Mohon tunggu...
faruq amrulloh
faruq amrulloh Mohon Tunggu... Lainnya - Belajar dari sejarah

Berbagi peristiwa sejarah yang telah terjadi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sejarah Pembentukan Laskar Hizbullah

13 Januari 2021   10:30 Diperbarui: 13 Januari 2021   10:55 3920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jepang juga mencoba meraih simpati umat Islam melalui pondok pesantren dengan bantuan pimpinan Shumubu untuk merekrut santri di Jawa ikut pelatihan militer. Akan tetapi niatan pemerintah militer Jepang melalui KH.Wahid Hasyim sebagai pimpinan Shumubu menolak jika santri dimasukkan struktural PETA. Meski pada kenyataanya sudah banyak tokoh pesantren masuk dalam pimpinan PETA baik daidancho maupun shudancho. Keinginan Jepang merekrut santri juga karena telah ada pemberontakan PETA terhadap pemerintah Jepang. Pemerintah militer Jepang akhirnya melakukan perekrutan kalangan santri pondok pesantren yang dibedakan dari PETA maupun Heiho. Pelatihan kemiliteran khusus kalangan santri ini dilaksanakan di Cibarusa Bogor Jawa Barat dengan mendatangkan tentara Jepang (Suratmin, 2017: 34).

Satuan yang terbentuk dari peserta pelatihan ini akhirnya dinamakan sebagai Hizbullah. Kebanyakan peserta pelatihan angkatan pertama adalah santri pondok pesantren NU dan sebagian juga merupakan anggota ANO (Ansor Nahdlatul Oelama') yang merupakan organisasi kepemudaan milik NU. Hal ini memperkuat penelitian mengenai Hizbullah juga akan memerlukan kajian pada perkembangan NU sebagai organisasi penguat secara tidak langsung melalui fatwanya yang menggugah santri bergabung dalam Hizbullah. 

Hizbullah terbentuk setelah pemerintahan militer Jepang mengalami beberapa kesulitan setelah sebelumnya membentuk beberapa organisasi tidak sesuai harapan karena banyak organisasi yang dibentuk justru mengkoordinasi rakyat Indonesia mencapai kemerdekaan. Rakyat Indonesia memang dijanjikan kemerdekaan oleh pemerintah militer Jepang seperti dalam pernyataan sikap perdana menteri Jepang pada sidang parlemen tanggal 17 September 1944 yang berlangsung di Tokyo. Jepang  memanfaatkan janji tersebut untuk meraup simpati rakyat Indonesia dan membantunya memenangkan Perang Pasifik yang terjadi antara Sekutu melawan Jerman dan Jepang  yang memang berambisi meluaskan fasisme, namun yang terjadi di wilayah Asia dan Pasifik hanya perang antara Sekutu dan Jepang

Pada 3 oktober 1943 pemerintah milter Jepang mulai mengalami kesulitan dalam melawan Sekutu. Jepang membentuk organisasi kemiliteran dari rakyat Indonesia melalui propaganda PUTERA. Organisasi militer yang dibentuk Jepang yaitu heiho dan PETA (Pembela Tanah Air). Heiho yang awalnya akan dikirim membantu prajurit Jepang dalam Perang Pasifik yang medan perangnya tersebar di berbagai negara di sekitar Benua Asia dan Laut Pasifik.

Kemungkinan rakyat Indonesia yang direkrut dalam heiho dikirim ke negara lain tapi kemungkinan itu tidak terjadi. Keputusan tersebut terjadi karena Jepang yang berusaha merekrut rakyat Indonesia agar dapat dikirim ke seluruh medan perang dan diharapkan sebagai pasukan pembantu dalam perang. Kebijakan Jepang untuk mengirim pejuang Indonesia ke negara lain ditolak oleh tokoh--tokoh penggerak perjuangan Indonesia. Para tokoh Indonesia mengharapkan rakyat Indonesia hanya berjaga dalam negeri tanpa keluar dari wilayah Indonesia, karena rakyat dirasa lebih tinggi semangatnya membelah tanah airnya (Suratmin, 2017: 19)

Pada awalnya Jepang membentuk adalah PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat) pimpinan Ir.Soekarno. Pemilihan Sukarno didasari kepada kemampuannya mengumpulkan masa, tapi dalam proses pengumpulan rakyat yang besar tersebut Jepang merasa kurang diuntungkan karena kenyataannya hanya sedikit anggota yang dapat membantu Perang Pasifik. Pada kenyataannya rakyat yang dikirim tersebut hanya menjadi tenaga kasar atau romusha. Menurut Pemerintah militer Jepang lalu membentuk PETA dengan syarat rakyat dilatih oleh tentara Jepang secara langsung. Meski dalam permintaan tokoh Indonesia rakyat hanya bertahan menjaga wilayah tanah air Indonesia dari serangan Sekutu. Pelatihan yang dilaksanakan pemerintah milter Jepang adalah model pelatihan untuk prajurit infantri.


Kalangan santri pondok pesantren juga diminta mengirim peserta dalam pelatihan heiho maupun PETA. Permintaan Jepang disampaikan melalui KH.Wahid Hasyim selaku ketua Shumubu. Pemerintah militer Jepang sudah menjalin hubungan yang baik dengan umat Islam di Indonesia. Meski sejak kedatangan di Indonesia menemui konflik setelah Jepang menangkap tokoh muslim (Suratmin,2017:8). Menanggapi kejadian tersebut Jepang mengambil keputusan untuk bersikap baik kepada umat muslim Indonesia. Sikap baik Jepang dengan harapan mendapat dukungan dari umat Islam di Indonesia. Hal tersebut terbukti ketika masyarakat muslim menanggapi baik mengenai perekrutan prajurit bantuan dalam Perang Pasifik.

sikap umat Islam Indonesia berbeda dengan membentuk kemiliteran sendiri lepas dari pengaruh Jepang. K.H Wahid Hasyim sebagai perwakilan tokoh Islam meminta dibentuknya divisi tersendiri bagi santri yang membela tanah air. Kalangan santri yang dilatih sebagai pasukan pembela tanah air diberi nama sebagai Hizbullah (tentara Allah). Peserta pelatihan untuk menjadi Hizbullah didapatkan dari santri pesantren sekitaran Jawa dan Madura. Perekrutan peserta melibatkan Shumubu melalui shumuku sebagai media pengumuman. Perekrutan anggota melibatkan shumuku (Shumubu tingkatan daerah Kabupaten/Kota) karena yang mengintruksikan K.H. Wahid Hasyim sebagai pimpinan Shumubu.

Karena nama K.H. Wahid Hasyim sudah banyak dikenal oleh pengasuh pesatren sekitaran Jawa dan Madura maka tidak sulit bagi Shumubu mendapat perwakilan pondok pesatren untuk mengikuti pelatihan Hizbullah, terbukti dengan didapatlah 500 santri pada angkatan pertama. Pembentukan Hizbullah dimulai dengan mengumpulkan delegasi santri dari berbagai pesantren. Pelatihan dilakukan di Cibarusa Bogor tanggal 14 Oktober 1944 diresmikan oleh Jepang. Pelatihan diadakan di Cibarusa 28 Februari 1945 dipimpin oleh Opsir Jepang Kapten Yanagawa sebagai komandan pelatihan dibantu oleh Syudanco PETA. Selama pelatihan berlangsung prajurit ditempa dengan berbagai ilmu mulai pemakaian senjata, bela diri, hingga spiritualitas juga ditambah oleh para tokoh Islam  yang terlibat dalam pelatihan  (Sunyoto,2017: 3).

Pelatihan berlangsung selama 3 bulan ditutup dengan penguatan oleh KH. Hasyim Asyari pada 20 Mei 1945. Penutupan pelatihan tersebut juga sebagai media pengumuman susunan pengurus markas tertinggi Hizbullah dari lulusan angkatan pertama yang dibentuk oleh Masyumi, meski ketika itu Masyumi belum diresmikan namun pengurusnya sudah ada karena para pengurus Masyumi pusat tidak lain adalah tokoh MIAI yang sudah dilarang dan dibubarkan oleh pemerintah militer Jepang  yang berkedudukan di Indonesia. Pengurus Hizbullah yang dibentuk oleh tokoh umat Islam Indonesia atau dalam kata lain Masyumi seperti dikatakan dalam Hasyim Latief (1995: 18) adalah:

Markas tertinggi dipimpin oleh ketua bukan komandan, keputusan tersebut disetujui oleh seluruh anggota Masyumi dan anggota Hizbullah. Setelah itu mengenai pengurusan Hizbullah disetiap daerah diserahkan kepada markas tertinggi dibantu oleh Shumuka sebagai bagian dari Shumubu untuk merekrut anggota baru di setiap daerah untuk memperkuat Hizbullah. Pelatihan angkatan pertama juga diwakili oleh perwakilan santri dari Malang salah satunya adalah H. Saidu (Latief,1995:42). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun