalam rentak penuh kegembiraan bersama tari Rentak Kudo.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun