Otak manusia selalu menjadi objek penelitian yang menarik karena kemampuannya yang luar biasa dalam menyimpan, mengolah, dan mengingat informasi. Salah satu temuan yang menakjubkan adalah kapasitas penyimpanan otak yang diperkirakan bisa mencapai lebih dari 4 terabyte. Jika dibandingkan dengan komputer modern, angka ini tentu membuat kita semakin sadar betapa kompleks dan canggihnya sistem biologis yang dimiliki manusia.
Peneliti memperkirakan kapasitas otak dengan menghitung jumlah sinapsis, yaitu sambungan antar sel saraf. Diperkirakan terdapat sekitar 86 miliar neuron dalam otak manusia, dan setiap neuron bisa terhubung dengan ribuan sinapsis lain. Dengan perhitungan kasar, inilah yang membuat kapasitas otak dapat disejajarkan dengan teknologi penyimpanan komputer yang sangat besar. Tidak heran jika manusia mampu mengingat pengalaman masa kecil, mengenali wajah ratusan orang, hingga menyimpan keterampilan yang dipelajari sejak lama.
Kemampuan otak dalam menyimpan informasi tidak hanya bergantung pada kapasitas, tetapi juga pada cara informasi itu diproses. Saat seseorang belajar, otak membuat jalur sinapsis baru yang memperkuat memori. Proses ini dikenal sebagai plastisitas otak. Misalnya, ketika seseorang mengulang sebuah keterampilan seperti berbicara bahasa asing atau memainkan alat musik, jalur sinapsis yang terbentuk semakin kuat sehingga informasi tersebut tersimpan lebih lama. Dengan kata lain, bukan hanya "berapa besar ruang" yang tersedia, melainkan "bagaimana informasi itu dikelola" yang menentukan efektivitas memori.
Hal menarik lainnya adalah otak tidak menyimpan informasi seperti komputer. Jika komputer menyimpan data secara statis, otak bekerja dengan cara dinamis. Informasi disimpan dalam pola jaringan saraf yang saling terhubung. Itulah sebabnya kita sering kali mengaitkan satu memori dengan hal lain. Misalnya, sebuah lagu bisa mengingatkan pada masa sekolah, atau aroma tertentu bisa membangkitkan kenangan lama. Pola keterhubungan ini membuat otak manusia lebih fleksibel dibandingkan mesin.
Dalam konteks dunia modern, pemahaman tentang kapasitas otak ini juga relevan dengan kebutuhan pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia. Situs seperti Bandung Training sering membahas tema-tema pengembangan diri dan manajemen pengetahuan yang berhubungan erat dengan bagaimana otak menyerap informasi baru. Dengan mengetahui kapasitas dan cara kerja otak, perusahaan maupun individu dapat merancang strategi belajar yang lebih efektif, misalnya dengan metode interaktif, pengulangan terstruktur, dan pendekatan berbasis pengalaman.
Namun, meskipun kapasitas otak sangat besar, bukan berarti semua orang mampu mengingat segalanya. Faktor lain seperti kualitas tidur, pola makan, tingkat stres, dan kebiasaan hidup sangat memengaruhi kemampuan otak dalam menyimpan informasi. Kekurangan tidur, misalnya, bisa menghambat proses konsolidasi memori, yaitu tahap penting di mana informasi dari pengalaman sehari-hari dipindahkan ke penyimpanan jangka panjang. Begitu pula stres berlebihan dapat mengganggu kinerja hipokampus, bagian otak yang berperan penting dalam pembentukan memori.
Di sisi lain, kapasitas luar biasa otak manusia seharusnya menjadi motivasi untuk terus mengembangkan diri. Dengan merawat kesehatan mental dan fisik, serta melatih otak melalui belajar hal baru, kemampuan penyimpanan informasi bisa dioptimalkan. Membaca, menulis, berlatih keterampilan baru, hingga mengikuti kegiatan pelatihan merupakan cara nyata untuk menjaga otak tetap aktif dan produktif.
Pada akhirnya, fakta bahwa otak manusia bisa menyimpan lebih dari 4 terabyte informasi adalah bukti betapa menakjubkannya organ ini. Lebih dari sekadar penyimpan data, otak adalah pusat kreativitas, kecerdasan, dan identitas manusia. Menjaganya tetap sehat dan aktif bukan hanya membantu kita dalam bekerja atau belajar, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI