Mohon tunggu...
Fatah Baginda Gorby Siregar
Fatah Baginda Gorby Siregar Mohon Tunggu... -

-Anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia - Ketua Komisi Politik Konferensi Cabang XIX GMNI Kota Medan -Ketua Lembaga Studi Elang-Rajawali Indonesia - Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gajah Mada dan Borobudur yang di Mualafkan

22 Juni 2017   15:25 Diperbarui: 22 Juni 2017   20:34 940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Kita menghalalkan segalanya. Garuda Pancasila harus diubah menjadi Hud- Hud Nabi Sulaiman, Monas ingin dijadikan Burj Khalifa ala Dubai. 

 

Ah ayolah. Islam tidak sepicik itu. Bahkan Rasul yang kita cintai masih mau menelusuri peradaban Romawi dan Persia kala itu. Di satu hadistnya Rasul tak melarang suami bercampur dengan istri yang menyusui. Beliau awalnya khawatir namun tidak mengapa setelah melihat orang Romawi bercampur dengan istri mereka. 

 

Alangkah baiknya kita meninggalkan egoisme, fanatisme, yang menjadikan kita buta sama sekali buta sejarah. 


 

Kejadian ini hampir sama dengan stigmatisasi golongan kiri. Pada saat itu buku-buku kiri dibakar dan tak bisa dibaca. Sampai-sampai Frans Magnis Suseno mengatakan pembakaran itu adalah tindakan fisik untuk membungkam pikiran yang tidak mampu dilawan secara pikiran.  Kali ini juga seperti itu, kita memanipulasi sejarah, melawan produk sejarah yang sahih dengan angan-angan nostalgia kita yang entah kemana. Apakah ego mayoritas kita, atau di tengah konflik sosial yang hangat-hangatnya kita ingin memaksakan sejarah semau kita? Produk sejarah yang sahih kita bungkam sedemikian rupa? Apakah kita akan mengajarkan kebodohan,kepalsuan ke anak-anak kita? . Ya, benar lawanlah pikiran dengan pikiran. Namun pikiran yang bersih, jernih tanpa kepicikan sentimentil!

 

Ah, beribu maaf adinda. Aku terlalu semangat menulis. Baiklah, aku akan berhenti sejenak. Tetapi berikanlah senyumanmu yang indah itu oh putriku. Agar aku dapat menulis kembali. Amboi, indahnya senyuman itu. 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun