Mohon tunggu...
Abdul Fattah
Abdul Fattah Mohon Tunggu... -

Dari keinginan belajar akhirnya ku putuskan sebuah pilihan. Yah, saya rasa pilihan yang terbaik adalah menjadi aku bersama kalian semua.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sang Guru “Paedophilia” Pencipta Bencana

27 April 2014   07:09 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:09 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TK Jakarta International School (JIS) mendadak mencuat ke permukaan dalam beberapa hari ke belakang. Ini dikarenakan kasus terjadi di sana. Orang menyebutnya sebagai kasus pelecehan seksual. Parahnya lagi, obyek kejahatannya adalah anak-anak TK yang usia mereka rata-rata 6 tahun. Sungguh ironis, ketika pertama kali mendengar kabar yang mengejutkan ini.

Seorang anak-anak yang seharusnya mendapatkan pengayoman dari orang dewasa, malah mendapatkan perlakuan tidak senonoh dari mereka yang tidak bertanggungjawab. Anehnya, sudah sekian lama kasus ini terjadi seakan tertutup dengan rapid an takkan terungkap seperti sekarang ini. Sudah ada sekitar 7 kasus serupa terjadi di sekolah yang sama. Ini menandakan kurang adanya pengawasan dari pihak sekolah terkait kegiatan belajar di lingkungan setempat. Sehingga, kecolongan pun tak terhindarkan terjadi. Baru ketika kasus tersebut terungkap semua bagai kebakaran jenggot.

Satu hal yang paling disayangkan banyak pihak adalah kenapa kasus yang sudah sekian lama terjadi baru terungkap sekarang. Seakan ada rekayasa di balik semua ini. Anak-anak yang biasanya terbuka kepada siapa saja, tiba-tiba tertutup seperti ada yang mengancam di balik semuanya. Padahal ada salah seorang siswa telah menjadi korban hingga 5 kali pelecehan. Selain itu, hal lain yang juga disayangkan adalah tingkat komunikasi antara anak dengan orang tua perlu dipertanyakan. Apa memang keduanya tidak pernah saling cuap-cuap masalah keseharian. Atau barangkali malah keduanya hanya bertemu kala sarapan pagi dan ketika menjelang tidur.

Adalah sesuatu yang wajar terjadi jika seorang anak korban pelecehan seksual itu mengalami gangguan psikis dan emosinya. Ini sangat berimplikasi terhadap keseharian anak tersebut. Hal lain yang sangat mungkin terjadi adalah sang anak berubah menjadi pendiam dan cenderung tak bisa bergaul dengan teman-teman karena alasan gangguan perilaku. Ini menjadi satu kekhawatiran serius yang perlu segera ditangani oleh pakarnya. Karena, jika tidak akan berdampak buruk bagi keberlangsungan hidupnya di masa mendatang.

Kasus ini menjadi sorotan banyak pihak yang menyayangkan tragedi ini. Ada yang menilai bahwa keterbukaan anak kepada orang tua tidak seimbang dengan komunikasi yang seharusnya terbangun secara baik. Paling tidak, ketika anak menunjukkan rasa ingin tahu terhadap suatu persoalan hendaknya disikapi secara bijak dengan jawaban yang sesuai umurnya. Jika tidak, tentunya ini mengakibatkan anak cenderung tertutup atas segala hal yang terjadi padanya. Sekalipun itu adalah masalah kekerasan yang menimpanya.

Sementara itu, pakar lain menganggap masalah ini sebagai bencana nasional. Bagaimana tidak, sekolah ini tidak memiliki izin operasional secara resmi. Selain itu, salah seorang pengajarnya adalah mantan predator seksual yang merupakan salah satu buronan FBI.

Adapun langkah kementrian pendidikan dan kebudayaan ketika menutup kegiatan operasional JIS menjadi patut diapresiasi setinggi-tingginya. Setidaknya, masalah yang telah mencoreng nama baik dunia pendidikan Indonesia ini dapat cepat terselesaikan. Semua dapat ditangani hukum secara adil tanpa intervensi dari pihak manapun. Pelaku-pelaku yang tertangkap juga harus diadili seberat-beratnya sebagai konsekuensi perbuatan bejatnya itu.


Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun