Mohon tunggu...
Faris Abdurrahim
Faris Abdurrahim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Writer

:)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Minang dalam "Survival Mode"

4 Maret 2021   12:01 Diperbarui: 4 Maret 2021   12:06 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Budaya merupakan salah satu citra unik Indonesia, dimana ia menghiasi tanah air kita dengan keberagamannya. Mulai dari Sabang hingga Marauke, bertebaran berbagai suku dan budaya. Keberagaman tersebut yang mendassari istelah “bhinneka tunggal ika”. Dan slogan tersebut telah mempersatukan bangsa kita bertahun-tahun bahkan berabad-abad lamanya.

Sebagaimana halnya budaya dan suku lain, khususnya budaya Minangkabau, memiliki sumberdaya budaya yang sangat kaya. Akan tetapi tongkat estafet yang diberikan dari pendahulu, nampaknya tak diterima dan diemban dengan baik oleh para penerima warisan budaya yang sekarang, dengan kata lain generasi sekarang seakan-akan menyia-nyiakan harta budaya tersebut. Kekhawatiran sama sekali tak hinggap dalam hati pemuda sekarang akan nasib budaya daerah mereka.

Di bumi Minang, kita masih dapat melihat pemandangan keluarga dan sanak sekitar yang menerapkan norma-norma budaya minang secara kental. Akan tetapi dari penuturan dari ketua lurah yang , kebetulan merupakan mamak (seseorang yang mengepalai suku) dari penulis, beliau menyampaikan bahwasanya kebanyakan dari para pemudanya merarntau ke luar daerah minangkabau. Merantau merupakan kebiasaan yang dilakukan seorang pemuda minang lakukan yang menandakan kedewasaannya atau meninggalkan kampung halaman guna menyambung hidup di negeri orang lain, dengan tujuan untuk menghindari kemiskinan. Karena pemuda yang hidupnya cenderung tak memiliki pekerjaaan, hanya dipandang sebelah mata dan tak mendapat tempat pada hirarki masyarakat. Akan tetapi, setelah mendapatkan keluarga dan kejidupan yang layak, banyak dari perantau tersebut yang memilih untuk tidak kembali dari perantauan dan hidup di sana. Sehingga citra murni moral minang yang dibawanya memudar karena hidup bahkan berkeluarga di daerah perantauan.

Hal ini menyebabkan sanak keturunan yang di perantauan tak mengenal betul bagaimana adat istiadat  budaya dar minang kabau yang sebenarnya. Tak bisa dipungkiri kejadian-kejadian seperti ini banyak terjadi yang turut menyumbang dalam pelunturan budanya minang. Namun tak semua perantau yang membuang begitu saja jati diri sebagai orang minang, sebagai contoh masih banyak perantau yang menggunakan adat minang dalam acara prosesi pernikahannya, dan juga masih banyak juga keluarga perantauan yang tetap menggunakan bahasa minang dalam keluarganya, dan masih banyak lagi usaha perantau dalam hal mempertahankan adat minang di perantauan.

Beliau juga menuturkan bagaimana norma sopan santun yang mencerminkan suku minang sebenarnya tak jauh beda yang diajarkan oleh agama kita. Karena salah satu slogan orang minang ialah adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah,  yang artinya adat istiadat yang dibuat dan diterapkan dalam kehidupan merujuk ke Al-quran dan Sunnah, mulai dari kehidupan berkeluarga, bertetangga, kehidupan berusaha dan juga kehidupan bermasayarakat. Sehingga kontaradiksi atau perselisihan antara adat suku dan agama dapat dihindar kan, Karena menerapkan dua kebenaran yang saling bersandar satu sama lain membuat manfaat yang kita dapatkan lebih baik. Hal ini juga dicerminkan oleh pendulu minang, dimana setiap anak laki laki yang sudah beranjak umur 8 tahun akan dilarang untuk tinggal dirumah. Hal tersebut dilakukan agar anaka-anak tersebut menetap dan belajar di surau.

Di surau anak- anak tersebut diajari agama dan mengaji , sehingga pondasi awal para pemuda minang telah dibentuk dengan baik oleh agama. Namun di kemudian hari kebiasaan ini sudah memudar bahkan hilang sama sekali. Walaupun begitu, niat dan semangat orang tua untuk mendidik ana berdasarkan agama tetap ada, namun dengan cara yang bebeda.

Globalisasi juga berperan dalam melunturkan smengat berbudaya dan bermoral masyarakat. Kecanggihan yang diperoleh dari globalisasi memudahkan seseorang untuk mengakses informasi dan pengetahuan dariluar, serta juga berdampak ke laju perkembangan masyarakat, dan masih banyak manfaat yang didatangkan oleh globalisasi ini. Namun dengan pengetahuan dan ilmu dari luar tersebut juga dapat menimbulkan masalah. Karerna tak semua gaya hidup dan sosial dari luar itu sesuai bahkan bertentangan dengan kebiasaan dan budaya moral bangsa, seperti minuman keras yang hanya dianggap minuman biasa oleh khalayak, gaya berpakaian yang terlalu terbuka, dan masih banyak hal hal yang sangat bertentangan dengan moral hidup bangsa indonesia.

Tak terhindarkan, masyrakat minang pun terkena dampak dari globalisasi ini. Dimana masyrakatnya mulai kehilangan jati diri mereka yang dipengaruhi dari gaya hidup luar, hal ini terjadi terutama pada generasi muda, dimana mereka lebih mengagumi dan mengidolakan gaya hidup yang dicontohkan oleh masyarakat luar, dibandingkan kehidupan bermasayrakat lokal yang sebenarnya lebih bermoral dan lebih mendatangkan manfaat. Sebagai contoh efek globalisasi ialah dimana masayarakat minang mulai meninggalkan adat istiadat dala melaksanakan pernikahan dan memilih cara pernikahan orang luar karena dianggap lebih singkat dan efektif, padahal dalam pengerjaan pernikahan sesuai adat mengandung banyak nilai budaya dan nilai kehidupan.

Hal ini pun menjadi ketakutan dalam masyarakat, sehingga pemerintah pun ikut andil dala menuntaskan masalah ini. Akar dari masalah ini ialah para pemuda, sehingga pemerintah pun menerapkan dalam kurikulum mata pelajaran Budaya Alam Minangkabau atau disingkat BAM. Mata pelajaran ini diwajibkan bagi pelajar sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Diharapkan dengan mempelajari bagaimana kaya dan manfaat budaya yang dipelajari dapat meningkatkan kesadaran dan semangat untuk melestarikan budaya, terutam kalangan pemuda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun