Mohon tunggu...
Farly Mochamad
Farly Mochamad Mohon Tunggu... Sebagai lulusan baru teknologi informasi, saya adalah alumni Kebangsaan Lemhannas 2023 dan peserta Muhibah Budaya Jalur Rempah Indonesia-Malaysia bersama KRI Dewaruci 2024

.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perang Diponogoro (1825-1830): Api Perlawanan dari Tanah Jawa

11 Oktober 2025   18:12 Diperbarui: 11 Oktober 2025   18:12 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyerahan Pangeran Dipo Negoro kepada Jenderal De Kock. Foto: Lukisan Nicolaas Pieneman. 

Makna dan Warisan Perang Diponegoro

Meskipun Perang Diponegoro berakhir dengan kekalahan di pihak pribumi, perang besar yang berlangsung antara tahun 1825--1830 itu meninggalkan warisan yang amat mendalam bagi perjalanan sejarah Indonesia. Perang ini menelan korban yang sangat besar --- sekitar 200.000 orang Jawa gugur akibat pertempuran, kelaparan, dan wabah penyakit, sementara di pihak Belanda sekitar 8.000 tentara tewas. Kerugian besar ini menunjukkan betapa dahsyatnya skala konflik yang melanda tanah Jawa pada masa itu. Tidak hanya menjadi tragedi kemanusiaan, perang ini juga mengguncang fondasi kekuasaan kolonial Belanda di Hindia Timur.

Dari sisi ekonomi, Perang Diponegoro membawa dampak besar bagi Belanda. Biaya perang yang sangat tinggi membuat kas kerajaan Belanda nyaris bangkrut. Untuk menutupi kerugian itu, mereka kemudian memberlakukan sistem tanam paksa (cultuurstelsel) pada tahun 1830. Sistem ini mewajibkan rakyat menanam tanaman ekspor seperti kopi, tebu, dan nila demi kepentingan kolonial. Ironisnya, meski sistem tersebut lahir dari upaya Belanda memperbaiki keuangannya, justru penderitaan rakyat semakin bertambah. Dengan demikian, dampak Perang Diponegoro tidak hanya dirasakan di medan perang, tetapi juga membentuk arah kebijakan ekonomi kolonial yang menindas selama puluhan tahun berikutnya.

Namun, di balik semua penderitaan itu, lahirlah kesadaran nasional yang baru. Rakyat mulai memahami bahwa penjajahan tidak bisa dilawan oleh satu kerajaan atau daerah saja, melainkan harus dilakukan bersama-sama sebagai satu bangsa. Semangat persatuan dan keberanian yang diperlihatkan Pangeran Diponegoro menjadi inspirasi bagi perjuangan generasi selanjutnya, termasuk para pahlawan pergerakan nasional di abad ke-20.

Pangeran Diponegoro dikenang bukan hanya sebagai seorang bangsawan yang memberontak melawan kekuasaan asing, tetapi sebagai simbol perlawanan terhadap penindasan dan ketidakadilan. Ia berjuang bukan demi kekuasaan atau tahta, melainkan demi martabat rakyat dan kemerdekaan bangsanya. Dalam catatan sejarah dunia, nama Diponegoro berdiri sejajar dengan para tokoh besar yang memperjuangkan kebebasan, seperti Mahatma Gandhi dan Simon Bolvar. Semangatnya terus hidup dalam hati bangsa Indonesia sebagai pengingat bahwa kebebasan selalu menuntut keberanian dan pengorbanan.

"Hidup bukan untuk menyerah pada nasib,
tapi untuk menantang penindasan."
--- Semangat abadi Pangeran Diponegoro

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun